ONE
Tenangkan dirimu 😎
Tidak usah gelisah 😄
Sebab aku disini 😙
Hanya untukmu 😏
Happy new year, readers 🥂
🍌🍌🍌🍌🍌🍌
“Kau meminta ijin apa barusan?” tanya Ashton dengan alis berkerut ketika mendengar pernyataan Patricia barusan.
“Aku bermaksud untuk mengecek sebuah kerajaan yang tersembunyi di Eropa Utara dan bermaksud untuk mengemukakannya di sidang UN berikutnya.” jawab Patricia mantap.
Alis Ashton semakin mengerut. “Kerajaan apa maksudmu? Jangan terlalu konyol dengan aksimu sebagai diplomat itu. Jangan terlalu banyak ikut campur, sayang.”
“Justru aku ingin mencari tahu kenapa kerajaan itu sampai tersembunyi dimana aku yakin kalau negara itu memiliki kekayaan alam yang berlimpah,” balas Patricia.
“Kenapa hal itu terdengar seperti Wakanda? Apakah kerajaan itu juga menyimpan banyaknya vibranium yang bisa dipakai untuk membasmi kejahatan yang ada di dunia?” celetuk Petra sambil terkekeh geli.
Patricia mendesis tajam kearah kakaknya dan kembali menatap ayahnya. “Aku bukan ingin ikut campur tapi memang sudah tugasku untuk memajukan hubungan persaudaraan dan kerjasama antarbangsa serta menyediakan bantuan kemanusiaan jika memang satu negara atau kerajaan itu membutuhkan bantuan. Jika tidak ada yang membantu untuk menyuarakan, maka nasib mereka tidak ada yang memperhatikan.”
“Bukankah seorang diplomat itu adalah wakil dari negara asalnya dan bukan sok ingin tahu ada urusan apa di negara orang atau yang kau bilang kerajaan yang tersembunyi?” tanya Ashton dengan nada sindiran.
“Justru karena aku mewakili negaraku, makanya aku mencari informasi mengenai negara lain agar bisa dilakukan kerja sama, apalagi kudengar kalau tanah disana begitu subur dengan...”
“Vibranium?” sela Petra dengan senyuman geli.
Patricia melepas stilettonya lalu menyambit ke arah Petra tapi pria itu dengan cepat menangkapnya. Ally, ibunya hanya mendengus dan melotot tajam ke arah mereka berdua.
“Jangan bertengkar! Petra, kau sudah lebih tua tapi tidak bisa memberikan contoh! Patricia, jaga sikapmu dan jangan main melempar sepatu kepada kakakmu!” tegur Ally yang sedang duduk di sofa besar ruangan kerja ayahnya.
“Dia yang terus-terusan menyelaku!” sahut Patricia tidak terima.
“Aku hanya bercanda,” balas Petra sambil tergelak.
“Go away! Pulang ke mansionmu dan bantu istrimu menjaga bayimu yang baru berumur sepuluh hari!” seru Patricia lantang.
“Sudah ada ibu mertuaku dan kakak iparnya yang cantik yang membantu. Aku hanya menjadi tim hore disana, lagipula aku ada urusan dengan daddy dan kau tidak seharusnya ikut nimbrung di ruang kerja ini.” ujar Petra dengan senyuman setengah.
“Mom, lihat dia! Kelakuannya menjadi semakin brengsek saja dengan menjadi kakak yang tidak tahu diri,” tukas Patricia sambil menunjuk kearah Petra dengan tatapan yang mengarah pada Ally.
“Biarkan adikmu berbicara sebentar pada ayahmu, Petra. Lebih baik kau bantu mommy untuk melihat apakah rajutan sweater yang kubuatkan untuk cucuku ini sudah cukup rapi?” ucap Ally sambil memamerkan sweater rajut berwarna hijau pastel kearah Petra.
Petra hanya terkekeh lalu berpindah tempat untuk duduk di samping Ally dan melakukan pembicaraan seputar perkembangan cucu kebanggaan keluarga Tristan.
