5. Erz Group
Part 5 Erz Group
Entah di mana Erzan meletakkan kamera di ruangan tersebut dan bagaimana caranya video itu dibuat. Nada benar-benar kewalahan dan putus asa menghadapi pria berengsek ini.
Video berdurasi tiga puluh menit tersebut dimulai dengan Erzan yang membanting tubuhnya ke ranjang dan melucuti semua pakaiannya. Tak tahan dengan adegan selanjutnya yang sudah ia ketahui dengan pasti, wanita itu memejamkan mata dan membuang wajahnya.
"Sekarang kau tahu resiko yang harus kau tanggung jika membuatku berada dalam masalah, kan?" Erzan mengeraskan suara, membiarkan desahan pria itu memenuhi seluruh ruangan dan membuat Nada menutup kedua telinga.
"Cukup, Erzan. Hentikan," jerit Nada meringkuk di lantai dan terisak keras.
Erzan pun mematikan layar tersebut. Melempar kantong yang ada di samping kakinya dan melemparnya ke depan sang istri. "Kau punya lima menit untuk bersiap. Atau kau lebih suka kita berlama-lama dan bertemu dengan kekasihmu?"
Isakan Nada perlahan terhenti, wajahnya terdongak. Menatap senyum jahat Erzan yang benar-benar membuat perasaanya remuk redam.
"Meski dia juga akan tahu apa saja yang kita lakukan di sini semalam."
***
Nada tak mempertanyakan ke mana Erzan akan membawanya. Mobil SUV hitam yang entah milik siapa tersebut melaju menjauh dari pusat kota. Ia tak bisa menghitung berapa lama perjalanan tersebut. Yang memenuhi kepalanya saat ini hanyalah Gibran.
Pria itu pasti sudah kembali ke apartemen. Hanya membayangkan apa saja yang Gibran temukan di sana, Erzan mendapatkan tepa tapa yang diinginkan oleh pria itu dari mereka.
"Mulai sekarang, kita akan tinggal di sini."
Lamunan Nada terpecah, memandang keluar mobil yang kecepatannya mulai berkurang dan mobil melewati pintu gerbang tinggi berwarna hitam. Kecepatan bertambah lagi. Sisi kanan dan kiri jalanan berjajar rapi pohon pinus yang menjulang tinggi. "Di mana ini?"
"Kau tak tertarik dengan hidupku, kan?"
"Setidaknya aku perlu tahu ke mana kau akan membawaku?"
"Aku sudah berjanji akan memenuhi semua kebutuhanmu dengan cara yang baik."
Nada tak membalas. Kini mobil melintasi halaman berumput yang luas. Saat matanya berpindah ke depan, mobil mendekati bangunan empat lantai dengan empat tiang besar dan tiga air mancur yang berjajar di depan bangunan megah tersebut.
Sebagai istri di atas kertas Erzan, tentu saja ia tahu tentang akuisisi yang dilakukan grup Erz atas perusahaan kontruksi milik pria itu. Seluruh saham dan asset milik pria itu sudah diambil alih oleh grup Erz. Pemilik perusahaan yang menyediakan produk perawatan kesehatan dan layanan farmasi. Tak hanya itu, beberapa pertambangan besar juga dikuasi oleh grup itu. Hampir semua perusahaan yang berada diambang kebangkrutan dan diambil alih oleh grup Erz, kembali bangkit di tangan Erz Group.
'Apa kau bahkan tahu tentang Erz Group?'
'Kau pikir aku tak tahu? Namanya terdengar familiar.'
Mungkinkah Erzan membuat kesepakatan dengan Erz Group?
Tidak. Nada menepis pemikiran tersebut. Bahkan Kavian kesulitan mengajukan kerjasama dengan grup paling berkuasa tersebut. Apalagi Erzan yang sudah menjadi tersangka pembunuhan kakeknya.
"Turunlah."
Nada tersadar, Erzan mematikan mesin mobil dan melompat turun. Wanita itu menyusul keluar. Menatap bangunan megah tersebut dengan kecemasan yang kembali bergelayut di dadanya.
Bahkan bangunan ini lebih megah dan luas dibandingkan kediaman keluarganya. Sejauh matanya memandang, ia bahkan tak tahu di mana batas area tempat ini. Gerbang tinggi yang mereka lewati sudah tak terlihat, pohon pinus yang tinggi itu tampak kecil di kejauhan.
"Kita masuk." Erzan lebih dulu menaiki anak tangga.
Nada masih bergeming di tempatnya. Mengamati langkah santai Erzan memasuki bangunan tersebut.
