SEVEN

WARNING : MATURE CONTENT (21+)

■■■■■

Patricia mengerang kesal ketika dia tidak bisa lagi berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Perasaan bersalahnya semakin merayap dalam hatinya dan pikirannya tertuju pada Darren sekarang.
Dia sudah menghabiskan waktunya di kamar itu selama tiga jam dan belum mendapatkan kabar apapun perihal keingintahuannya tentang kerajaan yang dicarinya.

Dia yakin dia sudah menggunakan status offline tapi tetap saja tidak bisa memasuki jalur komunikasi rahasianya. Alhasil dia tidak bisa menghubungi siapapun sekarang. Patricia langsung beranjak ketika dia mengingat sesuatu. Bukankah Darren harus membelikan ponsel baru untuknya? Gara-gara orang itu, dia tidak bisa menelepon siapapun. Bahkan untuk sekedar mengabari ibunya.

Patricia membuka pintu kamarnya dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Darren tidak ada. Suasana sekitarnya begitu lengang. Rumah itu hanya memiliki satu lantai dan tidak memiliki ruang lingkup yang cukup luas. Apalagi diluar sana sedang hujan deras.

Kemana Darren pergi? pikir Patricia. Apalagi mobil Darren masih terparkir di depan rumah ini. Tidak mungkin jika pria itu benar-benar pergi meninggalkannya sendirian disini. Membayangkan hal itu, Patricia malah menjadi panik. Bukankah ini keinginannya dan terus memancing emosi Darren agar gerah terhadapnya? Sehingga dia bisa pergi dan tidak mengganggunya.

Dalam kegelisahan hatinya, Patricia berjalan menuju kulkas dan mengambil minuman dingin dari situ. Dia baru mau meneguk tapi tidak jadi ketika mendengar suara pintu rumah dibuka lalu ditutup.

Patricia langsung menoleh dan tersentak melihat Darren basah kuyup. Pria itu melepas coat panjangnya yang basah dan menaruhnya di lantai begitu saja. Dia melepas sepatunya, diikuti kaos berlengan panjangnya, lalu celana panjangnya.

“Apa kau gila? Kenapa kau membuka pakaianmu disitu?” seru Patricia sambil berlari kecil kearah Darren.

Patricia tidak menyadari lantai kayu yang licin akibat dari pakaian Darren yang basah, sehingga Patricia hampir saja terjatuh kalau tidak sebuah tangan besar yang terasa begitu dingin, menarik lengannya dengan erat.

“Hati-hati, Petal.” ucap Darren dengan suara gemetar.

Patricia mendesis dan kembali berdiri untuk meraih lengan Darren, lalu membimbingnya masuk ke dalam kamar.

“Tunggu disini, aku akan mengambilkan handuk.” ujar Patricia yang langsung melesat ke kamar mandi untuk mengambil handuk bersih.

Dia pun segera kembali ke kamar dan tersentak ketika pria sialan itu melepas boxernya. Alhasil, pria itu sudah telanjang tanpa sehelai benang pun.

“Kau benar-benar gila. Tidakkah kau merasa disini sudah sangat dingin dan kau masih melepas pakaianmu?” tanya Patricia kesal sambil menghampirinya dan melebarkan handuk besar itu untuk melingkupi tubuh Darren.

Darren tidak menjawab. Dia menerima handuk Patricia lalu bekerja untuk mengeringkan rambutnya, wajahnya, dan sekujur tubuhnya.

“Aku akan menyiapkan air hangat untukmu.” putus Patricia kemudian.

Patricia yang hendak kembali ke kamar mandi merasa tangannya ditarik oleh Darren, dan tubuhnya langsung menubruk tubuh besar Darren yang begitu dingin.

“Darren...”

“Hangatkan aku.” ucap Darren parau sambil memeluknya dengan erat.

Pria itu kedinginan. Tubuhnya menggigil dan Patricia pun langsung melakukan sesuatu karena tidak menginginkan pria itu sampai terkena hipotermia.

Dengan cepat, Patricia melepaskan seluruh pakaiannya. Dia menjatuhkan tubuh Darren diatas ranjang, menyelinap di sampingnya, lalu menarik selimut untuk menyelimuti mereka. Patricia memeluk tubuh Darren dengan erat sambil menatap pria itu.

