The Darkness (Bagian 11)

The Darkness

Story by zhaErza

Naruto milik Kishimoto Masashi

SPESIAL MOMEN SASUSAKU FANS DAY 2017

Terinspirasi dari Inuyasha

Summary: Sakura dan neneknya hanyalah seorang tabib yang terkenal sangat mujarab, mereka akan mengobati siapa pun yang terluka, hingga seorang pelayan salah satu klan terpandang meminta bantuannya untuk mengobati tuan muda mereka yang sakit parah.

.

.

.

Chapter 11

.

.
REPUBLISH,  TIDAK DIREVISI. 

.

Dalam sinar cerah sang mentari yang gagah bertengger apik di langit biru, kelopak mata dari kepala berambut merah muda sedang menengadah dengan tubuh yang berdiri dari balik jendela. Tatapan itu mengarah ke angkasa, emeraldnya menantang sang bintang terbesar di bumi, raut dengan alis yang mengkerut, menandakan kalau Haruno Sakura tengah memikirkan sesuatu di dalam kepalanya.

Kelopak berkedip, saat angin membelai dedaunan dan menimbulkan suara gemeresik, hingga helai daun itu berguguran dan menyentuh wajahnya.

Ada embusan yang keluar dari mulut, ingatannya sekarang sedang membawa kepada penggalan kisah hidup dengan seorang lelaki bermata hitam pekat dan berwajah dingin bagai kepingan salju. Uchiha Sasuke, lelaki yang sudah tak ditemuinya selama hampir sebulan. Lelaki yang kemungkinan tak akan bisa ia lihat lagi senyum kecil di wajah datar tersebut, entah kenapa bisa membuat perasaannya bergejolak aneh? Walau hanya dengan sekadar mengingat sosok itu.

Hati tak bisa ditipu, meski lisan mencoba mengingkari kebenaran yang mulai menyelimuti tubuh. Ada dari sekelumit yang tak bisa ia singkirkan, salah satunya senyuman menawan yang ditampilkan Uchiha Sasuke saat langit ditenggeri bulan.

Debaran jantung menandakan semua yang dirasa adalah kebenaran, semakin hari semakin ia sadar kalau bongkahan daging di dadanya telah dimiliki secara tak langsung oleh lelaki berambut kelam, hela napas memperingati dari gejolak jiwa, Haruno Sakura menundukkan kepala, dan menggenggam kedua tangannya di depan dada.

Perasaan rindu ini, bukanlah khayalan semata.

Hari ini Sakura mendapatkan jadwal untuk memeriksa keadaan Gaara yang kabarnya kembali terluka, entah apa yang terjadi? Sakura tak mengerti, namun dengan sigap ia melangkahkan kaki, karena mengobati seseorang bagaimanapun adalah tugas mulia seorang tabib.

Pintu yang sudah tak asing, karena ia pernah bersinggah beberapa kali ke sini, kini berada di depannya.

Sang pengawal menyerukan agar Sakura masuk saja, karena Gaara sudah diberitahu dan harus cepat diobati. Saat menggeser pintu, gadis merah muda itu melihat siluet sang tuan yang sedang duduk di futon, dan memejamkan mata. Tubuh bagian atasnya terbuka, dan mata Sakura terbelalak karena menyaksikan yang ada pada diri Gaara.

"G-gaara-donou?" bisiknya dengan penekanan penuh tanda tanya. Ia tak menyangka kalau tubuh sang tuan seperti itu adanya.

Sentakan tubuh Gaara terlihat, lelaki itu menolehkan wajahnya dan menghadap Sakura dengan jade yang agak terbelalak. Rahangnya mengeras, dan ia tak menyangka tabib yang ia minta datang, yang seharusnya memang bukan Haruno Sakura, tetapi nyatanya malah gadis merah muda itu yang sekarang berada di ruangan pribadinya ini. Siapa yang berani tak mematuhi perintahnya? Ah, siapa lagi, bisa jadi Sasori yang melakukannya karena memang sengaja ingin membongkar perlahan-lahan sesuatu yang disimpan Gaara.

"Nona Sakura," bisiknya.

Gadis itu melangkah, mendekati sang tuan dan menghilangkan jarak. Semakin ia menangkap kejelasan pada tubuh Gaara, jade itu pun semakin mengalihkan tatapannya dari emerald Sakura. Hingga, tabib muda berbakat itu mendudukkan diri di samping lelaki berambut merah, menatap nanar tubuh penuh bekas luka lama ataupun baru.

Apa yang terjadi dengannya? Luka itu, bukanlah bekas seperti tertusuk pedang saja, namun lebih mengarah seperti terkena hukuman cambuk?