"Kau akan berdiri di sana?"
Nada memperbaiki letak tasnya di pundak. Mengikuti langkah Erzan. Begitu melewati pintu ganda besar berwarna putih tersebut, pandangan Nada langsung terpusat pada lampu gantung yang raksasa di tengan ruang tamu yang luas tersebut.
"Tuan." Seorang pria dengan seragam hitam putih menyambutnya.
"Dia kepala pelayan, Teddy. Yang akan mengurus semua kebutuhanmu." Erzan sempat berhenti dan memperkenalkan pria paruh baya tersebut pada Nada.
Nada tak membalas. Sekarang yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana cara membuat papanya membantunya keluar dari pernikahan ini dengan semua fasilitas yang ada di tempat ini.
"Kenapa wajahmu dipenuhi kekecewaan? Kau tak suka dengan yang kau lihat?"
Nada tak menjawab meski ingin mengangguk.
"Seperti yang Abby bilang, kau anak manja yang terbiasa hidup dengan kemewahan. Tak akan sulit bagimu untuk beradaptasi di tempat barumu, kan? Tempat ini tak lebih kecil dari rumahmu."
Nada masih bergeming. Erzan sengaja mengejeknya dan ia tak ingin membuat pria itu mendapatkan apa yang diinginkan darinya. "Aku ingin menemui papaku."
"Kau akan menemuinya." Erzan membalik tubuhnya dan berjalan melewati dua tangga lengkung yang saling berhadap-hadapan. Menghubungkan tiga lantai bangunan. "Tergantung sikapmu."
Bibir Nada menipis. Mengembuskan napas dua kali untuk menekan amarahnya dan menyusul langkah pria itu yang berhenti di depan pintu lift.
"Daftarkan sidik jarinya," perintah Erzan pada Teddy. Menempelkan sidik jarinya di samping pintu lift yang kemudian bergeser terbuka.
"Aku tidak membutuhkannya." Nada berhenti tepat di depan pintu lift.
"Oke. Kau bisa naik tangga. Kamar kita ada di lantai tiga. Teddy akan mengantarmu untuk melihat-lihat."
"Aku juga tidak membutuhkannya."
"Oke. Asalkan jangan sampai tersesat ke lantai empat. Rumah ini memiliki terlalu banyak ruangan yang membingungkan."
Nada tak benar-benar mendengarkan aturan tersebut. Toh ia tidak akan tinggal lebih lama di tempat ini. Tangannya terulur, menahan pintu lift tetap terbuka. "Siang ini aku ingin menemui papaku."
"Aku sedang ada urusan."
"Aku bisa pergi sendiri."
"Kau masih tak memahami posisimu, ya?"
"Kau tak berhak melarangku, Erzan."
Erzan terdiam, tampak berpikir sejenak sambil mengamati ekspresi Nada. Ada terlalu banyak list yang harus dikerjakannya. Beberapa pada satu persatu anggota keluarga Arkatama dan banyak hal tentang pekerjaan yang masih menumpuk di lantai empat. Nada akan menjadi daftar pertamanya, tetapi sepertinya ia perlu mengubah urutannya. Wanita itu akan menjadi yang terakhir.
"Kau bisa menyetir?"
Nada mengangguk, menangkap kunci mobil yang dilempar Erzan.
"Seperti yang kubilang, jangan tersesat. Sebelum makan malam, aku ingin kau kembali tepat waktu." Erzan tahu Nada tak mendengar. Wanita itu berbalik tepat sebelum pintu lift tertutup. Membawanya naik ke lantai 4.
Begitu sampai di lantai 4, seorang wanita berambut pirang menunggunya di depan pintu lift.
"Kau sudah menyiapkan semua yang kuinginkan, Zoe?" Erzan melangkah keluar, menyeberangi ruangan dan duduk di balik meja besar yang ada di depan jendela.
Zoe mengangguk. Menunjukkan tumpukan berkas di tepi meja. "Penawaran Rayanka Arkatama ada di tumpukan paling atas."
Erzan mengambil map biru tua tersebut dan mulai membukanya. "Kita akan menerimanya."
"A-apa?"
"Kita tidak boleh sombong, Zoe." Erzan membubuhkan tanda tangannya. "Aku baru saja keluar dari penjara dan banyak hal yang harus kupelajari yang tak bisa kudapatkan saat menjadi pimpinan tertinggi Erz Group."
Zoe mengangguk patuh.
"Lagipula nilainya tak seberapa."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top