BAB 1

Banyak hal yang belum kupelajari. Satu kalimat yang sederhana pada dasarnya, tetapi tak semua orang memiliki kesadaran serupa. Aku tengah bersandar di pagar pembatas area parkir mal Tunjungan Plaza. Memandang langit malam dengan kamera yang menggantungkan diri di leher. Baru saja aku dan beberapa temanku melakukan sesi foto dengan cosplayer. Hasilnya cukup memuaskan, namun bagiku ini belum cukup sama sekali.

"Seperti biasa, melamun setelah seharian penuh mengambil foto cosplay." Jaka kini berdiri di sampingku turut bersandar. "Kepalamu pasti dipenuhi dengan tanda tanya, 'kan?"

"Bisa dibilang begitu," balasku singkat. Aku kemudian membalik badanku. "Cukup banyak, dalam waktu semalam tidak mungkin akan beres."

"Mau ambil foto lagi?"

Aku hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban. Kakiku sudah pegal, dan hari sudah larut malam. Pemandangan kota di luar sana jauh lebih indah bila dipandang dari atas sini. Ponsel dalam saku bergetar, segera aku merogoh tuk meraih ponel. Sebuah pesan masuk dari nama yang terpampang di layar ponsel bernama Yudha.

"Kelihatannya dia sudah beres mengambil foto." Aku melepas sandaranku, mengambil lightning yang berdiri tidak jauh dari tempatku. Menyusutkan kaki-kaki mereka. Cukup sederhana sih, hanya mengandalkan tripod kamera sebagai penopang. Aku menggendongnya di pundak.

Kami melangkah menuju pintu masuk mal. Saat melintas, berbagai cosplayer dan fotografer menjadikan lokasi ini sebagai spot foto yang cukup indah, ditambah remang-remang cahaya yang malah membawa kesan sendiri. Melihat peralatan yang dibawa pun kadang membuatku bergidik ngeri. Apa boleh buat, fotografer low budget sepertiku adalah bentuk dari awal yang benar-benar murni, tinggal mode bertahan saja di tengah ramainya fotografer cosplay saat ini.

Tak memiliki komunitas, satu hal yang tergambarkan dalam komunitas fotografer cosplay di Surabaya. Antara aku yang tahu atau memang benar tidak ada. Semua berjalan sendiri-sendiri sebagai pesaing. Hal biasa, kalaupun ada komunitas, persaingan itu masih tetap ada. Yudha sudah berusaha mengumpulkan beberapa fotografer cosplay di Surabaya, dan hasilnya masih sangat minim, jadi belum pasti untuk dibentuk komunitas. Semua berdasarkan individu yang melatih skill sendiri atau membentuk komunitas kecil seperti aku, Yudha, dan Jaka. Aku seperti manusia baru, sebenarnya di antara mereka berdua yang sudah saling mengenal sejak lama, lebih tepatnya saat berada di bangku kuliah. Konon Jaka adalah kakak tingkat Yudha. Itu hanya dugaanku saja.

Lautan manusia semakin memenuhi Convention Hall. Melihatnya saja sudah membuatku menarik napas panjang. "Kenapa juga harus seramai ini di malam hari?"

"Biasanya hari terakhir pasti ramai, apa lagi besok sudah mulai masuk kerja," balasnya, "mau coba hunting satu lagi?" tanya Jaka.

Kakiku sudah pegal berkeliling seharian. Rasanya ingin sudahan, namun rasa malas masih menghantuiku. Jam-jam segini memang event lagi ramai-ramainya. Semua pengunjung sedang ditarik ke arah panggung untuk bernyanyi bersama. Event Jepang semacam ini hanya dibuat sebagai bentuk pelarian, termasuk aku salah satunya yang mudah jenuh.

Kami memasuki area event, berbagai cosplayer menumpuk di dekat pintu masuk. Namun, saat aku menoleh ke sisi lain. Aku memandang sosok cosplayer perempuan sedang berbicara dengan laki-laki yang lebih tua dariku. Enggak mungkin juga lelaki itu adalah ayah atau kakaknya, namun bisa saja demikian. Karakter yang dikenakan adalah Asuna dari Sword Art Online, dengan rambut warna kastanye dan pakai jirah berwarna putih dengan motif merah. Sepertinya itu kostum Asuna dari seri musim pertama.

Aku menghentikan langkahku dan memandangi mereka. Lelaki itu banyak berbicara sedari tadi, tetapi lawan bicaranya tak membalas sama sekali. Lebih tepatnya berusaha mengabaikannya. Aku memanggil Jaka.

"Jak, kelihatannya aku menemukan buruan satu," kataku sembari menoleh pada cosplayer Asuna.

"Boleh, siapkan lampumu."

Aku memberanikan diri untuk mendekati sang cosplayer itu. "Kak aku boleh foto kakak?"

Dia mengangkat wajah, memandangku. "Boleh kok, mau di mana?"

Aku melirik lelaki itu, tampak kesal kelihatannya. Sudah kuduga ada yang tidak beres. Mungkin waktunya menariknya jauh darinya.

"Kalau di dekat tangga mau?" kebetulan daerah tersebut kosong ditambah cukup mendukung.