Sakura hanya diam, ia tak ingin menanyakan yang bukan urusannya, walau mereka memutuskan untuk berteman, tetapi dirinya berpendapat kalau mereka tak harus sampai membahas masalah seperti ini. Apalagi melihat gelagat sang tuan yang menghindari tatapannya sedari tadi.

Kain kini dicelupkan ke dalam air hangat, jemari ramping itu memerasnya hingga tak terlalu basah lagi, lalu perlahan ia bersihkan luka-luka sang tuan yang sekarang memasang ekspresi tak terbaca. Berulang-ulang ia lakukan itu, ringisan sesekali terdengar, dan Sakura pun melakukan tugas lainnya untuk menguatkan diri sang tuan dengan perkataan-perkataan mengandung semangat.

Cairan kental baru saja mengolesi tubuh Gaara, ia agak berjengit dibuatnya, ketika jari-jari itu dengan sabar memberikannya obat penyembuh berupa sesuatu yang menyerupai muntahan hijau. Mata jade itu menatap sang gadis yang masih terus berkonsentrasi, hingga tanpa sadar dirinya tersenyum.

Ketika kain diikatkan ke tubuhnya, Gaara mulai berbicara.

"Maaf merepotkanmu, Nona Sakura."

Tangan-tangan gadis itu melingkari tubuh Gaara untuk melilitkan kain.

"Tak perlu sungkan, Gaara-douno. Ini telah menjadi kewajibaku. Nah, selesai. Dua hari lagi akan saya ganti, jadi selama perban masih ada di tubuh, Anda tak diperkenankan untuk mandi." Senyum mewarnai wajah Sakura yang kemerahan.

Setelah merapikan kimono sang pemilik kamar, Sakura pun berpamit diri. Ia masih menerka-nerka apa yang sebenarnya dialami Gaara hingga tubuhnya menjadi seperti itu. Luka-luka itu menunjukkan kalau entah hukuman atau cambukan atau bekas berlatih yang sudah terjadi sejak lama.

Beberapa hari kemudian, Sakura menemukan fakta kalau luka yang dialami Gaara secara tak langsung adalah akibat dirinya juga, walau lelaki itu bersikeras kalau hal ini tak ada hubungannya dengan Sakura. Gadis itu sempat memberi pertanyaan beruntun kepada sang kepala klan, saat dirinya menyaksikan luka-luka Gaara semakin bertambah setelah dengan keras kepala lelaki bertato 'ai' itu memaksa melatihnya seperti rutinitas mereka belakangan ini.

Dan lelaki itupun mengaku, kalau luka yang didapat adalah karena ia tak bisa membuat sang gadis merah muda mengalami kemajuan saat berlatih, untuk itu ia akan diberi hukuman cambuk sebagai rasa menyesal.

"Ke-kenapa? Kenapa dengan bodohnya kau mengikuti semua kemauan kakakmu, bukankah kau yang mengatakan kalau sebenarnya kau tak menginginkan semua ini. Dan perjodohan ini pula, begitukan?" Sakura mendesah kuat, suaranya nyaris berbisik karena takut didengar orang lain.

"Aku tak memiliki pilihan lain, Sakura."

Malam hari, Sakura dibawa ke sebuah penjara bawah tanah. Di sana, ia melihat sesuatu yang tak pernah ingin untuk dipikirkannya. Tahanan perang, penyiksaan dan jeritan, tempat yang gelap dan menyeramkan. Dan di salah satu kamar tahanan, ada seorang lelaki berusia paruh baya, berambut cokelat muda, kedua kakinya dipasung, dan tangannya diikat rantai. Lelaki yang sangat menyedihkan.

Gaara dan Sakura berada di luar sel, menatap lelaki itu dalam dia.

"Dia adalah adik Ibuku, Yashamaru yang selalu menjagaku semenjak Ibuku meninggal dunia."

"A-apa yang menyebabkannya dipenjara seperti ini? Lalu, kalau begitu karena dialah kaurela melakukan segala yang ... ah, jangan-jangan?"

"Yashamaru sudah seperti Ayahku sendiri."

Laki-laki itu menundukkan kepala.

.

.

.

Pekerjaan sebagai ketua klan yang baru, benar-benar menghabiskan segala waktu dan tenaga yang dimiliki bungsu Uchiha. Lelaki itu mengembuskan napasnya, ia sekarang sedang berada di tengah rapat untuk kesekian kalinya, mereka harus membentuk segala macam ketatanegaraan lagi, para menteri dan petinggi lain memulai banyak pembicaraan dengan saran-saran juga berbagai macam perdebatan alot yang terus memperpanjang rapat ini. Dari mulai membahas ekonomi, pertanian, pajak, hingga keamanan.