Skin to skin seperti ini dipercaya dapat mengembalikan suhu tubuh menjadi normal jika salah satu merasa kedinginan. Mungkin terdengar absurd, tapi Patricia mengetahui hal ini dari film yang pernah ditontonnya. Lagipula dia pernah sakit dan menggigil, lalu ibunya memeluknya untuk menurunkan panasnya.

“Apa yang kau lakukan, Darren? Kau sudah tahu hujan lebat, tapi masih berkeluyuran di luar sana.” tegur Patricia.

Darren semakin mengeratkan pelukannya, bahkan dia seperti menganggap tubuh Patricia yang mungil dalam rengkuhannya itu seperti boneka. Dia meringkuk seperti beruang grizzly yang sedang ingin dimanja. Kedua tangannya yang besar melingkari dada Patricia, kedua kakinya mengait erat di kedua kaki Patricia, dan kepalanya dibenamkan di lekuk leher Patricia seolah menyerbu kehangatan yang sanggup dia raih.

Patricia menarik napas dan mulai terengah. Jika dia tidak melakukan sesuatu, dia pasti akan kehabisan napas. Darren benar-benar tidak tahu diri jika tubuhnya itu begitu besar, sehingga bisa membuat Patricia sesak dengan tubuhnya yang begitu mungil di dalam pelukannya.

“Aku bisa kehabisan napas.” seru Patricia dengan suara tercekat.

Rambut basah Darren mengenai wajahnya dan tubuh Darren yang dingin semakin mengungkung dirinya dalam dekapan yang semakin erat. Napas hangat Darren menerpa kulit lehernya bersamaan dengan bibir pria itu yang menyesap kulit tubuhnya untuk menahan dingin.

Patricia merasa heran dan mencurigai Darren yang seperti ini. Kemana pria brengsek ini pergi di tengah hujan lebat seperti ini? Dia sudah mengelilingi di sekitaran rumah itu saat lari pagi tadi, dan tidak menemukan apapun selain jalan panjang yang sepi seolah hanya mereka yang menjadi penduduk di kaki bukit itu.

Dia pun sudah mencoba untuk mencari sinyal dan memperhatikan sekelilingnya dengan alat pelacak yang dimilikinya namun hasilnya nihil. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain kembali dengan tangan kosong tadi pagi. Maka itu, dia berniat untuk pergi ke rumah sewaannya, karena semua yang dia butuhkan sudah ada disana.

Petal...” panggil Darren membuyarkan lamunannya.

“Ya?” balas Patricia sambil mengusap rambut Darren yang masih basah.

“Jangan jauh-jauh dariku, okay? Aku tidak ingin ada yang menyakitimu.” ujar Darren dengan suara berat.

Patricia mengerutkan alisnya dan berusaha untuk menatap Darren, namun pria itu masih membenamkan kepalanya di lekuk lehernya. “Apa maksudmu? Sudah kubilang aku tidak membutuhkan...”

“Kau yang bersamaku, itu masalahnya. Alasan inilah yang membuatku sempat melepaskanmu, Petal.” ucap Darren sambil mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan serius. “Jika kau bersamaku, maka kau diincar. Aku berusaha untuk menyembunyikan dirimu waktu itu, namun sekarang tidak lagi.”

“Apa sih maksudmu? Tidak ada yang bisa menyakitiku selagi aku bisa mengorek jantungnya dengan pisauku!” desis Patricia sinis.

Darren mengangguk. “Ya. Itulah yang membuatku merasa kalau kau akan mampu bertahan jika hari penghakiman itu tiba.”

Alis Patricia berkerut heran. Entah apa yang sedang diucapkan Darren sekarang, Patricia merasa kalau pria yang sedang kedinginan itu sedang melantur.

“Kurasa sebaiknya kau tidur saja.” gumam Patricia sambil mencoba menggeliat ke samping.

Darren tidak membiarkannya berpindah sedikit saja, malahan dia semakin mempersempit jarak diantara mereka yang memang tidak seberapa. Semakin Patricia bergerak, semakin Darren menekan tubuhnya.