Kakaknya itu sudah menjadi seorang ayah dari bayi mungil berjenis kelamin laki-laki dan diberi nama Maxwell Albern Tristan.
“Dad, melanjutkan pembicaraan yang tadi. Aku sudah berpikir masak-masak untuk mencari tahu tentang negara itu,” ujar Patricia yang kembali menatap ayahnya yang sedang asik meneguk kopi di kursi kebesarannya.
“Apa sih nama negaranya? Kenapa aku jadi merasa ingin tahu sekarang?” tanya Ashton sambil meraih laptop kerjanya setelah meletakkan cangkir kopinya.
“Sebuah kota kecil di Finland yaitu Kemi.” jawab Patricia cepat.
“What? Untuk apa kau pergi ke kota kecil seperti itu hanya demi mencari sebuah kerajaan yang tidak penting itu?” seru Ashton dengan alis berkerut tidak senang.
“Hanya ingin mencari tahu saja. Barangkali ada hal yang bisa kudapatkan disana dan...”
“Dengan siapa kau kesana?” sela Ashton langsung.
“Sendirian saja. Aku tidak mungkin datang sampai satu tim.” balas Patricia.
“Kalau begitu tidak boleh!” sahut Ashton.
“Why? Aku selalu bepergian sendirian dan selalu melakukan tugas sampinganku dengan baik jika kau suruh.” ujar Patricia bersikeras.
“Tapi ini berbeda! Ini berada di Eropa Utara dimana negara itu memiliki suhu minus 13 derajat!” sahut Ashton.
“Tapi sekarang sedang musim panas, Dad. Lagian apa-apaan sih kau ini? Aku kan sudah dewasa dan bukan anak-anak lagi.” ucap Patricia dengan nada protes.
“Justru karena kau bukan anak-anak lagi karena itu dengarkan ayahmu yang sudah tua ini. Lagipula kau sudah berumur 24 tahun dan sudah seharusnya kau menikah.” kembali Ashton berujar.
Patricia mengerang kesal sambil mengusap keningnya dengan ekspresi masam. Selalu saja dipermasalahkan soal menikah, apakah tidak bisa sedikit saja ayahnya diam soal umurnya yang sudah bertambah? Toh Patricia sama sekali tidak takut jika memang harus sendirian seumur hidup.
“Aku belum mendapatkan pasangan yang tepat." ujar Patricia kemudian.
“Bagaimana dengan Jared? Sih kepala FBI yang sepertinya dekat denganmu itu."
Aaarrrgggghhhh... yang disebut oleh ayahnya sudah pasti sih Jared itu lagi. Patricia sudah bosan.
“Dad, aku dan Jared tidak ada hubungan lagi.” ucap Patricia dengan penuh penekanan.
“Berarti kalian pernah berhubungan?” tanya Ashton dengan alis terangkat.
“We were just had some night pleasures and that’s all.” jawab Patricia enteng.
Dia bisa melihat ekspresi wajah tertegun dari ayahnya lalu kemudian berubah menjadi datar seolah apa yang dikatakan Patricia barusan adalah angin lalu.
“Apa kau melakukan itu karena mabuk?” tanya Ashton lagi.
“Seriously? Haruskah hal ini dibahas?” sewot Patricia risih.
“Tentu saja. Aku kan hanya ingin memastikan apakah kau benar melakukan hal itu atau hanya berbohong saja.” balas Ashton santai.
“Jika benar, apa yang akan kau lakukan?” sahut Patricia.
“Aku akan bangga padamu kalau ternyata anak perempuanku sudah menjadi wanita hebat sehingga pria sehebat apapun mengejar-ngejarnya. Jared sepertinya tidak buruk, dia cukup bersemangat untuk mendapatkanmu. Jujur saja aku menyukainya.” ujar Ashton.
Patricia hanya tersenyum kecut dan menyibakkan rambutnya dengan malas. Tidak ada yang salah dengan Jared karena dia memang tampan dan memiliki kejantanan yang cukup besar. Tapi tetap saja Patricia tidak memiliki perasaan padanya selain hanya untuk bersenang-senang.