Sasuke melangkah menuju ruangan pribadinya, akhirnya setelah beberapa hari berlangsung, terbentuklah sistem baru yang melibatkan dirinya sebagai pengawas secara langsung yang duduk di kursi tertinggi. Para rakyat yang berada di desa tersembunyi Uchiha sudah tak sabar untuk pindah kembali ke tanah kelahiran mereka, tinggal menunggu beberapa saat, maka desa di bawah naungan Uchiha ini akan ramai seperti sedia kala.

Saat sang bulan merajai langit yang gelap, saat itulah Sasuke mempersiapkan diri. Seperti janjinya, ia tak akan tenang sebelum memeriksa dengan mata kepalanya sendiri bagaimana keadaan Sakura. Juga, kalau bisa saat bertemu nanti ia akan memberi kabar bahagia ini, dan berharap sang gadis berserta neneknya akan ikut bersamanya

Obito yang ada di dalam ruangan pun hanya bisa menghela napas dan terkikik geli, sang keponakan benar-benar tak sabaran untuk bertemu calon Nyonya Besar klan ini. Jangan salahkan Obito memberikan julukan itu kepada gadis yang akan ditemui Sasuke nanti, pasalnya setiap kali membahas si Haruno, Sasuke selalu saja salah tingkah.

Laki-laki itu bersiap, dia pergi dengan merubah wujudnya, hanya sang paman yang mengetahui hal ini. Dengan terbang, tentu saja ia akan lebih cepat sampai ke tempat tujuan.

Perjalanan memakan waktu nyaris dua hari, saat tiba di depan pekarangan rumah Sakura, laki-laki itu terhenyak karena melihat sesuatu yang ganjil. Tak terawat, itulah yang tergambar dari pekarangan juga kondisi rumah tersebut. Dengan langkah tegap, Sasuke melewati rumput-rumput yang mulai meninggi, menuju ke arah teras dan mendekati pintu. Mata merahnya menyipit tajam, ada kayu menyilang yang dipaku, menutupi pintu hingga orang-orang tak akan bisa masuk, ia memeriksa bagian jendela dan bagian belakang, tetapi hal yang sama juga terjadi. Ada apa sebenarnya?

Sasuke tak bisa berpikir, dia mencoba mengendalikan diri, namun kemarahannya lebih menguasai. Hatinya berbicara kalau Sakura pasti sudah berhasil diculik oleh salah satu utusan Suna. Aura kelam itu menguar, tubuh Sasuke bergetar karena memikirkan kemunginan ini, tidak akan ia biarkan mereka mengambil gadis merah mudanya itu. Kepakan sayap kuat yang dimilik Sasuke membuatnya melayang di udara, kemudian melajukan kecepatan bak elang yang sedang mencari buruan.

.

.

.

Ketukan pintu mengalihkan atensi seorang gadis, di sore hari setelah merawat luka Gaara, seroang pelayan meminta izin untuk masuk karena ingin memberikan sebuah kabar. Itu adalah Hanare, sang gadis muda yang sering membantunya meramu obat-obatan herbal.

"Selamat sore, Nona Sakura. Saya memberi kabar kalau pengawal Tuan Besar, sedang menunggu Anda." Gadis itu menundukkan tubuh, memberi hormat pada gadis yang akan dijadikan pendamping bagi sang ketua klan. Kabar ini menyebar bagai wabah, dengan cepat nama Sakura melambung hingga ke seluruh jajaran desa.

Sang merah muda tersenyum, ia menyuruh pelayan itu untuk menegakkan diri kembali. Walau dalam benak kebingungan karena bukankah baru saja ia bertemu dengan lelaki berambut merah dan bermata jade itu?

"Ah, selama sore, Pelayan Hanare. Jadi, gerangan apa yang menyebabkan Tuan Besar mengajakku untuk bertemu lagi, tidakkah tadi cukup ketika aku menghampirinya di ruangan pribadi beliau?" Sakura dengan kimono kerajaan yang membuatnya tampil cantik dan anggun pun berjalan mendekati sang pelayan.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, Sakura dan Hanare cukup akrab, namun karena sekarang gadis itu akan menjadi pendamping bagi sang ketua klan, menyebabkan Hanare harus mengerti di mana posisinya.

"Mohon maafkan saya, Nona Sakura. Saya tak diberkenankan untuk tahu, namun Nona bisa mengikuti para pengawal Tuan Besar."

Sakura menghela napasnya, pelayan Hanare terlalu sungkan terhadapnya, padahal mereka sebelumnya sudah mengakrabkan diri karena selalu bersama untuk menemani Sakura di tempat ini.

