PROLOGUE

WARNING : MATURE CONTENT (21+)


Hidup sesuai aturan sudah menjadi makanan sehari-hari untukku karena aku dilahirkan dari keluarga yang berdisiplin tinggi. Aku juga harus melaksanakan kewajiban dalam waktu yang tepat. I mean, benar-benar tepat! Seperti makan malam harus di jam enam tepat, tidur harus di jam delapan tepat, bermain pun hanya satu jam dengan waktu yang sudah ditentukan yaitu seminggu sekali.

Menjalani sesuatu yang berbau perintah tidaklah menyenangkan. Terlebih lagi jika diatur dengan berbagai macam peraturan yang memuakkan. Kedengarannya membosankan? Definitely. Aku sangat bosan dan sampai mengabaikan semua peraturan itu sehingga ayahku marah besar padaku.

Dia berniat menghukumku dengan membatasi semua pergerakanku dan menjodohkanku pada wanita pilihannya. Heck! Itu semakin memuakkan. Aku adalah pria yang sudah berumur 25 tahun dan bukan anak-anak lagi.

Lantas ketika aku menentangnya, ayahku memberiku sebuah pilihan. Mengikuti perintahnya atau aku keluar dari rumahnya dan tidak menyandang nama belakangnya lagi.

Sebagai seorang laki-laki yang memiliki konsisten tinggi, aku tidak akan pernah tunduk pada siapapun. Termasuk pada otoritas ayahku sendiri. Jadi aku lebih memilih untuk keluar dari rumahnya dan dicap sebagai anak durhaka.

Aku mencoba berbagai cara untuk bertahan hidup lewat dari apa yang kupunya seadanya dan berusaha mendapatkan pekerjaan. Yeah. Dan seminggu setelah aku hidup mandiri, aku mendapatkan pekerjaan begitu saja dari seseorang yang kukenal lewat dari sebuah klub malam. Namanya Petra Joshua Tristan. Nama yang terdengar familiar tapi aku tidak ambil pusing.

Aku diharuskan untuk mengikuti pelatihan sesuai yang disarankannya selama dua tahun dan katanya akan menjalani pekerjaan yang cukup berat nantinya. Dengan bayaran yang cukup tinggi di setiap bulannya, tentu saja aku tidak menolak karena kebutuhan hidup sudah menanti di depan mata.

Tapi ternyata ada hal yang menyenangkan di balik semua itu. Bahwa aku bertemu dengan seorang gadis remaja berumur 17 tahun yang cantik dan langsung membuatku menyukainya begitu saja.

Dia sangat mempesona. Dan menggiurkan. Aku bahkan tidak tahan untuk mengangkat naik rok seragamnya yang menggodaku untuk mengintip warna celana dalamnya ketika pertama kali bertemu dengannya.

Sorot matanya yang cerdas dan terkesan malu-malu membuatku mantap untuk mendekatinya secara diam-diam. Aku tidak ingin mengambil resiko akan dipecat karena sudah berniat macam-macam dengan gadis itu karena dia adalah adik dari bosku.

Selama sebulan aku mendekatinya dan keuntungan seolah berpihak padaku kalau ternyata gadis muda itu juga menyukaiku. Aku sangat senang ketika dia membalas tatapanku dengan binaran nakalnya dan pakaian seragam sekolahnya yang membalut pas di tubuhnya yang indah.

Wanita itu bahkan memiliki postur tubuh seperti model meski baru berusia 17 tahun but... who cares? Aku bahkan tidak bisa menahan diri untuk melucuti pakaiannya dan.. yeah. Seperti sekarang ini dimana dia berada di bawah tindihanku sambil menggeliat gelisah.

Wajahnya bersemu merah dan bibir yang terbuka dengan suara yang mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Kemeja seragamnya sudah sepenuhnya terbuka dan bra yang sudah terkait asal diatas payudaranya yang membulat sempurna. Rok seragamnya pun sudah menumpuk di sekitaran pinggangnya dengan kedua kaki yang melebar, memperlihatkan tubuh moleknya yang sudah tidak memakai celana dalam karena sudah kulepaskan.

Dia begitu bergairah setelah kuhisap habis-habisan pada titik sensitifnya yang membengkak dan seolah menuntut lebih. Dia mengerang penuh damba seakan memohon padaku untuk dipuaskan. Dan aku dengan senang hati akan melakukannya.

Diriku yang sudah menurunkan celana jeansku sampai sebatas lutut beserta boxerku bersiap untuk memberikannya pengalaman baru bagaimana nikmatnya bercinta.

"Are you ready?" tanyaku dengan suara parau.

Dia mengangguk lalu menggigit bibir bawahnya sambil menatapku sayu. Damn! Hal itu tentu saja memicu gairahku untuk semakin bernafsu.

Tanpa ragu, aku mengarahkan kejantananku yang sudah begitu mengeras kepada lubangnya dan... holy fuck! Dia begitu sempit sampai aku kesusahan untuk memasukinya.

Aku kembali mengarahkan sambil menekan tubuhnya sedikit lalu menghentaknya pelan untuk mendesak masuk ke dalamnya. Damn! Ketika dia meringis kesakitan, disitu aku merasa seperti melayang tinggi dengan rasa pening yang menjalar di kepalaku. Aku bahkan baru berhasil memasukkan ujung kejantananku tapi sudah senikmat ini.

