Chapter 7

Setelah mengamati sekitar, keduanya menyadari kalau mereka berada di puncak gunung yang dekat dari barak. Rose bertanya-tanya mengapa Ink malah berteleportasi kemari, tetapi dia justru menanyakan pertanyaan lain yang lebih konyol, "mengapa ada gunung dengan puncak salju di tempat seperti ini?"

Beruntung kali ini mereka tidak benar-benar tersesat. Untuk seorang Dark Knight, ditambah agen lapangan Knight Ops, dan belum lagi seorang Chaos Control, Ink punya satu sisi buruk dalam menggunakan kekuatannya. Dia terkadang berakhir nyasar karena tidak pernah fokus dengan sekitarnya. Ink awalnya juga kebingungan di mana mereka berakhir, dan butuh sepuluh menit lamanya menyadari kalau gunung itu adalah tempat Ink diturunkan dari helikopter.

Berbeda dengan dua Knight lain yang dapat menggunakan kemampuan mobilitasnya tanpa batas, Dark Knight membutuhkan waktu untuk setiap perpindahan yang dilakukan berdasarkan jaraknya. Jadinya Knight Ops membuatkan jam tangan khusus untuk Ink yang dapat menghitung secara akurat sisa waktu yang dibutuhkan Ink agar dapat melakukan teleportasi selanjutnya.

Setidaknya dua jam menghadapi dinginnya salju dapat mereka atasi, sebelum akhirnya berpindah ke daratan yang lebih hangat. Ink berusaha menghubungi kembali Ruby yang menjadi penghubung di markas, tetapi alat komunikasi di telinganya sudah benar-benar rusak. Entah karena sesuatu yang ada di barak atau karena suhu dingin di gunung. Ink yang tidak ingin membuang-buang waktunya untuk menggunakan teleportasi langsung ke markas, hanya memberikannya satu pilihan terakhir dengan menyalakan suar digital yang mungkin akan mendatangkan sebuah helikopter paling cepat sepuluh jam.

Keduanya memanfaatkan kesempatan yang ada untuk beristirahat dengan mendirikan tenda dan sebuah api unggun. Satu lagi akibat dari sifat buruk Ink, dia selalu siap dengan segala perlengkapan berkemah untuk situasi-situasi seperti ini. Sayangnya hanya ada satu tenda, dan Ink harus menghela napas kasar untuk menyerahkan tempat tidur itu pada rekan wanitanya.

Rose yang bisa terbang sesekali mengawasi di langit, melihat apakah musuhnya mungkin telah menyadari kalau baraknya sudah ditembus, dan benda aneh yang disimpannya telah menghilang.

"Kau sungguh tidak mau tau apa ini?" tanya Rose saat dia turun lagi ke tanah, dengan rona putih yang mengelilingi tubuhnya berangsur-angsur menghilang.

Ink sibuk dengan makanan kalengnya, setelah mengunyah sedikit dia membalas. "Misiku adalah untuk membawamu dan segala informasimu pulang dengan selamat. Aku masih ingin menjadi pria yang sederhana dan tidak banyak berpikir."

"Baiklah. Kalau begitu, apapun ini adalah milikku." Rose mengamati lekat-lekat curiannya itu. Simpulnya, apapun benda hitam yang tersimpan di tabung kaca berukuran besar tersebut adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan Dr. Blood dalam rencananya.

Makan, dan kemudian tidur. Kecuali untuk Ink memutuskan menjadi yang terjaga dan mengawasi sekitar, tahu-tahu akan ada hewan buas atau bisa saja salah satu robot buatan Dr. Blood. Dia juga sengaja mematikan cahaya agar tidak membuat perhatian apapun. Malamnya dihabiskan dengan mengambil ranting pohon yang kebetulan jatuh di dekatnya, memotongnya jadi beberapa bagian, lalu mengiris ujungnya hingga runcing. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan Ink jika misalnya dia tersesat di hutan.

"Kenapa kau menerima tugas ini?" Lalu di tengah-tengah suasana yang sunyi itu, Rose berbicara di dalam tenda.

"Maksudnya?"
"Kau mungkin kuat, tapi aku tahu kau sudah mengajukan pengunduran enam bulan yang lalu. Kenapa tiba-tiba kau malah mau membantuku?"

Ink menghentikan tangannya, dan keadaan benar-benar menjadi senyap tanpa suara pisau yang menggesek kayu tersebut. Jika misalnya Rose bisa melihatnya, maka dia pasti akan tertawa melihat betapa terkejutnya Ink.

"Jangan bilang kau benar-benar mencintaiku dan rela melakukan semua ini."

"Jika itu yang kau pikirkan, maka mari kita gunakan itu," sahut Ink datar.

Tenda terbuka, dengan Rose menjulurkan kepalanya. "Kau tahu aku tidak suka kalau seseorang pura-pura menyukaiku."