“Kau mau kemana, Petal? Kau tidak akan kubiarkan pergi sekalipun itu hanya untuk ke dapur.” bisik Darren dengan parau.

Tangan besarnya yang kasar mulai membelai lembut kulit tubuh Patricia dan menangkup satu payudaranya dengan penuh. Darren meremas pelan sambil memberikan kecupan ringan berkali-kali pada lehernya. Damn! Patricia mendesah pelan karena sentuhan Darren yang begitu menggoda.

Tubuh Darren pun tidak sedingin tadi, suhunya mulai meningkat, dan Patricia mulai berkeringat lewat sentuhan skin to skin seperti ini. Dia membalas tatapan Darren yang begitu tajam. Tidak ada kesan usil atau bermain-main seperti biasanya, ekspresinya masih serius seperti tadi. Darren yang sedang menatapnya sekarang terkesan berbeda. Pria itu memberikan tatapan penuh kendali seolah dia tidak ingin dibantah atau diabaikan.

“Ada apa denganmu, Darren?” tanya Patricia bingung.

Tatapan Darren menunduk untuk menatap bibir penuh milik Patricia, tangannya yang meremas kini sedang memainkan puting payudara Patricia yang mengeras. Kulit tubuh Patricia meremang ketika menerima belaian Darren yang lembut dan pelan.

“Aku hanya ingin kau mendengarkanku. Itu saja.” jawab Darren sebelum dia memiringkan wajahnya dan mencium bibir Patricia.

Ciuman yang dilakukan Darren begitu pelan dan tidak tergesa-gesa. Setiap lumatannya terasa menyenangkan, seolah bibir Patricia tercipta hanya untuk dicecapi oleh dirinya, dan hisapannya menunjukkan bahwa hanya dirinya yang berhak merasakan bibir itu.

Patricia mendesah lembut dan membuka mulutnya untuk membalas ciuman Darren. Matanya yang sedari tadi terbuka membalas tatapan tajam Darren pun dipejamkan untuk menikmati ciuman itu lebih dalam. Patricia menyambut lidah Darren yang meluncur masuk ke dalam rongga mulutnya dan membiarkan pria itu menguasainya.

Hujan deras diluar sana semakin kencang lewat guyuran dari atap rumah yang terdengar memberat. Suara petir yang menggemuruh pun diabaikan mereka tanpa perlu merasa terkejut. Mereka masih sibuk untuk saling mencecapi dan bertukar rasa panas yang menguar dari dalam tubuh mereka sampai menjatuhkan selimutnya ke lantai.

“Darren...” erang Patricia ketika dia merasakan satu tangan yang lain membelai lembut sisi tubuhnya.

“Can you feel it, Petal?” bisik Darren dengan lembut. “Can you feel what I feel to you? How your body react to my touch and you’re easily turn me on?”

“Mmmmmm...”

Patricia menggelinjang sambil memejamkan matanya dengan erat ketika Darren menjilat kulit lehernya dalam liukan yang menggoda, dan tangan yang masih sibuk meremas dan membelai tubuhnya.

Kemudian semuanya saat itu terpusat pada sensasi mulut ke mulut, rambut Darren yang berada dalam cengkeraman Patricia, lidah Darren yang bergerak diatas tubuh Patricia, bibir Darren yang membisikkan kata-kata pada kulit Patricia seperti : cantik, sempurna, dan pujian lainnya.

Patricia bisa merasakan mulut Darren semakin lapar dan semakin mendesak ketika dia bergerak menuruni tubuh Patricia. Dengan perlahan, Darren menekan dua jari masuk ke dalam tubuh Patricia dan mengisap titik sensitifnya dengan sungguh-sungguh, untuk mendorong Patricia sampai ke puncak. Patricia bahkan tidak bersuara, dia sama sekali tidak ingin mengeluarkan suara apapun selain menikmati apa yang dilakukan Darren padanya.

Darren mengisap semakin keras dan memompa kedua jarinya dengan kecepatan yang semakin liar. Sampai akhirnya, Patricia menyerah dan berteriak parau memanggil namanya ketika dia sudah mencapai orgasmenya yang begitu panjang.

