Sweet Revenge (4)

Kevin menghempaskan tubuh Clarissa ke atas ranjang dan mengungkung wanita itu di bawahnya. Seolah tak membiarkan Clarissa menolak, dia langsung melumat bibir wanita itu dengan rakus. Napas keduanya memburu karena Kevin meluapkan semua emosi dalam ciuman itu. Kemarahan, rasa rindu dan benci bercampur jadi satu.

Awalnya Clarissa berusaha menolak Kevin. Kepalanya bergerak ke kana dan ke kiri demi bisa menghindari serangan laki-laki itu. Demi Tuhan perasaannya pada Kevin masih sama seperti lima tahun lalu.Dia hanya tak ingin bertindak bodoh dan berakhir direndahkan seperti sebelumnya. Namun, Kevin jelas lebih kuat daripada Clarissa. Tangan besar laki-laki itu mulai menelusup ke balik rok dan meraba area privat Clarissa. Sedang bibirnya masih bermain di ceruk leher Clarissa, menjilat dan menggigit kecil belakang telinga gadis itu, lalu bergerak menyusuri pundak mulus Clarissa dengan lidah.

Kepala Clarissa mulai terasa pening akibat sensasi yang diberikan Kevin padanya, sesuatu di bawah sana mulai terasa berdenyut. Clarissa sudah tak bisa lagi menahan hasrat. Dia tak ingin berhenti dan mendambakan sesuatu yang lebih dari sekedar bercumbu. Selama ini tak ada satu pun laki-laki yang mampu membangkitkan hasratnya, karena Clarissa terlalu sibuk untuk sekedar memikirkan seks. Jadi apa yang dilakukan Kevin padanya adalah sesuatu yang sangat baru bagi gadis itu.

Tanpa sadar kardigan yang Clarissa kenakan sudah teronggok di lantai begitu saja, hanya menyisakan dress hitam tanpa lengan yang mengekspos tubuh gadis itu. Kevin merasa takjub untuk beberapa saat, matanya berkabut oleh nafsu kala melihat bibir Clarissa yang membengkak. Wajahnya yang memerah karena terbakar gairah membuatnya berkali lipat lebih cantik.

Kevin telah meniduri berbagai jenis wanita, tapi baginya Clarissa adalah gadis paling cantik saat dia ada di atas ranjang. Karena saat dirinya bercinta dengan wanita lain, Kevin hampir tak tertarik menatap wajah mereka. Bahkan tak pernah repot-repot untuk melakukan foreplay. Tapi kali ini dia ingin membuat Clarissa selalu mengingat malam panas mereka. Kevin ingin memberikan kepuasan pada gadis itu.

"Untuk apa kamu melawan? Bukankah kamu menyukai saya?" cemooh Kevin.

"Perasaan saya sudah mati sejak Om memperlakukanku lima tahun lalu."

Sejenak Kevin merasa bersalah atas sikap kejamnya, tapi ditepisnya perasaan itu. Clarissa sudah ada di sini, di bawah kekuasaannya. Maka inilah saat yang tepat untuk mewujudkan obsesinya.

"Benarkah?" Kevin menudungi Clarissa dengan dadanya yang bidang. Sambil menatap dalam mata Clarissa, Kevin mengunci tubuh gadis itu di bawahnya. "Kamu yakin tidak menginginkan saya?"

Clarissa tersengal. Hatinya mulai berperang. Pria yang dicintainya bertahun-tahun lalu berada sangat dekat dengannya. Bahkan napas Kevin terasa membelai pipinya.

Kevin tahu pertahanan Clarissa mulai runtuh. Tinggal selangkah lagi, dia bisa menguasai gadis itu. Kevin menegakkan dadanya, dalam posisi tetap mengunci tubuh Clarissa, dia mulai membuka kemejanya.

Clarissa membeku menatap tubuh yang terlatih, dengan otot dada yang padat dan postur tegap, menonjolkan kekuatan dan ketegasan. Setiap gerakannya menggambarkan dominasi. Otot abs-nya bagaikan dipahat, jelas dan tajam. Dengan kulitnya yang terbakar akibat sering berjemur, sungguh Clarissa tergoda untuk menyentuhnya. Jemari Clarissa menyusuri dada sampai ke pusar.

