Chapter 6
Bunyi sirine yang begitu melengking menggema dengan kuat di langit malam. Barak yang sudah nampak tua tersebut bereaksi dengan cepat dan segera menyalakan puluhan lampu sorot yang terpasang berjajar di dinding batas. Sesuatu yang bergerak dengan cepat berhasil menyalakan alarm keamanan. Pasukan penembak jitu yang berjaga di menara ikut mengarahkan senjatanya ke arah hutan di sekitar. Siapapun yang melakukannya pastilah bukan hewan liar, mesin canggih sekalipun tidak akan mampu bergerak secepat itu. Hanya berarti satu hal.
Sementara senapan otomatis di bagian depan tiba-tiba saja menembakkan ratusan pelurunya. Sistem pertahanan lain aktif dengan segera. Ledakan terjadi dengan mudah dalam satu jalur lurus, tetapi hanya meledakkan tanah dengan meninggalkan bekas yang besar di sana. Bagaimana pun tidak jelas apa yang sebenarnya sedang berusaha dibunuh oleh para penjaga barak.
Namun, meski begitu sistem keamanan masih diaktifkan seluruhnya, karena masih yakin kalau apa yang sejak tadi berusaha dihancurkan itu adalah Knight yang terlatih dengan khusus. Orang dengan kemampuan magis saja sudah cukup menyulitkan, dan menjadi yang terbaik dari mereka adalah bencana yang besar.
Santernya ada sebuah organisasi khusus bernama Knight Ops, yang merekrut para Knight tertentu yang kemudian akan bekerja seperti detektif profesional, tetapi dengan kemampuan spesial yang mereka miliki menjadikannya hampir tidak dapat dikalahkan. Kabarnya hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui, bahkan di antara para Knight pun masih sekedar kabar burung.
***
"Kau baik, Ink?"
Suara dari alat komunikasi di telinganya memanggil, tetapi pria muda itu tidak langsung menjawab. Namun, pria lain yang tadi menghubungi akhirnya mendapatkan jawaban saat mendengar Ink masih berusaha mengambil napas.
Setelah beberapa saat, dia akhirnya berbicara. "Bagian kanan tidak bekerja dengan baik, terkadang macet sesekali, dan itu membuat salah satu senjata di barak ini aktif dan hampir membunuhku."
Terdengar pria di seberang cemberut. "Sudah kubilang untuk jangan menggunakannya, apalagi di misimu saat ini. Lagipula, kenapa kau malah ingin jadi seperti Crimson Knight? Kau sudah punya kemampuan teleportasi."
"Jika bisa tukaran denganmu, aku akan rela membayarmu," balasnya sedikit tertawa. "Lupakan soal itu, bagaimana dengan sistemnya?"
Ketikan yang cepat terdengar di telinga Ink. "Beberapa detik lagi, dan ... sudah." Bersamaan dengan itu, jam di tangan Ink menyala, menampilkan skema berupa peta dari barak di belakangnya. "Kemudian untuk sistem keamanannya, ini akan semudah mengambil permen dari tangan bayi."
Diikuti dengan beberapa suara lain di belakang Ink yang cukup keras. Mencoba mengintip dari balik pepohonan, dia melihat beberapa lampu sorot, aliran listrik di salah satu sisi dinding, dan kemudian senjata mesin otomatis di sana tiba-tiba saja mati.
"Kujelaskan lagi misimu. Markas sudah kehilangan kontak dengan agen Rose selama lebih dari 24 jam, jadi tugasmu adalah membawanya kembali bersama informasi yang dia bawa dengan selamat. Jangan membunuh siapapun, atau melakukan kerusakan sekecil apapun."
"Loud and clear," balas Ink.
"Bagus, ada kemungkinan saat kau masuk komunikasi kita akan terputus, atau bahkan rusak saat kau akhirnya keluar, jadi kuharap tidak ada pertanyaan."
Ink hanya terdiam, lebih memilih meregangkan seluruh tubuhnya sebagai pemanasan kecil. "Bagus. Ruby, keluar."
Komunikasi mereka terhenti, tepat saat itu Ink memasukkan kedua tangannya di saku jaketnya. Kemudian rona hitam sepekat rambutnya menyala di sekujur tubuhnya. Ink menutup mata, dan semakin tidak lama daun-daun gugur di bawahnya mulai berpindah dengan sendirinya. Hingga saat Ink membuka mata, tanah di bawahnya berganti menjadi lantai yang terbuat dari baja keras.