Patricia membuka matanya dan menunduk untuk melihat kepala Darren yang berada diantara kedua kakinya. Pria itu mengeluarkan kedua jarinya sambil menyeringai padanya. Tatapannya terarah pada Patricia sambil mendekatkan mulutnya pada tubuhnya yang begitu basah oleh cairan gairahnya. Dengan sorot mata birunya yang berkilat tajam, Darren mengeluarkan lidahnya sambil memejamkan matanya untuk menjilat dirinya habis-habisan seakan hendak membuatnya luluh lantah.

“Oh.. Darren!” erangnya penuh nikmat.

Lidah Darren benar-benar terkutuk karena begitu hebat dalam membuat Patricia menyerah untuk yang kedua kalinya karena ketidaksanggupannya dalam menahan ledakan gairahnya. Pria itu benar-benar tahu bagaimana memainkan reaksi tubuhnya dan mampu mengendalikan dirinya tanpa perlu melakukan apapun. Damn! Patricia merasa seperti wanita penggoda yang gila seks, namun itu hanya berlaku jika pria itu adalah Darren saja. Seolah Patricia adalah jalang yang diciptakan khusus untuk pria bajingan itu.

“Kau sangat cantik.” ujar Darren dengan seringaian puasnya sambil merangkak naik untuk mencium bibirnya kembali.

Patricia mengulurkan tangan dan mencakar dada Darren, tangannya bergerak sendiri untuk menjelajahi dan mencakar, menariknya lebih dekat dan mendorongnya ke belakang supaya dia bisa melihat ketika Darren mengarahkan tubuhnya ke dalam tubuh Patricia.

Dia menggelitik perut Darren, merasakan otot yang mengejang di bawah ujung jarinya sambil bersuara parau. “Please, Darren.

“My pleasure, Petal.” balas Darren lalu mengerang ketika dia menurunkan tubuhnya untuk memasuki Patricia sepenuhnya.

Penyatuan itu memberikan sensasi yang luar biasa. Begitu pas dan terasa benar. Patricia nyaris tersedak ketika Darren memompa tubuhnya dengan bernafsu. Darren terasa begitu penuh, keras, dan panjang di dalam tubuhnya. Dada Darren menempel pada dadanya, wajah Darren menempel di lehernya, lengan Patricia mengalungi leher Darren, dan tangannya mencengkeram kuat di rambut Darren yang berantakan.

Darren menarik paha Patricia untuk melingkari pinggangnya, dan pinggulnya yang berputar ketika dia masih bergerak dalam di dalam tubuh Patricia. Suara desahan parau keluar dari keduanya, memenuhi ruang kamar itu. Aroma seks begitu kental dan keduanya begitu bergairah sambil terus mendesakkan diri untuk mendapatkan pelepasannya.

Keduanya bahkan berkeringat di tempat yang memiliki suhu rendah dan hujan lebat yang mengguyur deras di luar sana. Kegiatan bercinta itu membuat mereka lupa dimana mereka berada dan menginginkan hal seperti ini tidak akan cepat berakhir.

Lagi. Patricia kembali menjerit kencang ketika dia mendapatkan orgasmenya, namun kali ini melemah. Dia sudah lelah dan lemas tak bertenaga. Darren masih berada di atasnya, memompa dirinya lebih liar dari sebelumnya, tangannya menekan paha Patricia dan alisnya berkerut penuh konsentrasi.

Darren kembali menekan bibir Patricia dengan kasar dan menggigitnya kencang. Hembusan napasnya semakin berat dan degup jantungnya yang memburu kasar sampai terdengar oleh Patricia. Mereka seakan berbicara tanpa suara dengan ekspresi Darren yang seperti memohon  bahwa dirinya sudah dekat.

Patricia pun mendorong bahu Darren dan mengubah posisi dimana dirinya berada diatas Darren sekarang. Dia mengambil alih untuk memberikan apa yang diinginkan pria itu saat ini. Dia bergerak naik turun diatas tubuh Darren yang menegang keras di dalamnya seiring dengan erangannya yang begitu parau.