"Apa itu alasan mengapa tunanganmu meninggalkanmu?"

"Kita sedang membahas kau, bukan aku dan pria brengsek itu." Rose sepenuhnya keluar dari tenda, dan mengambil duduk di salah satu batang kayu yang tadi sudah disiapkan saat makan malam. "Jika kau penasaran bagaimana caranya aku bisa tahu kalau kau akan meninggalkan Knight Ops, well, maksudku kita semua adalah mata-mata--"

"Aku bebas melakukan apapun yang aku mau, Rose." Terdengar hembusan napas yang panjang dari Ink. Pria itu kemudian melanjutkan urusannya, seolah menjadi orang yang tidak peduli. Meski nyatanya memang ada sebuah alasan mengapa dia harus meninggalkan Knight Ops yang telah membantunya ataupun mengapa dia ingin menerima tugas untuk menyelamatkan Rose. Tentu saja dia akan menceritakan semuanya, tetapi Ink masih merasa kalau saatnya belum tepat. Dia lebih memilih membuat lidahnya kaku.

Hingga tangannya kembali berhenti mengiris kayu. Bahkan Rose yang akan kembali masuk ke tenda juga berhenti bergerak. Diam yang sebentar, dan seketika keduanya langsung saling membelakangi dan memutar tubuh beriringan untuk melihat sekeliling.

"Berapa senjata yang kau bawa?"

"Lima." Ink sigap mengambil satu dan memberikannya pada Rose, sementara dua lainnya segera ditarik dari balik jaket kulit coklatnya. Segera kedua mata Ink kembali menghitam lagi sepenuhnya, dan di saat bersamaan dia menembak langsung di kanannya. Bukan peluru biasa, tetapi laser berkekuatan tinggi yang melesat dengan cepat, diikuti suara yang keras terdengar, seperti sesuatu yang menghantam tanah dengan keras.

"Jadi robot ... yang juga tembus pandang?"

"Seharusnya kau tidak terkejut, Rose. Kita berdua tahu seperti apa kemampuan Dr. Blood," balas Ink.

Kepalanya terus berputar. Kiri, kanan, dan bahkan ke atas. Mata Ink bergerak sangat cepat sembari dia terus menghitung dalam hatinya. "Sekitar lima puluh."

Rose mungkin setengah buta, tetapi Ink tidak memerlukan cahaya apapun untuk melihat mereka. Rata-rata yang tergabung dalam Knight Ops adalah mereka dengan kemampuan yang tidak dapat digunakan untuk menyerang ataupun bertahan secara langsung, karena memang organisasi tersebut lebih membutuhkan para Knight yang dapat melakukan pengambilan informasi secara tersembunyi dan sebisa mungkin tidak menimbulkan keributan dan kerusakan.

Termasuk mereka berdua. Wanita itu dapat membuat tubuhnya tembus pandang, sementara kemampuan Ink ada pada matanya. Dia bisa melihat dalam gelap, jarak yang jauh, dan resolusi jutaan megapixel. Berkat hal tersebut, satu-satunya latihan yang dia pelajari dan kuasai adalah kemampuan menembak, dan Ink berhasil menjadi salah satu yang terbaik.

Menemukan hampir dua puluh robot sudah bergerak maju ke arahnya, dia hanya perlu mengedipkan mata sekali dan dengan mudah menarik pelatuk senjatanya, peluru mengenai tepat ke bagian vital pasukan buatan Dr. Blood tersebut. Menghancurkan semuanya hanya dalam sekali memutar tubuh.

"Ada di langit."

Kini giliran Rose, menggunakan kemampuan mobilitasnya sebagai White Knight, dia segera menghilangkan gravitasi yang menariknya, dan langsung melayang dengan tinggi. Cahaya bulan membantunya lebih baik. Dia bisa melihat robot-robot di sekelilingnya dengan jelas, dan tanpa ragu menembak semuanya.

"Kerja sama yang luar biasa." Rose terperanjat. Titik buta di belakang tubuhnya sangat mudah untuk dihancurkan. Dia tidak sempat untuk berbalik, atau bahkan menghindar dari tembakan yang tiba-tiba saja mengenai lengan kanannya. Namun, tahu betul siapa yang membuat suara itu. Rose kehilangan fokusnya, jatuh dengan bebas.

Ink mengangkat kepalanya. Tanpa ragu dia kembali mengeluarkan auranya, dan berpindah dengan cepat ke tempat di mana Rose jatuh. Menangkap wanita itu dengan aman. Di saat bersamaan sebuah robot yang lebih besar muncul di hadapan mereka. Membuat cahaya terang yang mampu menyilaukan mata keduanya.

Dr. Blood, mengenakan jubah merah terangnya yang sudah tidak asing lagi bagi Ink. Namun, tanpa harus menggunakan kekuatan matanya, pria itu tahu ada yang berbeda.