“Hentikan membahas dirinya karena aku tidak sudi membicarakannya. Jadi, aku akan tetap berangkat ke negara itu malam ini juga. Pada dasarnya aku tidak meminta ijin namun hanya memberitahukan saja kepergianku,” tukas Patricia dengan tegas.
Ashton terdiam sejenak sambil berpikir selama beberapa saat lalu melirik kearah Petra yang masih duduk di sofa bersama ibunya.
“Baiklah, kau kuberi ijin untuk pergi kesana asal tidak sendirian.” ucap Ashton akhirnya.
Patricia berdecak kesal. “Aku tidak perlu ditemani dan lagipula aku akan memakai pesawat komersil agar terlihat berbaur dan tidak seperti seorang mata-mata yang ingin mencari tahu.”
“Pada akhirnya kau itu memang adalah seorang mata-mata, sayang. Pokoknya kau harus ditemani dan biar kakakmu yang mencari pendamping untukmu,” ucap Ashton tegas lalu mengarahkan tatapannya kearah Petra. “Petra, cari orang untuk menemani Patricia kemanapun dia pergi. Aku tidak mau sampai harus mendapat pekerjaan dadakan seperti mencari adikmu dengan kabar jika dia hilang di negeri antah berantah.”
“Daddy!”
Petra mengerjap sambil melihat kearah Patricia dengan alis terangkat. Dia tidak langsung menjawab Ashton dan sepertinya sedang berpikir sejenak.
“Kurasa memang lebih baik ada yang mendampingimu, Patricia. Kebetulan kita semua sudah pensiun dan para pengganti tidak terlalu banyak kerjaan,” ujar Petra kemudian.
“Betul sekali, dengarkan apa kata ayah dan kakakmu. Tidak baik kau pergi ke tempat jauh seperti itu sendirian. Apalagi kau memakai penerbangan komersil yang sudah pasti harus transit.” tukas Ally dengan sorot mata lembutnya.
Patricia menghela nafas. “Tapi aku bisa menjaga diriku sendiri, Mom. Aku bahkan bisa menghajar kakak brengsekku waktu itu. Jika ada yang...”
“Bukan masalah kau bisa menjaga diri atau tidak. Soal itu aku tidak perlu meragukannya lagi tapi tetap saja kau membutuhkan teman selama perjalanan.” sela Ashton tegas.
“Haishhh... baiklah!” seru Patricia sambil beranjak dari kursinya. “Aku harus membereskan barang bawaanku dan aku akan berangkat malam ini.”
“Memangnya kau akan naik pesawat apa?” tanya Petra dengan alis berkerut.
“Baru akan kucari nanti.” jawab Patricia ketus.
“Ya sudah kalau begitu biarkan kakakmu ini yang mencarikan tiket dengan penerbangan first class khusus untuk adikku tercinta." ujar Petra dengan senyuman lebarnya.
Patricia memutar bola matanya mendengar ucapan Petra barusan. “Aku ingin berangkat pada penerbangan terakhir karena ada beberapa yang harus kuurus dan tolong siapkan armada jam 8 malam."
“Siap, nyonya.” balas Petra jengah sambil mendesis tajam kearah Patricia.
Patricia pun berpamitan dengan mereka dan segera keluar dari ruang kerja ayahnya untuk menaiki anak tangga menuju kamarnya. Dia segera menyusun pakaian ke dalam koper bawaannya, memeriksa beberapa agenda pekerjaannya dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal.
Kehidupannya sebagai diplomat cukup membuatnya senang. Atau setidaknya dia merasa berguna menjadi seorang manusia dengan menyuarakan ketidakadilan pada setiap sidang UN yang diikutinya. Mewakili negaranya tentu saja membanggakan dan membuatnya semangat untuk memberikan yang terbaik.
Kali ini dia berniat untuk menelusuri sebuah jejak tersembunyi yang didapati dari tim investigasinya perihal sebuah kerajaan yang tersembunyi pada satu kota di negara Finland itu. Almauric, itulah nama kerajaannya.