Darren segera menangkup bokongnya dengan mantap dan membantu mempercepat gerakannya. Bahkan pria itu mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar di kepala ranjang sambil tetap menangkup bokongnya tanpa berniat menghentikannya sedetik pun.

Posisi seperti ini membuat Patricia bisa merasakan kejantanan Darren melesak masuk begitu dalam ke tubuhnya dan itu semakin terasa nikmat. Otot lengan Darren menegang seiring dengan kecepatan tangannya dalam menggerakkan tubuh Patricia dia diatasnya. Napasnya memburu kasar dan sorot matanya menggelap, lalu kemudian dia mengerang kencang sambil menarik Patricia dalam pelukannya dan menjatuhkan kepalanya pada bahu Patricia.

Denyutan klimaks di sepanjang kejantanan Darren dirasakan Patricia di dalam tubuhnya, kedua lengan Darren begitu kuat memeluknya, tubuhnya bergetar oleh ledakan gairahnya yang begitu panjang, dan keduanya terdiam sambil menikmati momen pelepasan yang memuaskan itu.

“Kau lezat sekali.” bisik Darren ketika sudah menenangkan dirinya.

Patricia tersenyum dari balik bahu Darren sambil mengalungi leher Darren dengan kedua lengannya. “Kau begitu sialan dalam membuatku roboh. Apa yang kau makan pagi ini, huh? Apa kau menenggak obat kuat?”

Darren terkekeh sambil melepas pelukan itu dan menatap Patricia dengan ekspresi isengnya seperti biasa. “Kemampuan bercintamu sudah semakin hebat. Apakah selama tujuh tahun ini kau benar-benar menjadi kucing liar yang membuat mangsanya kewalahan?”

“Tidak usah kaget. Aku yakin kau tahu jelas apa yang kulakukan, sayang.” balas Patricia sinis.

“Maksudmu adalah kau yang hanya membiarkan para pria itu menghisap tubuhmu dan memberikanmu orgasme, tapi tidak dengan memasuki tubuhmu? Atau kau yang hanya menginginkan kejantanan pria di mulutmu yang nakal ini untuk sekedar latihan, supaya kau bisa menjadi lawan yang tangguh untukku di atas ranjang?” sahut Darren dengan alis terangkat setengah.

“Kau mengintipku? Wah, aku cukup terkesima dengan diriku yang mendadak menjadi artis porno untuk dirimu.” desis Patricia sambil melepaskan penyatuan tubuhnya dan bergeser untuk duduk di samping Darren.

“Tidak mengintip. Hanya mengawasi saja agar tidak ada penis lain yang memasuki tubuhmu selain aku. Lagipula aku senang melihat wajahmu saat orgasme itu.” ujar Darren senang lalu menaruh kepalanya untuk berbaring diatas pangkuan Patricia.

“Memangnya jika ada yang memasukiku, kau mau apa? Menampakkan diri untuk mengganggu kegiatan seksku?” tanya Patricia sambil mengerutkan alisnya.

Dia tidak percaya jika Darren bisa mengikutinya secara diam-diam ketika dia sedang dalam perjalanan bisnis atau melakukan pekerjaannya di kantor. Kebanyakan dia melakukan fling dengan kenalan baru dan dia hanya membiarkan para pria menjilat atau mengisap tubuhnya untuk memuaskannya. Sama sekali tidak pernah membiarkan pria lain itu memasukinya. Dan jika dia senang dengan kejantanan pria yang cukup besar, dia hanya akan memberikan blow job secara sukarela sebagai balasan karena sudah memberinya kepuasan.

“Aku akan membuatnya tidak memiliki penis lagi jika ada yang berani memasukimu.” jawab Darren dengan sorot mata yang menghunus tajam seakan dia tidak main-main dengan apa yang diucapkannya barusan.

Ada rasa senang yang menguar dalam diri Patricia saat ini. Entah kenapa Darren terdengar seperti pria yang sedang cemburu.

“Tapi kau membiarkan aku disentuh dan dipuaskan oleh lidah mereka.” ucap Patricia sambil memainkan rambut Darren yang berantakan.

“Yang mempunyai kebutuhan seks tidak hanya pria, wanita juga membutuhkannya. Aku tidak masalah selama bisa melihat dirimu merasa puas dengan cara seperti itu.” ujar Darren santai.

