BAB 3

Memasuki wilayah kampus, Lena melangkah cukup jauh menuju fakultasnya. Gadis berambut pendek sebahu itu mengenakan pakaian berupa hoodie dan celana jeans panjang. Ia melangkah seorang diri dengan membawa tas yang dibawa di pundak berwarna putih dengan bahasa Jepang.

Di dekat taman, yang tak jauh dari fakultasnya banyak bazar yang berjajar. Event semacam ini sering terjadi hampir setiap bulan. Sampai-sampai Lena sendiri bosan untuk menghadiri event bazar itu. Kecuali kalau ia benar-benar kelaparan.

Kuliah pagi, itu yang Lena lakukan. Meski perawakannya masih SMA di mata Arta, tetapi ia merupakan mahasiswa. Mungkin itu kesan pertamanya saat bertemu Lena.

Pintu kaca otomatis terbuka, Lena memasuki bangunan dengan tiga lantai berbentuk persegi panjang. Pada bagian depannya terdapat tulisan FIB (Fakultas Ilmu Budaya). Memasuki area lobi, Lena memandang sekitar. Pagi ini fakultas dipenuhi oleh mahasiswa yang berseliweran. Keramaian mewarnai area lobi itu dengan percakapan basa-basi di antara mereka.

Wajar saja, jam pagi seperti ini selalu menjadi rutinan mereka yang datang kuliah pagi. Meski memiliki jam bebas, kebanyakan tetap memilih menunggu di fakultas. Sebagian lainnya menanti di gedung warna-warni yang terletak di samping FIB, menikmati jajanan yang tersedia lengkap. Sisanya kebanyakan duduk-duduk di depan perpustakaan. Selalu menjadi tempat teramai karena mereka bisa berleha-leha di bawah langit yang cerah.

Lena menaiki lantai dua, meneruskannya hingga ke lantai tiga. Lantai tiga tak terlalu ramai karena menjadi lokasi kelas berlangsung. Ia memasuki salah satu kelas. Hanya beberapa siswa laki-laki dan perempuan yang duduk terpisah. Meneruskan langkah hingga duduk di bangku tengah yang cukup berjarak. Masih teringat dengan kejadian semalam yang nyaris membahayakannya. Tak menyangka, kejadian itu akan terjadi padanya.

"Selamat pagi semuanya!" seseorang mendorong pintu dengan kencang hingga pintu menghantam dindingi. Menyadarkan Lena dari lamunan.

Gadis yang periang ibarat seperti mentari pagi yang dipenuhi dengan semangat memasuki ruangan. Rambutnya dikucir kuda dengan, tatapan penuh senyuman bibir. Segera memandang sekitar, pandangannya terhenti pada Lena.

"Jadi bagaimana acara cosplay semalam apa seru?" Gadis itu, Bella mengangkat kedua tangan Lena.

"Seru sih seru, tapi...."

"Baguslah kalau begitu, kamu bisa mencoba karakter lain seperti Misaka Mikoto atau Hinata." Bella dengan membusungkan dada sembari berkacak pinggang.

"T-tapi aku nyaris tertimpa masalah!" Raut wajah layu terpancar dari wajah Lena.

Mendengar itu, Bella terdiam duduk di samping Lena. Ia pun menyimak cerita dari Lena. Terkadang mengangguk sebagai pertanda kalau Bella paham dengan hal yang menimpanya semalam. Nyaris saja semalam, Lena terkena pelecehan. Mengapa hal itu malah datang pada dirinya. Bella tak habis pikir, memang belakangan dunia cosplayer sudah banyak yang berubah.

"Bagaimanapun juga, memang sekarang sudah tidak seperti dulu lagi," kata Bella, mengobrak-abrik rambutnya. "Rumit sekali, sedikit-sedikit drama, sedikit-sedikit drama. Selalu saja ada cerita buruk yang selalu datang. Menyebalkan."