Mungkin ini rasanya bagaimana menikmati seorang... perawan? Karena selama ini yang pernah kutiduri adalah wanita yang sudah sangat berpengalaman diatas ranjang dan baru kali ini aku menyetubuhi gadis muda yang masih bersekolah. Heck!

"Darren, engghhhh," keluhnya dengan ekspresi wajah meringis.

Aku mengecup keningnya, membelai wajahnya lalu melepaskan kecupan-kecupan ringan dan basah pada kulit lehernya sambil terus mendesak masuk ke dalam tubuhnya.

Gadis muda itu mengepalkan kedua tangannya di kedua sisi tubuhnya dengan gemetar. Nafasnya memburu kasar dan terlihat menahan rasa sakit yang dirasakannya. Semakin aku masuk ke dalamnya, semakin kencang rintihannya dan aku semakin merasa nikmat.

Beberapa kali aku mencoba mendesaknya masuk, sampai akhirnya aku berhasil menerobos jauh ke dalam diiringi adanya selaput yang kutembusi barusan. Holy fucking shit! Kejantananku sepenuhnya tertanam didalam tubuhnya yang sempit dan hangat, rasa nikmat menghantam setiap denyut nadiku dan kepalaku semakin pening. Gairahku melesak naik dan sorot mataku menggelap sambil menahan getaran yang menguar dari dalam tubuhku.

"Darren... enggghhh," rintihnya lagi dengan suara tercekat.

"It's okay, baby. Pejamkan matamu, tarik nafas dalam-dalam dan rasakan nikmatnya. Abaikan rasa sakit itu karena itu hanya sementara," bisikku pelan lalu menyesap daun telinganya dengan begitu dalam.

Kedua tanganku mulai merayap diatas tubuhnya dengan meremas lembut sepasang payudaranya yang indah sambil memainkan putingnya dengan ibu jariku. Ah, rasanya menyenangkan.

Inilah yang membuatku bersemangat setiap kali pulang dari pelatihan yang melelahkan. Karena saat inilah aku bisa bertemu dengan gadis kecilku dan bisa memuaskan rasa penasarannya terhadap hubungan diam-diam seperti ini.

"Ahhhh... ahhhhh, Darren!" kini gadis itu mulai mendesah.

Aku tersenyum dalam hati karena sudah berhasil merangsangnya kembali sehingga dia kembali bernafsu. Tanpa membuang waktu lagi, aku segera menggoyangkan pinggulku untuk melakukan gerakan maju mundur dengan teratur.

Oh shit! Ini benar-benar nikmat! Sangat nikmat! Aku bahkan tidak bisa mencerna apa-apa lagi selain mempercepat gerakanku karena aku sudah semakin terasa pening oleh gairahku yang mulai memuncak.

Sudah beberapa lama aku belum melampiaskan hasratku dan aku mendapatkan seorang perawan sebagai bonusku. Aku bahkan merasa bangga dengan keputusanku untuk meninggalkan keluargaku dan menikmati kesendirianku dengan hal seperti sekarang. Yaitu menyetubuhi seorang gadis muda dengan masih mengenakan seragam sekolahnya pada ruang loker yang ada di gudang belakang mansion keluarganya.

Di tempat inilah kami sering meluangkan waktu untuk bertemu secara diam-diam dan saat ini bercinta untuk pertama kalinya setelah beberapa kali melakukan make out.

"Ahhhhh... please! Darren... please..." erangnya frustrasi.

"Please what, baby?" balasku dengan nafas memburu.

"Please... faster!"

Oh yes! Tidak usah disuruh lagi, aku pun menaikkan tempo permainan itu dengan gerakan maju mundur yang semakin cepat dalam hentakan yang kasar. Aku yakin kalau gadis itu sudah semakin dekat mencapai puncaknya, aku pun demikian.

"Darren! Ahhh... ahhhhh."

Rasa peningku kembali menghantam kepalaku, hawa panas menjalar di balik punggungku dan erangan gadis itu semakin keras diiringi denyutan klimaksnya yang memijat pelan sepanjang kejantananku.

Shit! Hal itu memicu diriku untuk semakin mempercepat gerakanku dan semakin tidak beraturan. Ketika degup jantungku mulai berdentum hebat, disitu aku mencapai klimaks yang begitu panjang.

Kami saling melempar tatapan sayu dengan nafas yang memburu kasar menerpa hangat pada kulit wajah kami. Disitu aku sangat menikmati momen penting seperti ini. Momen dimana aku meyakinkan diriku sendiri untuk mengendalikan gadis itu bagaimanapun caranya. Sekalipun dia adalah adik dari bosku tapi aku tidak peduli.

"Mulai hari ini, kau ada dalam kendaliku. Dan seterusnya akan seperti itu," ucapku dengan suara tercekat.

Gadis itu menggeleng. "Aku tidak yakin soal itu."

Aku menyeringai licik mendengar ucapannya dan terdiam saja. Gadis itu tidak tahu saja kalau aku memiliki segudang rencana untuk terus mendapatkannya, sekaligus mengendalikan hidupnya. Bahkan jika perlu, nafas kehidupannya.

■■■■■

00.46AM
Dec 31st 2018

Hello readers...
Babang kasih prologue sebagai kado tahun baru.
Authormu hiatus karena sibuk dengan dunia nyata (ketawa jahat 😈😈😈)

Jadi, apakah cukup membuat kamu senang? 😎
Seharian ini babang main basah-basahan di pantai dan dapetin ide prolog ini 🍌




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top