Pria itu mengubah posisinya dan mengarahkan tubuhnya ke samping, tepat di depan perut Patricia. Dia mencium perut Patricia sambil membelai payudaranya dan memainkan puting mungilnya dengan ibu jari.

“Apa yang kau lakukan setelah melihatku dipuaskan? Apakah kau akan mencari jalang untuk dimasuki?” tanya Patricia dengan nada tidak suka.

“Yeah. Aku mencari jalang dan meminta mereka untuk mengisapku. Sama sepertimu. Aku tidak membiarkan penisku sembarangan masuk ke dalam lubang selain milikmu. Kebetulan, penisku cukup bermartabat. Standartnya sangat tinggi untuk bawahan sepertiku yang hanya menginginkan lubang atasannya yang sempit dan nikmat. Yaitu kau, Petal.” jawab Darren sambil menyeringai senang.

“Kenapa kau melakukan hal itu? Apa kau yakin kalau kita akan seperti ini sebelumnya?” tanya Patricia lagi.

“Karena aku sudah menyakitimu dan memperhatikanmu kalau kau masih belum memaafkanku.” jawab Darren sambil memeluk pinggang Patricia dan bergelayut manja di pangkuannya. “Aku hanya ingin memastikan kau sudah bisa melupakanku, tapi ternyata tidak. Aku bahkan tidak mampu melupakanmu setelah apa yang kulakukan padamu. Dan yang lebih parah lagi adalah aku tidak menginginkan wanita lain. Aku hanya ingin kau.”

Deg! Patricia tersentak kaget mendengar ucapan Darren barusan. Dia berusaha mencerna apa yang terjadi sekarang. Sebelumnya, pria itu mengatakan bahwa jika dia bersamanya maka itu akan membahayakannya. Sekarang? Dia sudah tidak bisa menyembunyikan dirinya dan terang-terangan mengakui perasaannya. Ada yang aneh, pikir Patricia.

Apakah ini semacam pengalihan untuk mencegahnya mengetahui sesuatu dan melakukan sesuatu? Apakah ini berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukannya di tempat ini?

Semua pertanyaan itu membuat Patricia semakin menaruh curiga pada pria yang saat ini sedang tertidur di pangkuannya sambil memeluknya dengan erat. Ada apa dengan pria ini? Lalu apa yang dilakukannya di tengah hujan deras tadi?

Baiklah. Patricia merasa harus mengikuti insting kecurigaannya saat ini dengan menjadi wanita yang diinginkan Darren. Sepertinya rencana untuk menetap selama beberapa hari untuk tinggal di rumah ini tidak buruk, demi mendapatkan sebuah informasi dan membuktikan kecurigaannya.

Apalagi penyerangan tiba-tiba yang mereka terima ketika baru tiba itu menguatkan asumsi Patricia bahwa bukan dirinya yang diincar, melainkan Darren. Tidak ada musuh Eagle Eye ataupun Orchid League di negara ini.

Lagipula dia tidak memberikan identitas dirinya yang sebenarnya ketika masuk ke dalam negara ini. Dia memakai identitas palsu dengan nama Jasmine Smith yang bekerja sebagai designer, bukan Patricia Jane Tristan. Dengan kata lain, Darren yang diincar oleh orang-orang itu. Bukan dirinya. Dan itu sudah pasti.

■■■■■

February, 2nd 2019
21.13

Ciyeee... yang jomblo trus kerjaannya nungguin babang upload 😛






Sebenarnya babang masih nggak mood untuk melanjutkan tulisan ini.
You know why?

Tapi hari ini, seseorang datang memberikan semangat baru untuk babang. Dan membuat babang merasa harus berterima kasih untuknya.

Part ini untukmu, neng geulis 💋
"Hatur nuhun tos ditampi kuehna
Mani seer pisan."

I heart you ❤
From lembang with love 🍌🍌🍌🍌🍌

P.S. Babang tulis part ini selama 2.5 jam sambil ngunyahin kue.
Yang babang gigit adalah bronis, tapi yang babang bayangkan itu qm 🤣




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top