Rona di tubuhnya menghilang beriringan saat dia menatap sekitar, tak ada siapapun yang terlihat. Dia menekan alat komunikasi di telinganya untuk memastikan, dan memang benar hanya terdengar statis saja. Dia mengecek jam tangannya, memperlihatkan peta yang Ruby berikan, sekaligus sebuah alat hitung mundur yang sudah berjalan, dimulai dari hitungan 10 menit. Ink lantas mendesau.
Seketika kepalanya terangkat. Dia sigap menarik senjata api di balik jaketnya ke atas. Matanya memutar lagi, masih tak ada apapun, tetapi Ink yakin ada seseorang di dekatnya.
Ink menahan napas. Mencoba untuk fokus lagi. Kali ini rona hitam itu muncul di matanya, lebih tepatnya seluruh matanya yang abu-abu seketika menjadi hitam, membuatnya tampak seperti orang kesurupan, tetapi dia masih Ink yang sadar sepenuhnya. Saat itulah dia menarik tangannya ke belakang, hanya saja tidak ada apapun.
"Usaha yang bagus, Rose." Perlahan muncul sebuah pisau yang tepat berada di leher Ink, hingga sedikit lagi mengirisnya. Namun, bukan berarti Ink kalah. Saat akhirnya perlahan-lahan tubuh seorang wanita seumurannya yang memegang pisau itu muncul di hadapannya dengan seringai kecil, dengan ujung senjata Ink berada di pipi kanannya.
"Kemampuanmu luar biasa, Ink. Aku selalu ingin punya mata dengan resolusi seperti dewa."
Ink menarik senjatanya, dan menyimpannya lagi, tetapi wanita itu belum menarik pisaunya. "Untuk apa? Mengintipku saat mandi?"
Wanita itu lantas tertawa keras. "Jangan konyol. Kalau memang mau pasti sudah kulakukan sejak dulu."
"Ucap seorang wanita yang bisa tembus pandang, tetapi terjebak di markas seorang ilmuwan gila selama 24 jam."
"Please, aku tidak terjebak, tapi kau tahu hargaku. Tidak ada manusia di sini."
Sebelah alis Ink terangkat. "Tidak ada?"
"Hanya robot, luar dalam dalam. Bahkan penembak jitu di luar sana ini adalah buatan Dr. Blood. Jadi aku hanya menunggu seseorang untuk ... membantu kontrakku."
Sekali lagi Ink menghela napas yang pendek, dan mengambil pisau milik Rose dengan segera. Dia menggulung naik lengan jaketnya, dan mengarahkan mata pisau itu ke lengannya yang berotot. Lalu secara tiba-tiba Rose mengeluarkan sloki kecil.
"Kontrakmu benar-benar merepotkan," gerutu Ink, dan seketika mengiriskan pisau itu ke lengannya, dengan segera darah mengalir, dan perlahan menetes, tumpah lalu tertampung di sloki itu.
"Kalau begitu berdoalah agar kontraku dapat terlepas sepertimu." Saat penuh, Rose langsung meminum darah itu sampai habis.
"Ah ... masih sering minum alkohol, Ink?"
Setelah selesai dengan urusannya, dia menoleh, menemukan pria di sampingnya mulai melilit perban di tangannya yang diiris tadi. "Kenapa? Mau minum denganku kapan-kapan?"
Rose kembali tertawa, meski kali ini lebih pelan. Saat Ink selesai, dia lanjut bertanya. "Jadi apa yang sebenarnya terjadi?"
Wanita itu membawanya ke sebuah ruangan, di dalam sana tampak layar yang sangat besar dengan menampilkan peta sebuah pulau. "Dr. Blood meninggalkan barak ini dua puluh jam yang lalu dengan sepasukan robot terbangnya. Dia ke pulau ini, Aparath. Kerajaan yang makmur berkat hasil laut dan perkembangan ilmu pengetahuan yang masih pesat. Saat ini mereka sedang merayakan hari suci, kurasa hari jadi kerajaan itu, yang ke-900."
