Chapter 3

Saat Snow lahir, kerajaan yang dipimpin oleh ayahnya sudah tidak memiliki nama. Melainkan hanya sebuah daratan yang tandus dan terbelah hingga mengeluarkan lahar panas di bawahnya. Dulu masih ada istana, tetapi di depan matanya sendiri, Ibunya—Sang Ratu sekaligus Knight menggunakan kekuatannya untuk melindungi semua orang dari amukan Demon hingga napas terakhirnya. Sekarang hanya tersisa reruntuhan dan ruang bawah tanah. Snow selalu merasa bersalah atas kematian ibunya, merasa dia bisa menyelamatkannya saat itu.

Namun, kali ini dia telah berubah pikiran. Orang yang menyebabkan kematian ibunya tidak lain adalah ketakutan ayahnya. Dalihnya selalu menyelamatkan rakyat, tetapi dia masih bersembunyi dan terus mengirim Knight yang masih hidup untuk melindunginya. Saat Snow terbang di udara, dia menatap tanah di bawahnya dengan mata kosong. Nasibku sungguh mengerikan, batinnya.

"Di sini!" Snow lantas turun saat Iris memanggil. Ketika mendarat, dia memicingkan mata untuk melihat objek yang ditunjuk gadis itu dalam gumpalan debu tebal. Angin membantu menerbangkan beberapa, dan terlihat sebuah bangunan yang juga sudah setengah hancur, tetapi beberapa bagian berdiri dengan kokoh.

Begitu masuk ke dalam, Snow perlahan-lahan meletakkan kakinya di lantai kedua, memeriksa apakah strukturnya memang sekuat itu. Namun, sadar kalau tindakannya hanya membuang-buang waktu karena nyatanya orang yang dia cari ada di dalam sana. Semesta seakan semakin mengejeknya saat bisa melihat sendiri seorang pria berjalan mendekat dengan langkah menggema kuat.

"Kau benar-benar datang," ucap pria itu dengan suara agak berat. Rona hijau di tubuhnya perlahan menyusut. Iris menyusul dari lantai bawah, menemukan pria di hadapannya tengah menyeringai kecil.

"Ternyata memang benar kalau Crimson Knight bisa mengetahui di mana Knight lain saat melihatnya, dan omong-omong, namaku Onyx."

Snow dan Iris ikut memperkenalkan diri, tetapi gadis itu menyilangkan bahu untuk membalas. "Kau sendiri bagaimana bisa mengetahui posisi kami?"

"Aku sudah mengawasi kalian sejak lama, dan secara kebetulan saat monster itu akhirnya mengamuk, tempatnya tidak jauh dariku." Pria itu mengedikkan bahu. "Lalu kalian datang."

"Apa kau memang benar-benar tau siapa yang mengendalikan Demon?" Snow yang sudah tidak sabar langsung mengatakan tujuan kedatangannya. Senyuman pria itu semakin naik.

"Sudah pernah bertemu Dark Knight sebelumnya?" kata Onyx dan mengacungkan tangannya tinggi. Meminta mereka untuk meraih masing-masing tangan itu, dan keduanya segera paham. Begitu memegang Onyx, tetiba saja seluruh tempat sudah berganti menjadi ruangan dengan dinding baja yang tebal.

Jadi ini teleportasi, gumam Snow. Tadi imajinasinya agak liar, berpikir kalau perutnya akan terguncang dan listrik menggetarkan otaknya, tetapi semuanya berlangsung seperti halnya saat Snow terbang atau Iris berlari.

Di sekitarnya ada banyak peralatan seperti komputer dan layar besar, tetapi semuanya sudah mati karena tidak ada daya listrik yang mengalir. Di sebelah kanan mereka terdapat dinding kaca besar yang sudah pecah, dan di baliknya terdapat ruangan besar dengan bekas menghitam terbakar api hampir memenuhi isinya. "Dulunya tempat ini adalah laboratorium." Onyx memulai percakapan.

Keduanya menoleh, dan memperhatikan dengan seksama. "Demon adalah hasil sebuah penelitian ratusan tahun yang lalu. Eksperimen yang kehilangan kendali, mengamuk, menghancurkan seisi laboratorium, dan tidak ada yang selamat, termasuk orang yang bertanggung jawab atas insiden itu."

Sesaat kemudian Onyx berbalik untuk menatap mereka, dan beringsut ke arah Snow. Dia menambahkan, "Orang-orang berpikir hanya para peneliti saja yang menjadi korban, tetapi tidak. Bertahun-tahun kemudian, Demon muncul, merusak semua yang ada dan membunuh ribuan orang. Semua Knight saat itu bergegas menghentikan Demon, dan berpikir kalau mereka berhasil, sayangnya monster itu muncul lagi. Demon dihentikan, dan muncul lagi. Terus seperti itu, selama ratusan tahun lamanya tidak pernah berhenti."

Snow menelan ludah dengan kaku saat mendengar cerita itu. Namun, cepat-cepat dia menggelengkan kepala dan membuang perasaan takut. "Bagaimana kau tau soal itu?"