Clarissa memekik saat Kevin mencekal pergelangan tangannya. "Jangan salahkan saya, kalau setelah hari ini saya akan menjadikanmu tawanan."

Setelah mengatakan itu, Kevin memagut bibir Clarissa. Ketika bibir mereka bertemu, ciuman itu intens, tidak lembut, tapi sarat dengan gairah yang sama-sama mereka kubur. Tangan Kevin menuntun Clarissa lebih dekat, sementara keduanya tenggelam dalam momen yang tak terucapkan. Kevin mendominasi Clarissa, memaksanya membuka mulut hingga dia dapat melesakkan lidahnya.

"Ah ... Om Kevin." Clarissa tak bisa lagi menahan desahan. Ketika tangan Kevin meremas payudaranya, lalu menjilat, memilin dan mencecap putingnya yang berwarna merah muda. Indah dan pas di tangan Kevin, seakan memang tercipta untuknya. Lidah Kevin mengitari pucuk dada Clarissa sementara jemarinya menyusup ke liang perawan gadis itu.

Apa yang tengah Kevin lakukan tak ayal membuat Clarissa semakin menggila. Dadanya membusung, menekan kepala Kevin agar laki-laki itu semakin memperdalam permainannya di sana. Sementara perutnya mengejang.

"Ah ... terus Om," lirih Clarissa penuh hasrat.

"Apa kamu selalu kayak gini sama banyak pria, hah?" Kevin terdengar geram. Tapi dia tak membiarkan Clarissa menjawab. Karena setelahnya kepala Kevin mulai bergerak ke bawah. Mengecup dan menjilat seluruh tubuh Clarissa. Lidahnya membuai klitoris dan desahan Clarissa membakar nafsu Kevin.

Tidak ada kehalusan apalagi kehati-hatian. Dengan kasar Kevin membalik tubuh wanita itu, mencumbuinya dari pundak lalu turun ke punggung hingga ke liang hangatnya.

Kevin memaksa Clarissa menyangga tubuhnya menggunakan siku dan lutut hingga laki-laki itu dapat menikmati tubuhnya dari bawah.

Payudara yang menggantung sensual tak luput dari mulut rakus Kevin. Dia terus bergerak dan mencicipi manisnya kewanitaan Clarissa. Decapan yang keluar karena permainan lidah Kevin berpadu dengan desahan Clarissa, seolah menambah gairah untuk percintaan mereka.

"Ah ... Om Kevin please ... Aku nggak tahan lagi," erang Clarissa karena Kevin kini memasukkan jari-jari besarnya ke dalam vagina Clarissa. Dia bisa merasakan betapa sempitnya lubang itu. Dihantamnya G-spot Clarissa hingga gadis itu nyaris ambruk diterjang kenikmatan.

Kevin lalu mulai menggerakkan jarinya keluar masuk. Awalnya perlahan lalu lama-lama berubah  menjadi sangat cepat. Tak berapa lama Clarissa akhirnya memperoleh pelepasan pertamanya. Tubuh wanita itu bergetar dalam posisi tengkurap, Kevin  membalik tubuh Clarissa dan mendaratkan kecupan singkat di bibir wanita itu.

"Kamu luar biasa," ucap Kevin sebelum dia merangkak ke bawah untuk mencumbui area sensitif Clarissa lagi.

Namun, ketika Kevin hendak membuka paha Clarissa, wanita itu refleks menutupnya dengan tangan. "Jangan, Om Kevin, saya malu," cicitnya.

Kevin tersenyum sinis lalu menjawab. "Nggak usah sok polos di depan saya. Bukannya kamu sering melakukan ini dengan laki-laki lain."

Mendengar kalimat penghinaan tersebut, Clarissa ingin marah, tapi Kevin tak membiarkannya. Sebab laki-laki itu langsung menepis tangan Clarissa dan mencumbui lubang kenikmatannya yang sudah dipenuhi cairan. Bahkan tanpa merasa jijik Kevin langsung menyesapnya tanpa ampun. Agaknya laki-laki itu belum puas dan ingin membuat Clarissa terus mendesah sambil mengucap namanya.