Ink kemudian melirik berbagai gambar yang juga ada di peta itu. Tanpa perlu bertanya, Rose tahu betul kemana pria itu melihat. "Dia Putri Chiffon, pewaris tunggal kerajaan yang masih belum cukup umur untuk menjadi seorang ratu yang sah. Kurasa Dr. Blood menggunakan kesempatan itu untuk menghancurkan tempat ini, tapi kurasa dia juga kurang informasi. Intel mengatakan, ilmu pengetahuan di tempat ini sukses mengembangkan pertahanan luar biasa."
"Tapi intelmu dan kita berdua juga tahu kalau Dr. Blood akan selalu lebih pintar," ucap Ink.
"Yah, tapi aku yakin pulau ini tidak akan hancur, mungkin hanya rusak sedikit."
"Apa yang dia inginkan?" tanya Ink. Rose langsung menggerakkan tangannya ke keyboard di bawahnya, menekan berbagai tombol yang dalam beberapa detik akhirnya memunculkan gambar lain di layar. "Ini yang dia cari."
Kedua alis Ink lantas terangkat. Rose sama sekali tidak terkejut melihatnya begitu, sejak awal dia sudah menduganya. Ink merasa tangannya berkeringat, lalu tanpa sadar jari-jarinya mulai memainkan cincin besi yang terpasang di jari manis kirinya.
"Putri itu seorang Chaos Control?"
"Tidak ada yang tahu. Namun, jika iya, maka 20 jam Dr. Blood yang belum kembali bisa menjadi tanda kalau dia sepertinya gagal atau terluka parah."
Rose kembali menggerakkan jarinya dengan cepat di tombol-tombol monitor. Mengatakan pada Ink kalau dia belum mengecek semua informasi yang tersimpan. Jadi sekarang dia mengawasi, mengintip keluar pintu, dan melihat semuanya masih aman.
"PERINGATAN! PENYUSUP! PENYUSUP! SEKTOR B-2! PERINGATAN! PENYUSUP! PENYUSUP!"
Alarm yang berbunyi sangat keras seketika menyentakkan keduanya. Ink sigap kembali mendekati Rose, karena yakin kalau ini adalah ulahnya. "Apa yang terjadi."
"Ada data yang dienkripsi tiga kali lipat di sini, tapi jangan khawatir, aku sedang berusaha." Setenang mungkin dia membalas, tetapi Ink sudah mulai panik saat suara yang menapak lantai-lantai besi di luar ruangan bisa terdengar menggema sama kuatnya dengan alarm itu.
"Rose!"
"Sedikit lagi!"
Kepala Ink mulai bolak-balik berpindah, pada apa yang sebenarnya berusaha Rose cari dan juga pintu keluar. Tangannya mulai dinaikkan. "Rose, ambil tanganku!"
"Sudah selesai!" Saat Rose menekan enter, suara keras disertai asap kecil terdengar di samping mereka. Keduanya menoleh menemukan sebuah benda seperti tabung reaksi tertutup dengan benda berwarna hitam di dalamnya.
Di saat bersamaan pula gagang pintu mulai ditarik. Tidak punya pilihan lain, Ink langsung menarik bahu Rose, tepat saat wanita itu baru saja melompat berusaha meraih tabung kaca tersebut.
Aura hitam yang sama memenuhi kembali tubuh Ink. Pintu terbuka, beberapa robot masuk ke dalam dengan ujung senjata yang siap menembakkan pelurunya. Namun, hanya ada mereka di sana. Ink dan Rose sudah menghilang.
Pria itu berhasil membawa diri mereka keluar, berteleportasi dan berpindah lagi keluar barak. Bahkan terlalu jauh sampai Ink sendiri tidak tahu di mana dia, yang mereka pijak bukanlah tanah, melainkan salju yang agak tebal.
Ink mengecek jam tangannya, waktu hitung mundur tertulis dua jam. Hawa dingin segera menggerogotinya hingga ke tulang, tetapi masih mampu dia tahan. Termasuk menahan rasa kesal pada rekan wanitanya yang berusaha membersihkan salju di pakaiannya.
Sebelum Ink bisa membuka mulut untuk berbicara, Rose mengambil sesuatu dari balik jaketnya. Tabung kaca itu. Dia ternyata berhasil mendapatkannya. Namun, setelahnya malah menatap Ink dengan bingung.
"Jadi ... di mana kita?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top