Dia mengangguk. Aku berbalik badan, kemudian disusul olehnya. Aku mengeluarkan light, memasangnya. Sesi berfoto pun berlangsung. Aku mengambil dari beberapa angle meski berulang kali gagal terus-menerus. Sampai membuatku sedikit jengkel. Aku menghembuskan napas panjang. Namun, aku terus mencoba sampai berhasil. Setelah mendapatkan momen yang pas, aku memintanya untuk mengganti pose. Tidak sampai sepuluh menit, aku mulai menunjukkan hasil fotoku pada cosplayer. Saat memandangnya, ia memancarkan wajah penuh senyuman.

"Bagaimana sudah cukup?" tanyaku pada Jaka dengan nada formal sebagai bentuk candaanku.

"Kelihatannya aku masih belum puas." Jaka melangkah maju, merogoh ponsel menunjukkan pada cosplayer. "Bisa pose seperti ini enggak?"

Aku sedikit melirik pose yang dimaksud. Pose di luar karakter dengan membawa pedang berwarna putih. Cosplayer itu mengangguk kepala, pertanda paham dengan yang dimaksud. Ia mulai meragakan pose menarik keluar pedang dari sarungnya. Jujur saja itu pose yang sulit dijelaskan, bahkan seolah aku serasa memandang Asuna yang sungguhnya. Ia mengangkat kaki sedikit, melirik ke arah kamera. Aku segara menyalakan kameraku, mengambil pose-nya. Aku sedikit mematung saat memandang hasilnya. Rasanya ingin menangis sekaligus tersenyum. Ambigu-kan? Seperti itu kira-kiranya.

Jaka menunjukkan foto itu pada cosplayer. Memang sepuh satu ini kalau bertindak sudah pasti tidak ada yang bisa mengalahkannya.

"Mau pose lain?" kini Jaka bertanya padaku. Aku mengangkat wajah, sedikit mengangguk.

"Kelihatannya memang sudah cukup sih," balasku. "Terima kasih kak, oh ya aku boleh minta instagramnya kakak?"

Ia mengetikkan akun instagram di catatan ponselku, segera aku berbalik bersama Jaka meninggalkan gadis cosplayer itu. Namun, saat tengah melangkah si gadis yang tengah ber-cosplay Asuna itu mengikuti kami. Aku hanya melirik sekilas mungkin hanya ingin ke lokasi yang sama. Rupanya perkiraanku benar-benar meleset, ia tetap mengikuti kami sampai aku benar-benar menghentikan langkah.

"Jadi kenapa kamu mengikuti kami?" tanyaku membuat Jaka turut menghentikan langkah. Jaka menoleh pada gadis yang berdiri di belakang kami.

Tak ada tanggapan, gadis itu menundukkan kepala. Rasanya ia seperti ingin membicarakan sesuatu, tetapi enggan mengatakannya. Atau mungkin ia masih malu ya? Padahal tadi sudah kutunjukkan foto-fotoku. Jaka menyentuh pundakku. "Biar aku saja yang atasi."

"Jadi ada apa?" Jaka melangkah mendekati gadis bernama Lena itu. Sebenarnya itu nama instagramnya sih. Biar lebih mudah saja saat menyebutnya dari pada terus-terusan memanggil "gadis itu".

"B-bagaimana mengatakannya ya? Aku sangat takut."

Mendengar itu membuat Jaka menoleh ke sekitar. Aku pun turut memandang ke arah Jaka menoleh. Ada apa sebenarnya? Aku sedikit penasaran dengan apa yang baru saja dilihat olehnya. Kelihatannya bukan sesuatu yang baik.

"Arta, kelihatannya kita harus keluar dari sini," katanya padaku.

"Apa maksudmu? Apa ada sesuatu yang tidak beres?"

"Jangan pura-pura tidak tahu, Artawan. Kamu yang mengajak cosplayer ini untuk difoto padahal aslinya kamu tengah menyelamatkannya dari pencabulan," bisik Jaka.

"Jadi, kamu benar-benar menyadari juga?"

Jaka mengangguk. "Kita harus keluar dari sini, dan pergi pulang. Hubungi Yudha kalau kita sudah cabut dari lokasi event."

Aku segera mengeluarkan ponsel, menghubungi Yudha sesuai permintaan Jaka. Setelahnya kami bertiga meninggalkan lokasi event. Lebih tepatnya turun satu lantai di foodcourt. Duduk di salah satu bangku yang dipenuhi oleh kerumunan. Lena sang gadis yang ber-cosplay Asuna itu memerhatikan sekitar.

"Tenang saja, kita sudah di luar event kok." Aku meletakkan tas di atas meja, memasukkan kamera ke dalam tas itu. Jaka di hadapanku malah membuka tablet, memulai editing. Cepat sekali ia mulai melakukan editing.

Bisa-bisanya kejadian seperti ini kembali terjadi di dunia yang penuh hiburan. Dasar menyebalkan. Ini bukan kali pertama kejadian pencabulan terjadi di dunia cosplay, bahkan sudah terjadi berulang kali, bahkan ada yang menyebabkan muncul skandal. Siapa saja tak pilih kasih, bahkan fotografer sepertiku bisa terlibat dalam skandal. Dunia ini benar-benar keras, sekeras sebongkah batu yang ditimpuk akan terasa menyakitkan. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top