"Ah ... Om Kevin!" tubuh Clarissa menggila kala jari-jari Kevin kembali menerobos masuk ke dalam. Memainkannya keluar masuk dengan tempo sangat cepat, kali ini Kevin memasukkan dua jarinya.

"Ah ... ah ... ini nikmat sekali, Om."

Tubuh Kevin bergerak naik demi bisa melihat ekspresi Clarissa yang saat ini tengah dikuasai gairah. Sedang tangannya masih bermain di bawah, menyentuh klitorisnya, dibarengi dengan permainan lidahnya pada payudara Clarissa.

"Ah ... terus, Om ... ya ... di sana," racau Clarissa kala Kevin benar-benar menyentuh titik kenikmatan wanita itu. Tanpa sadar Clarissa lagi-lagi menekan kepala Kevin agar laki-laki itu memperdalam pagutan pada payudaranya.

"Kamu suka?" Di tengah permainan itu Kevin bertanya dengan suara serak yang terdengar sangat seksi di pendengaran Clarissa. Kevin melepas sejenak permainannya pada dada Clarissa. Dia ingin melihat ekspresi wanita itu ketika dalam kondisi birahi.
Clarissa mengangguk dengan pasrah. Mulutnya tak mampu mengeluarkan kata karena Kevin semakin mempercepat permainan jarinya dan membuat Clarissa terus mendesah nikmat.

"Ah .... Om Kevin ... please ini nikmat sekali ... ah," racau Clarissa. Tubuhnya melengkung, tangannya meremas seprei demi bisa meluapkan hasratnya yang ingin meledak.

"Ah ... ah ... Om Kevin ... Aku mau keluar ...hemph ... ah." Setelah lenguhan panjang itu, akhirnya Clarissa kembali memperoleh orgasmenya.

Kevin merasa bangga karena dia bisa membuat wanita itu merasakan orgasme berkali-kali. Dia pun takjub karena adik kecilnya cukup bersabar sebelum menikmati membelah kewanitaan Clarissa. Padahal biasanya dengan wanita lain dia tak pernah bertahan lama.

Erangan dan desahan Clarissa begitu menggairahkan. Kevin pun semakin bersemangat untuk membuat wanita itu terangsang dan merasakan orgasme bersama. Setelah puas bermain-main Kevin akhirnya mengangkat tubuh dan memosisikan diri bersujud di antara kedua paha Clarissa.

Clarissa tampak syok ketika Kevin membuka celana dalam dan memperlihatkan batang kemaluannya yang sudah menegang. Ukurannya yang besar dan panjang dengan urat-urat yang menonjol membuat Clarissa merasa ngilu. Dia takut membayangkan benda keras dan besar itu menerobos masuk keperawanannya. Pasti sakit sekali, batinnya polos.

"Kenapa, kamu takut?" tanya Cevin sambil menggosokkan batangnya pada kemaluan Clarissa. Ujungnya sudah basah oleh cairan pre-ejakulasi.

"Egh ... sakit, Om Kevin," cicit Clarissa dengan ekspresi setengah terpejam karena menahan perih, ketika Kevin mencoba merobek keperawanannya.

Kevin berhenti sejenak ketika merasakan lubang kenikmatan Clarissa terasa sempit dan kemaluannya hanya masuk sebagian. "Kamu masih perawan?" tanya Kevin memastikan.

Lalu ketika Clarissa menjawabnya dengan anggukan, dalam hati Kevin bersorak bahagia. Dia tak menyangka sekaligus bangga karena ternyata dirinya adalah lelaki pertama Clarissa. Setelah ini Kevin bertekad tak akan pernah melepas Clarissa. Dia akan membuat wanita itu hanya menyebut namanya saat bercinta.

Tanpa pikir dua kali, Kevin pun langsung mendaratkan kecupan di kening Clarissa. "Saya akan coba melakukannya pelan-pelan. Ini akan terasa sakit di awal, tapi setelahnya akan terasa luar biasa. Saya janji akan memberikanmu pengalaman pertama yang tak terlupakan," ujar Kevin yang dijawab Clarissa dengan anggukan percaya.