Onyx menatap kedua remaja itu bergantian. Dimulai dari Snow "White Knight." Kemudian berpindah ke Iris. "Crimson Knight." Lalu terakhir menunjuk dirinya sendiri dengan kedua tangan. "Dark Knight. Kalian pasti paham apa kekuatan dasar yang dimiliki masing-masing Knight."

Kali ini, Iris yang berbicara. "Semua Knight pada dasarnya memiliki kemampuan mobilitas yang besar. White Knight bisa terbang, Crimson Knight bisa berlari dengan cepat, dan Dark Knight bisa membuat portal ke lokasi yang sudah pernah didatanginya."

Onyx mengangguk, dan Iris melanjutkan. "Setiap Knight juga punya kekuatannya masing-masing. Snow bisa melakukan telekinesis, dan aku sendiri mampu menciptakan pelindung magis."

"Tetapi Knight memiliki kontrak untuk masing-masing kekuatan yang digunakan, tetapi beberapa kemudian melepaskan kontraknya, dan menjadi Chaos Control." Onyx menambahkan, dan kali ini menatap Snow sedikit berbeda.

Semula cowok itu tidak mengerti akan permainan ekspresi Onyx, hingga dia tersentak ketika menyadarinya. "Kontrakmu juga sudah lepas!"

Onyx lagi-lagi menyeringai, membenarkan hal itu. Keduanya terkesiap. "Lalu kenapa kami tidak pernah melihatmu menghadapi Demon? Bahkan jika kau tidak ingin melakukannya untuk kerajaan, setidaknya kau pasti akan bertarung untuk nyawamu."

"Tentu saja akan kulakukan itu, jika saja memang kemampuanku adalah menyerang atau bertahan seperti kalian."

Alis Iris terangkat sebelah, masih tidak mengerti. Hingga kemudian pria itu langsung mengambil tangan kanan Snow, iris hitamnya seketika melebar dan memenuhi seluruh matanya. Pemuda itu lantas membeku di tempat. Iris memasang kuda-kuda ancaman, hingga Onyx melepaskan tangan Snow dan cowok itu langsung mundur beberapa langkah dengan napas tersegal-segal.

"Apa yang kau lakukan padanya?!" Iris maju dan menaikkan kedua tangan, tetapi Onyx tidak mengucapkan apapun. Barulah setelah beberapa saat Snow akhirnya berkata.

"Aku melihatnya," ucapnya tergopoh, dan mengangkat kepala untuk menatap Onyx, seakan tak percaya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Iris menggerutu karena sama sekali belum memahami apapun.

"Aku menunjukkan apa yang sudah pernah aku lihat. Sesuatu yang juga harus dia lihat."

Iris akhirnya tersadar. Jadi itu kekuatannya. Meski tidak melihat, tetapi gadis itu yakin Onyx memperlihatkan peneliti yang dimaksud.

"Siapa dia?" tanya Snow akan sosok laki-laki yang dilihatnya.

"Seorang Knight, sama seperti kita. Crimson Knight."

"Crimson Knight?" Iris masih bertanya-tanya. Sesuatu menjanggal di kepalanya. Bagaimana bisa pria itu bisa melihat sesuatu di ratusan tahun yang lalu?

Mata ungunya lantas melebar. Jangan bilang padaku—. "Kau bisa pergi ke masa lalu. Itu Chaos Control milikmu. Dan begitu caramu mengetahui semuanya, kan?"

Snow yang masih sesak, di tempatnya lagi-lagi terkejut bukan main. Pria itu mengangguk dengan yakin. Siapa sebenarnya Onyx?

"Masa lalu, masa depan. Aku bisa melintasi waktu." Onyx berdehem sejenak. "Dan kali ini, aku pikir bisa membawa kalian."

Akhirnya mereka paham. Demon sampai sekarang tidak akan pernah bisa dihentikan. Jadi yang harus dilakukan adalah pergi ke masa lalu dan menghentikan penelitian itu. Onyx meralat, mereka akan membunuhnya. Tidak ada keraguan terpancar di antara mereka, pun Iris mulai yakin kalau Onyx memang akan membantu mereka.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Onyx mengangkat tangannya setinggi dada. Kali ini ada angin yang berputar di sekeliling mereka. Tudung Iris sampai terlepas, dan mereka harus melindungi wajah dari debu yang menyesakkan. Hingga tiba saat Onyx mengucapkan mantranya. "Chaos Control: Construct Time!"

Snow menutup matanya, merasakan seluruh tubuhnya begitu berat dan tak bisa bergerak. Dia ingin berteriak karena kesakitan, tetapi mulutnya seakan terkunci. Lalu akhirnya semua hanya hitam di antara kuatnya angin.

Hingga seberkas cahaya terasa menembus kelopaknya, perlahan dia coba membuka mata, dan hanya Snow sendirian di sana.

"Iris?!" Snow berlari ke sekitar, dan tidak menemukan sahabatnya tersebut di manapun. "Iris!"

Sementara di daratan berpasir, gadis bertudung itu berdiri mematung. Sesuatu yang dingin menyentuh kakinya. Hamparan benda biru luas yang berkilauan karena sesuatu di langit memantulkan cahayanya.

Dia bergumam. "Sangat indah ..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top