"Memang apa yang terjadi?" tanya Lena menoleh pada Bella.

"Semenjak covid-19, kini banyak otaku-otaku baru yang berdatangan. Dan ya kadang beberapa di antara mereka yang baru selalu menggoreng sebuah masalah hingga citra otaku atau wibu jadi buruk di masyarakat umum. Entahlah, apa mereka enggak punya kerjaan selain mengadu domba." Bella mengedikkan bahu. Sebenarnya masih banyak sisi buruk yang terjadi di dunia cosplayer. Bahkan skandal pun sering berdatangan tiap waktu tiada henti selama 24 jam penuh. Apa yang diucapkan oleh Bella kepada Lena masih sebagian kecil saja, masih banyak sisi gelap dari dunia itu.

Terkenal dengan pakaian terbuka dan minim, walau sebagian besar di antara karakternya ada yang tertutup. Tetapi, tak sedikit pula cosplayer yang memanfaatkan karakter-karakter dengan pakaian minim sebagai penarik perhatian para lelaki. Memang menyebalkan, namun seperti itulah faktanya saat ini.

"Intinya hati-hati saja Lena. Skandal dan drama di dunia cosplayer begitu besar untuk terkena," kata Bella menopang dagu.

Mendengar itu, Lena membalas dengan anggukan. Sangat bahaya sekali tidak seperti keinginanku sebelumnya.

"Omong-omong bukannya kamu check-up hari ini?" tanya Bella mengganti topik pembicaraan.

"Sepulang kuliah, kamu bisa kan menemaniku ke rumah sakit?"

Tanpa berpikir panjang Bella mengacungkan ibu jari dengan cepat. Saat menurunkannya, ia teringat sesuatu. Merogoh ponsel di dalam tas, membuka instagram. Sekali lagi, instagram yang muncul di berandanya adalah drama dunia cosplayer. Ia menyeringai, sampai kapan ini akan berakhir?

Bella sengaja mengikuti informasi mengenai dunia cosplayer terutama berita-berita yang menimbulkan drama di antara para penggemar dan cosplayer. Ia ingin tahu seberapa parah dunia yang kini tengah digeluti.

*

Dunia yang didambakan harusnya menjadi tempat yang paling aman bagi Bella dan hobinya. Beberapa bulan sebelum covid-19 menyerang penjuru bumi, dunia cosplayer masih berjalan semestinya, tak ada drama di media sosial atau isu-isu skandal di dunia nyata. Meski ada, paling belum semasif saat ini.

Tepat beberapa bulan sebelum covid-19 menyerang, Bella mengikuti ajang coswalk di Inochi ITS pada 2020. Mendapatkan juara dua saat itu dalam kompetisi itu, membawa pulang piagam sertifikat dan piala. Saat menuruni tangga panggung, Bella memandang perempuan yang lebih tua sedikit darinya tengah melipat kedua tangan. Ia menyunggingkan bibir pada Bella. Rambut perempuan itu panjang terurai dengan warna ungu di salah satu helainya.

"Bagaimana, benar kan kataku kalau kamu akan menang?" tanya Felicia.

"Sangat menantang dan enggak terduga." Bella membalasnya.

"Baguslah kalau begitu, mungkin minggu depan kita bisa memulai karakter baru, seperti Nao Tomori, atau apa pun itu aku akan membantumu."

Namun, perkiraan itu meleset jauh. Event terdekat bulan Februari, bertepatan dengan covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia. Pemerintahan setempat melakukan pembatasan di setiap tempat. Dianjurkan pula mereka melakukan pekerjaan di rumah. Banyak korban jiwa berjatuhan, masuk ke rumah sakit. Bukannya membaik malah semakin parah. Bella yang sudah terlanjur memesan kostum, terpaksa harus mengembalikannya. Agak rugi, tetapi lebih baik dari pada dibiarkan dan tidak digunakan. Awal tahun 2020 menjadi masa-masa yang mengerikan bagi dunia. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top