3. Malam Pertama Yang Tertunda

Part 3 Malam Pertama Yang Tertunda

Nada merintih dengan cekalan Erzan di pergelangan tangannya. Menyeretnya keluar dari pintu lift, dan meskipun interaksi di antara keduanya terlihat sangat jelas seperti sebuah pemaksaan. Tak satu pun pegawai apartemen mencoba menghentikan sikap kasar Erzan, tak ada satu pun yang berani mendekat dengan penampilan Erzan yang sangar. Nyali mereka langsung menciut dengan tampang kriminal yang dimiliki pria itu.

“Lepaskan, Erzan. Akan kupastikan papaku …”

“Kau sedang tidak dalam posisi yang tepat untuk mengancamku, Baby Girl.” Erzan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Menyentakkan tubuh Nada ke arah pintu di depan mereka. “Buka.”

Nada mengernyit. Sejak turun dari taksi, ia sempat dikejutkan Erzan membawanya ke gedung Royal Apartment. Tetapi sepanjang menyeberangi lobi dan masuk ke dalam lift, ia tidak benar-benar memperhatikan kalau pria itu akan membawanya ke lantai 19 ini. Tepat di lantai 19 dan meski ia menyadari keduanya berhenti di lantai 19, ia masih berpikir bahwa semua ini hanyalah kebetulan. Tidak hanya ada satu unit di lantai ini. Sampai kemudian Nada menyadari mereka berhenti tepat di unit 1901.

“Aku tahu kau punya aksesnya, istriku.”

“Apa yang akan kau lakukan di sini?”

“Kenapa? Aku tak boleh mencari tahu tentang selingkuhan istriku?”

Nada menelan ludahnya. Kepucatan di wajahnya tak tertahankan lagi. Seluruh tubuhnya menegang. Entah darimana Erzan tahu tentang hubungannya dengan …

“Kau ingin aku yang membukanya sendiri?”

“Akan kubuka.” Nada gegas membuka tasnya, tangannya merogoh ke dalam tas. Kepalanya tertunduk, tetapi ia bisa merasakan tatapan Erzan yang mengamatinya lekat-lekat. Tangannya bergerak mencari, sengaja memperpanjang waktu dengan sia-sia. Erzan menyambar tasnya dan menumpahkan semua isinya di lantai.

Nada terperangah, tetapi segera menguasai diri ketika pintu lift berdenting terbuka sementara perhatian Erzan terpusat ke arah lantai. Dengan seringai puas yang terpasang, pria itu langsung menemukan akses pintu dan berjongkok untuk mengambilnya.

Napas Nada tertahan dengan keras ketika satu-satunya ide itu muncul di kepalanya. Begitu tangan Erzan terulur, Nada mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari ke arah pintu darurat. Tetapi sebelum langkahnya bisa mencapai ujung lorong, lengan kekar Erzan menangkap pinggangnya.

“Lepaskan!” Tubuh Nada diangkat ke pundak seperti sekarung beras. Kepalanya terasa berputar, kedua tangannya memukul punggung Erzan dan kakinya menendang ke segala arah.  “T-tolong!”

Teriakan Nada berhasil didengar oleh seorang pria yang baru saja keluar dari dalam lift. Yang segera bergerak mendekat dan berusaha menghentikan pemaksaan Erzan. 

“Urus urusanmu sendiri sebelum kau menyesal, pria muda.”

Pria muda tersebut menelan ludah, berusaha keras memperbesar keberaniannya dibandingkan ketakutannya akan tubuh Erzan yang jauh lebih tinggi dan besar dibandingkan dirinya. Nyalinya menciut dengan cepat.

“Lepaskan, Erzan!” jeritan Nada semakin keras ketika Erzan berhasil membawanya masuk ke dalam unit Gibran. Melempar tubuhnya ke sofa panjang. Ia segera beringsut menjauh saat pria itu hanya berdiri menjulang di ujung sofa. Mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang luas tersebut.

Unit milik Gibran sengaja didesain menjadi satu ruangan luas dengan kamar mandi yang bahkan hanya disekat denga dinding kaca tepat di samping tempat tidur. Meja kerja pria itu ada di sudut dengan pemandangan transparan yang paling luas. 

“Jika semuanya berjalan lancar, dia akan sampai pada pagi hari, bukan?”

Nada kembali dibuat terperangah dengan pertanyaan Erzan. Tak hanya tentang hubungannya dan Gibran yang diketahui oleh Erzan. Tetapi …

“Kau ingin aku memperjelas detailnya tentang di hotel mana dia bermalam dan masalah mendadak apa yang harus diurusnya sehingga harus melewatkan ulang tahun kekasihnya?”