Niatnya hanya ingin mencari tahu kenapa kerajaan yang jika ditelusuri cukup kaya akan keindahan alam dan kuat secara ekonomi seakan menutup diri kepada dunia? Tidakkah mereka tertarik untuk membuka pintunya dan menyambut para pemimpin negara lainnya untuk berkunjung lalu membesarkan nama kerajaannya sendiri? Atau apakah disana banyak terjadi kekerasan terhadap warganya atau mereka memiliki paham komunis?
Semakin dipikirkan, Patricia menjadi semakin penasaran dan dengan cepat dia menyelesaikan ritual packingnya lalu membersihkan dirinya untuk segera bergegas menuju ke bandara.
Setiap adanya tugas baru, Patricia akan segera bertindak untuk menyelesaikannya dari waktu yang sudah ditetapkan. Lebih cepat bukankah lebih baik? pikirnya. Karena itu dia tidak mau membuang waktu banyak dan segera menarik kopernya ketika dia sudah bersiap untuk berangkat.
Seorang pelayan rumahnya dengan segera membantu dirinya membawakan koper dan sepertinya orangtuanya sudah pergi mengunjungi cucu mereka bersama dengan Petra.
Dia melihat jam tangannya dan waktu baru menunjukkan pukul tujuh, itu berarti dia lebih cepat satu jam dari waktu yang sudah ditentukan tapi masa bodo, dia berniat untuk menuju ke bandara lebih awal dan menikmati makan malam disana.
“Miss, armada yang akan membawa Anda sudah bersiap di depan lobby.” ucap Lex, kepala pelayan mansion orangtuanya dengan lugas.
“Okay. Thanks, Lex. Aku berangkat dulu dan titip salam untuk orangtuaku.” balas Patricia dengan ramah.
Lex membungkuk hormat. “Hati-hati dijalan, Miss. Semoga selamat sampai tujuan."
“Terima kasih.”
Patricia pun melangkah keluar dan mendapati ada sebuah SUV hitam sudah terparkir di depan lobby mansionnya. Salah satu penjaga rumahnya segera membukakan pintu penumpang bagian belakang untuknya.
Patricia menggumamkan terima kasih dan masuk ke dalam mobil itu tanpa memperhatikan siapa yang sedang duduk di sampingnya. Dia baru menoleh kearah sampingnya ketika mobil itu sudah melaju dan matanya melebar kaget. Shit!
“Kenapa kau ada disini?” desis Patricia tajam.
“Perintah sir Petra. Aku hanya menjalankan perintahnya,” balas orang itu dengan ekspresi wajah yang menyebalkan.
“Dan kenapa kau tidak menolaknya? Kau tahu kalau aku membencimu, Darren!” sahut Patricia dengan penuh penekanan.
Darren memberikan senyuman setengahnya sambil mencondongkan tubuhnya kearahnya sementara Patricia mencoba bergerak mundur. Patricia melirik kearah supir yang sedang membawakan kemudi dan sepertinya dia tidak memperhatikan mereka karena telinganya yang sudah terpasang earphone disitu.
“Ternyata kau pendendam, tapi aku malah semakin menyukaimu. Apalagi aku menjadi penasaran karena sosokmu yang luar biasa sewaktu menjadi Rose Petal. Suatu kehormatan bisa mendampingimu kali ini.” ucap Darren dengan suara baritonnya yang terdengar berat.
“Hentikan omong kosongmu, Darren. Aku tidak akan tinggal diam seperti anak remaja yang naif dulu. Dan aku akan bertindak tegas jika kau macam-macam denganku,” balas Patricia dengan alis terangkat tinggi-tinggi.
Seakan ucapan Patricia adalah angin lalu, Darren malah semakin mendekatkan tubuhnya sehingga aroma parfumnya tercium jelas oleh Patricia. Oh dear... aroma itu masih sama seperti dulu, batin Patricia.
“Aku senang jika kau mengancamku seperti ini dan sepertinya perjalanan kita akan menyenangkan. Aku pastikan kau akan aman bersamaku.” ucap Darren hangat sambil mengarahkan satu tangannya ke sisi tubuh Patricia dengan gerakan pelan dan Patricia terkesiap ketika dia merasakan lengan Darren tidak sengaja mendesak lembut kearah sisi payudaranya. Crap!