"Kulihat Knight Ops baru saja menyusup ke barakku."

Ink menurunkan Rose, wanita itu masih meringis menahan sakit. Dr. Blood turun dari robotnya, sementara cahaya yang dinyalakan bisa menerangi sekeliling mereka dengan sangat jelas, memperlihatkan semua pasukan robot baru yang mulai berdatangan.

Dr. Blood melangkah maju. Namun, seketika bunyi kaca pecah menghentikannya. Jatuh dari langit, tepat di hadapan mereka. Benda hitam yang sebelumnya tersimpan di dalam tabung kaca curian Rose itu mulai bergerak-gerak. Keduanya sigap mengangkat tangan untuk menembak.

"Pecah ...," ucap Dr. Blood. Ink baru saja mengangkat kepala untuk melihat bagaimana ekspresi ketakutan yang dipancarkan pria di hadapannya itu, sebelum sesuatu seperti bayangan muncul begitu saja, keluar dari benda hitam yang sudah tercecer di tanah tersebut. Bergerak dengan cepat, menyerang semua robot yang masih ada di sana hanya dengan menyentuhnya, dan tak terkecuali Dr. Blood. Listrik mengalirinya, dan kemudian terdengar bunyi sirkuit rusak sebelum pria tersebut tumbang di tanah.

Ink sudah tahu sejak awal kalau dia bukan Dr. Blood yang asli. Hanya robot tiruan yang sangat mirip dan dibuat dengan sempurna. Fokusnya kembali pada benda hitam itu. Cahaya yang terang bahkan tidak mampu menembusnya. Benda tersebut langsung masuk lagi ke tanah. Ink menahan napasnya, melihat seakan bayangannya seperti akan hidup saat benda hitam itu muncul kembali. Namun, kali ini memiliki wujud seperti manusia.

Walau semula tidak begitu jelas, tetapi dalam hitungan detik benda hitam itu sepenuhnya berubah bentuk jadi manusia yang sempurna. Lengkap rambut, mata, dan pakaiannya juga berwarna hitam pekat. Ekspresinya tidak begitu terlihat karena membelakangi cahaya, tetapi saat dia berbicara, bisa tergambar kalau dia sama sekali tidak membuat bentuk wajah apapun.

"Tidak kusangka kita bisa bertemu di sini, Ink."

Keduanya tak bisa menahan diri untuk terkejut, terlebih Ink. Mata supernya seolah sedang menipu dirinya sendiri, tetapi apa yang terjadi di hadapannya benar-benar nyata.

"Itu Ink," ucap Rose pelan. Sementara Ink masih terdiam tidak percaya. Mau dilihat dari sisi manapun, dia sangat mirip dengan Ink.

Begitu dia tertawa, Ink menaikkan kedua senjatanya langsung ke arah kepala sosok itu. "Siapa kau? Bagaimana kau tahu namaku?" Terdengar suara yang mendesis.

"Aku Onyx." Perlahan dia berjalan, agak sempoyongan seolah baru belajar melangkah, tetapi dia akhirnya benar-benar bisa mendekati Ink. Semakin memperlihatkan bagaimana keduanya benar-benar tidak berbeda. "Jangan menghinaku, Ink. Kau sudah lupa? Padahal kau yang mengurungku di dalam sana," lanjutnya, menunjuk kaca yang sudah pecah tersebut.

"Jangan bercanda denganku. Jawab dengan jujur atau kubunuh kau!" Ink mulai mengancam, tetapi Onyx sama sekali tidak takut. Justru dia malah tertawa pelan, dan menantang Ink dengan menarik salah satu tangannya, menarik moncong senjata tersebut di kepalanya.

Ink bisa saja menarik pelatuknya, tetapi entah mengapa dia tidak bisa. Lebih tepatnya tidak ingin. Sesuatu seakan menahan telunjuknya.

Sementara Onyx semakin mengencangkan tawanya, seolah telah mengalahkan Ink. "Kalau kau memang lupa, baiklah. Akan kubuat kau mengingatnya."

Rona hitam terlihat dengan jelas mengelilingi Onyx. Lalu angin yang sangat kuat berhembus tiba-tiba. Debu berterbangan bagai badai, lampu yang menyala rusak seketika. Rose dan Ink hampir tidak bisa melihat.

"Chaos Control: Construct Time!"

"Apa?!" Ink kembali terkejut, dia jelas mendengarkan Chaos Control. Namun, angin terlalu kuat untuk bisa membuatnya melihat apapun. Sebelum akhirnya berhenti. Mereka membuka mata bersamaan, dan menemukan di sekitar mereka bukan lagi hutan yang gelap.

Namun, tanah yang panas, terbelah-belah dan mengeluarkan cairan yang panas. Ink sudah sering tersesat, tetapi kali ini dia punya firasat buruk. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top