Nada tak mampu menghentikan gemetar yang mulai menyerang tubuhnya. 

“Semua itu bukan kebetulan, sayang.”

“A-apa?” Suara wanita itu keluar dalam bentuk cicitan. 

Erzan terkekeh.

“Apa yang kau lakukan padanya?”

“Hanya bermain-main dengan bisnisnya, seperti dia bermain-main dengan istriku?”

Nada menggeleng, ketakutan segera menyergap dadanya akan kelicikan yang berkilat di kedua mata Erzan. Ia melompat berdiri dan berlari mundur. Memperlebar jarak di antara mereka. Ia pikir dengan meja bundar yang memisahkan mereka cukup memberinya kelegaan, tetapi dirinya tahu itu tidaklah cukup melegakan. Mereka berada di ruangan terkunci dan entah apa yang akan dilakukan Erzan dengan kilat jahat yang tak repot-repot ditutupi oleh pria itu.

“Apa yang akan kau lakukan padanya?”

“Kenapa kau tidak bertanya, apa yang akan kulakukan padamu?” Erzan mengedikkan bahunya ke arah ranjang yang berada di dekat mereka. “Sekarang kau yang ada di depanku.”

Nada menelan ludahnya. Ketakutan yang merebak di dadanya kini menyebar ke seluruh tubuhnya. Tak berani membayangkan apa yang ada di pikiran seorang penjahat, pembunuh, sekaligus kriminal seperti Erzan. Ia tahu dirinya sedang berada dalam bahaya.

Erzan terkekeh. Kakinya bergerak mendekat dengan perlahan. “Rupanya kau lebih mencemaskan dia dibandingkan dirimu sendiri, ya?”

“Berhenti, Erzan!” Tubuh Nada bergerak mundur dengan tangan meraba-raba ke sekeliling. Mendapatkan vas bunga yang ia tata setiap minggu dengan rutin dan melemparkannya ke arah Erzan. Nyaris mengenai pipi pria itu sebelum mendarat di lantai.

“Sepertinya kita perlu melanjutkan malam pertama kita yang tertunda, istriku.”

“Jangan bermimpi, Erzan! Aku tak pernah menganggap pernikahan kita benar-benar terjadi, apalagi menganggapmu sebagai suamiku!”

Erzan terkekeh. Mempertahankan kelambanan langkahnya hanya untuk meningkatkan ketakutan yang memenuhi Nada. Membuat seluruh tubuh wanita itu bergetar hebat. “Kalau begitu, kau bisa mulai belajar menganggapku sebagai suamimu.”

“Jangan harap!”

“Aku pria yang cukup penyabar, sayang.”

“Enyah kau dari hidupku, pembunuh!”

“Hanya untukmu dan hanya untuk malam ini.”

“Omong kosong!” Kali ini Nada berlari untuk menghindar. Tetapi lagi-lagi usahanya berakhir dengan sia-sia.

Erzan berhasil menangkap tubuh wanita itu hanya dalam satu gerakan singkat. Tubuh Nada dibanting ke tengah kasur. Jeritan terdengar ke seluruh ruangan ketika tubuh wanita itu berusaha merangkak ke tepi ranjang dan kakinya ditarik dengan kasar ke posisi semula.

Begitu tubuh besar Erzan menindih tubuh wanita itu, seluruh rontaan Nada teredam oleh tubuh besar pria itu. Satu tangan Erzan memaku kedua tangan Nada ke atas kepala dan tangannya yang lain membekap mulut wanita itu dengan sapu tangan hitam. Menahan jeritan tersebut mencekik tenggorokan Nada.

Air mata Nada mengalir tanpa suara ketika kemudian tangan Erzan merobek bagian depan gaunnya. Melucuti semua pakaiannya dan tak menyisakan satu helai pun.

“Kupastikan setelah malam ini. kau akan lebih mudah menerima pernikahan kita, istriku,” bisik Erzan di telinga Nada. Meninggalkan satu kecupan di belakang telinga, lalu bergerak ke rahang dan selanjutnya. Hanya dalam sepersekian detik ritme ciuman tersebut berubah menjadi membabi buta. Bersamaan dengan Erzan yang kemudian menyatukan tubuh mereka dan bergerak naik turun di atas tubuh  wanita itu. Menuntaskan hasrat dan dendamnya yang bercampur jadi satu. Membara di dalam dadanya. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top