Darren menyeringai geli ketika melihat ekspresi wajah Patricia yang mulai berang dan dia masih bersikap dengan santai sambil menarik sabuk pengaman yang ada di sisi tubuh Patricia.
“Pakailah pengaman jika kau ingin aman, Petal.” ucap Darren dengan nada berbisik.
Patricia menepis tangan Darren yang hendak memasangkan sabuk pengamannya dan mendesis. “Aku bisa memakainya sen...”
Shit!
Nafas Patricia tertahan ketika Darren tiba-tiba mendongakkan wajahnya dengan kedua tangannya lalu mencium bibirnya begitu saja. Pria itu menciumnya dengan lembut dan begitu hangat. Seolah ciuman itu adalah sebuah ungkapan hatinya yang terdalam.
Kesadaran Patricia yang masih penuh membuatnya segera mendorong bahu Darren agar menjauh. Dia pun langsung menampar pipi Darren dengan sangat keras dan nyaring.
Bukannya meringis kesakitan, Darren malah terkekeh sambil menarik diri dan tetap menatapnya dengan sorot mata yang begitu dalam.
“I love the way you greet me, Petal. Such a young lady who successfully turn me on with the way you are." ucap Darren santai.
“Aku akan mengatakan hal ini pada...”
“Ayahmu? Atau kakakmu? Silahkan saja. Kita lihat apakah kau akan berani mengatakan hal yang sebenarnya. Lagipula barusan itu kita hanya berciuman dan jangan berlebihan. Kita tahu jelas kalau dulu kita melakukan hal yang lebih dari itu,” sela Darren sambil memasangkan sabuk pengamannya dengan cepat.
“Aku lupa betapa bajingannya dirimu.” umpat Patricia dengan nada sinis.
“Karena itulah kau menyukaiku. Ralat. Kau mencintaiku.” balas Darren dengan penuh percaya diri.
“Jangan bermimpi! Aku tidak akan sudi mencintai pria laknat sepertimu. Disamping itu, kau hanya seorang pengawal pribadi yang sudah jelas adalah bawahanku karena aku adalah putri dan adik dari para majikanmu!” ucap Patricia dengan pedas.
Darren mengangguk dengan ekspresinya yang kalem dan sama sekali tidak terlihat tersinggung. “Yeah, aku memang bawahanmu seperti kau yang suka jika aku bekerja di bawahmu.”
Deg! Wajah Patricia memanas ketika mendengar ucapan Darren yang mengartikan hal lain. Bagaimana bisa dirinya sempat berhubungan dengan bajingan seperti itu? Dan kenapa dia bisa menyukainya? Damn!
“Tutup mulutmu, Darren. Aku sedang tidak mood untuk bertengkar denganmu dan jalani tugasmu dengan baik tanpa perlu membuatku berang. Atau aku akan menghilang dari jangkauanmu dan kau tahu jelas tentang keahlianku itu.” ujar Patricia dengan sengit.
Darren hanya tersenyum saja sambil mengangkat bahunya setengah. Dia tidak membalas dan hanya menatap Patricia lewat sorot matanya yang berrkilat senang seolah sedang menggodanya.
Patricia langsung membuang muka kearah jendela untuk memutuskan tatapan itu karena perasaan familiar yang selama ini diabaikannya itu kini kembali lagi dalam bentuk degup jantungnya yang berdegup kencang, wajah yang memanas, puting payudara yang sudah mengeras dan kelembapan yang ada dibawah sana seakan meminta untuk dipuaskan.
Damn to myself, umpat Patricia dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya sendiri untuk menahan reaksi tubuhnya yang berlebihan dan sialnya lagi, hal itu hanya didapatinya dari sorot mata Darren yang mematikan.
■■■■■
00.42AM, Jan 3rd 2019
Nggak cuma cowok aja yang bisa mesum.
Cewek juga nggak kalah mesum.
Kayak qm kan? KAN? KAAANNN??
Regards,
CH
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top