Kevin pun mendorong tubuhnya agar sepenuhnya memasuki Clarissa. Demi meredam rasa sakit yang wanita itu rasakan, Kevin membungkam dengan ciuman, sesekali menyeka tetes keringat yang ada di dahi wanita itu.

"Tenang dan rileks ... saya di sini," bisik Kevin lembut kala melihat mata Clarissa terpejam dan air mata membasahi pipi. Dia tak peduli lagi ketika kuku-kuku tajam Clarissa terasa mencengkeram bahunya dengan kuat. Rasa sakit itu tak sepadan dengan rasa sakit Clarissa yang coba menerima dirinya.
Tak butuh waktu lama akhirnya batang kemaluan Kevin sepenuhnya masuk. Laki-laki itu mulai bergerak perlahan, membiarkan Clarissa membiasakan diri lebih dulu.

"Agh ... kamu nikmat sekali, Clarissa," lenguh Kevin ketika dia merasakan vagina Clarissa menjepit penisnya dengan kuat. Mengantarkan sensasi paling nikmat yang baru pertama kali Kevin rasakan. Mengingat selama ini dia tak pernah meniduri seorang perawan.

Setelah memastikan Clarissa mulai terbiasa, Kevin pun mulai bergerak dengan intens. Rasa sakit yang tadi terasa menusuk sudah berganti dengan kenikmatan.

"Ah ... Om Kevin ... emph ... ah ... ah ..." racau Clarissa. Ketika Kevin mempercepat tempo permainan.

Clarissa  tak pernah menyangka bahwa pengalaman pertamanya dengan Kevin akan sehebat ini. Laki-laki itu benar-benar sangat lihai dalam memanjakan dirinya.
Kevin kini menyuruh gadis itu duduk di atasnya. Dia ingin melihat wajah cantik Clarissa saat memejamkan mata sambil mendesah. Sambil mengernyit pedih, Clarissa melesakkan kejantanan Kevin ke dalam kewanitaannya.

"Goyangkan pinggulmu dan rasakan saya di dalam sana." Kevin menyukai posisi ini karena dapat meremasi payudara Clarissa yang ikut terhentak setiap kali pinggulnya bergerak.
"Arg ... ya ... seperti itu ... ah ... fucking shit! Kamu benar-benar membuat saya gila, Clarissa!" Racau Kevin lalu membalikkan tubuh Clarissa agar mengubah posisi menjadi doggy-style.

"Bersiaplah ... saya akan membawamu menikmati indahnya surga dunia," ujar Kevin. Lalu memasukkan kejantanannya dari belakang dan mulai memompanya dengan tempo sangat cepat.

"Ah ... Om Kevin ... Oh...." Clarissa merasakan otot Vaginanya berkedut mengirimkan impuls kenikmatan. Keduanya sama-sama terengah. Erangan dan desahan semakin intens terdengar.

Kevin pun kembali membalik tubuh Clarissa dengan cepat agar menghadapnya. Dia ingin melihat wajah cantik wanita itu saat diterjang gelombang orgasme untuk yang kesekian kali.

"Om, ya ampun Om! Aku... Ah!" Clarissa tidak dapat menyelesaikan ucapannya sebab orgasme menghantamnya dengan keras hingga melumpuhkan kemampuan bicaranya.

Kevin merasakan hal yang sama. Vagina Clarissa terasa semakin erat membungkus kejantanannya yang semakin keras dan besar.

"Saya akan keluar ... argh ... Clarissa ... argh!"

Clarissa bisa merasakan cairan hangat masuk ke dalam rahimnya. Napas keduanya sama-sama memburu karena pelepasan mereka. Kevin tak langsung bangkit, dia masih membiarkan kejantanannya di dalam Clarissa.

"Mulai hari ini jangan berpikir untuk kabur dari saya lagi, mengerti," ujar Kevin lalu mengecup kening dan bahu Clarissa tanpa berniat beranjak dari posisinya menindih wanita itu. Keduanya berakhir tertidur dalam posisi saling memeluk.

***

Jangan lupa vote komen ya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top