"Baiklah, suruh mereka untuk menunggu sebentar, Pelayan Hanare." Sakura menyunggingkan senyum tulusnya, gadis di hadapannya ini sama muda dengan dirinya.

Telapak yang dibalut kaus kaki itu melangkah mengikuti para pengawal yang berada di depannya, melewati lorong istana, juga beberapa halaman yang luas dipenuhi pohon Sakura juga kolam ikan, cukup mengejutkan sebenarnya di wilayah tandus gurun, dirinya bisa melihat hal ini. Alis merah muda berkerut saat ia tak mengenali tempat yang akan disinggahinya ini, para pengawal membawanya ke arah yang berbeda. Ia sama sekali belum pernah menuju ke sini, apakah Gaara memiliki ruangan baru?

Ruangan yang besar dan lebih mewah daripada yang dimiliki Gaara kini terpampang di depan wajah Sakura. Gadis itu cukup bingung saat pengawal berjalan masuk dengan perlahan dan menyuruhnya untuk berada di depan pintu, beberapa saat setelahnya pengawal itu menyerukan agar Sakura masuk menghadap sang Tuan Besar. Kepala merah mudanya pun mengangguk, ia lalu melangkah masuk dan berjalan hingga menjumpai tirai bambu yang menghalangi ruangan yang dipijaknya dengan sang lelaki yang duduk apik sambil meminum teh hijau yang tersaji. Samar-samar, Sakura bisa melihat kilau rambut merah yang terpantul oleh cahaya senja dari sela-sela tirai.

"Gaara-douno." Sakura menyibak tirai.

"Ah, kau sudah datang, Haruno."

Emerald itu terbelalak, karena menjumpai orang yang berbeda, walau mereka sama-sama memiliki rambut yang merah.

Sakura mengernyitkan alisnya, ia belum pernah menjumpai orang ini, lalu siapakah dia? Gaara juga tak pernah berkata apa-apa tentang orang di depannya. Apa jangan-jangan?

"Kau tak mengenalku, ahahah ... ya, tentu saja. Mendekatlah, Haruno." Lelaki itu bersuara menyenangkan, tetapi sekaligus memberi kesan ancaman.

Mau tak mau, Sakura mendekatkan dirinya, ia duduk tepat di samping laki-laki yang masih coba diterkanya, setelah melihat tangan putih itu bergerak menyuruhnya untuk lebih dekat.

"Haruno Sakura, pewaris Haruno yang tersisa, bukan begitu? Ah, tak perlu kaget begitu, gelang adalah simbol dari klan Haruno, seharusnya kau tak menunjukkan identitasmu jika tak ingin orang lain tahu."

Sasori menarik dengan perlahan lengan Sakura yang terpasang gelang peninggalan Haruno, lelaki itu mengamatinya sepintas dan tersenyum kembali saat Sakura menarik tanganya dengan hati-hati agar tak menyinggung Sasori.

Remasan pada pergelangan tangan dilakukan Sakura, ia keheranan sekaligus merasa takut, kenapa orang ini bisa tahu? Atau Gaara juga mengetahui asal-usulnya, ya tak heran karena lelaki itu juga yang pertama kali menebak tanah kelahirannya.

"Jadi, kau sudah mempersiapkan diri untuk dimantrai setelah pernikahan, Haruno?"

"Saya tak bersedia, itu akan berisiko bagi saya, mengingat di sini saya hanyalah tahanan. Bukan begitu, Douno?"

Senyum kecil terpampang di bibir lelaki berambut merah, ia lalu menghadapkan wajahnya kepada Sakura.

"Aku tak menerima penolakan, Sakura. Dan biasanya Gaara juga selalu menurutiku, lalu kenapa dia mencoba untuk bernegoisasi denganku, hm? Sakura, apa kau yang telah memperdayanya? Ternyata kau adalah gadis kecil yang cukup pintar."

Kekehan terdengar lagi, Sakura tidak menyukai orang ini, kenapa ia banyak sekali tahu? Dan apa yang menyebabkan Gaara mematuhi orang ini, ah iya lelaki beranama Yashamaru itu, diakah penyebabnya? Tunggu, jadi ... diakah kakaknya Gaara?

.

.

.

.

.

Bersambung~~~

Catatan Erza:

Haloo ... terimakasih masih mengikuti ff ini, ah gak banyak cincong, selamat menikmati dan ditunggu kritik sarannya, juga komentar dan votenya.

Fanfic ini direpublish, tapi gak direvisi.

Salam sayang,
zhaErza istri Itachikoi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top