Chapter 2
Sama seperti kebanyakan orang, Snow pertama kali mendengar dongeng tentang Knight saat masih anak-anak. Sebuah cerita tentang orang-orang yang memiliki kemampuan spesial, tetapi setelah menggunakannya mereka harus membayar dengan cara masing-masing. Dia tak pernah menyangka kalau legenda Knight benar adanya, hingga beberapa tahun kemudian saat Snow terbangun di suatu pagi dan dapat mengangkat apa saja menggunakan pikirannya.
Semuanya terjadi sangat cepat, saat itu Snow bermimpi melihat seseorang mendatanginya, dan menyuruhnya untuk menandatangani sebuah kontrak yang menjelaskan kekuatan serta bayarannya.
Beberapa Knight punya bayaran yang mudah, beberapa lainnya sangat mahal dan mengerikan. Selain Snow, terdapat Knight lain di kerajaan. Seorang gadis bernama Iris dengan kemampuan untuk menciptakan sebuah medan energi yang dapat melindungi serangan apapun. Kekuatan yang besar dengan bayaran mahal, setiap medan yang dibuat Iris mengharuskannya mematahkan jari sendiri.
Berbeda dengan Iris, Snow adalah Knight yang spesial, dia tidak perlu membayar kekuatannya sendiri. Dia sendiri tidak mengingatnya, tetapi tetiba saja mimpi itu datang lagi dan Snow menandatangani kontrak baru. Saat terbangun, dia mendapati dirinya dengan sebuah kalung yang menjadi tanda kalau kontrak lamanya telah lepas. Karena itu pula Snow menjadi garis pertahanan utama untuk menghabisi Demon yang mengamuk.
Snow sampai di pintu masuk istana yang sebagian atasnya sudah hancur. Tak ada siapapun yang menyambut, itu karena semua orang ada di bawah. Mereka menjalani hidup di bawah istana yang sangat luas, beraktivitas dengan normal sebagaimana jikalau mereka ada di atas. Penggunaan ruang bawah istana sebagai tempat tinggal sudah sangat lama dilakukan.
Barulah saat Snow turun, beberapa anak-anak langsung menyambutnya dengan gembira. Dua dari mereka sampai memanjat tubuh Snow dan naik ke atas. "Hei, hati-hati, anak-anak, atau kalian akan jatuh."
"Kalau jatuh, Pangeran Snow pasti bisa mengangkat kami, kan?"
Iris juga mendapatkan sambutan yang kurang lebih sama, tetapi lebih lembut daripada anak-anak hiperaktif di dekat Snow. Mereka menatap tangan Iris yang sudah dibalut perban tebal, membuat anak-anak itu jadi berkaca-kaca sendiri.
"Apakah sakit saat kau melakukannya?"
Iris mengangguk. "Ya, tapi Pangeran Snow selalu bisa menyembuhkanku. Jadi aku tidak perlu khawatir."
Selesai mengurus mereka, Snow dan Iris meneruskan langkah. Tiba di ruangan yang terlihat lebih luas, beberapa orang lain kembali menyambut mereka. Namun, bukan orang-orang seperti sebelumnya, tetapi yang berpakaian lebih rapi. Mereka pelayan kerajaan, dan Snow tidak perlu berbicara banyak melainkan hanya mengangkat tangannya sebagai tanda kalau dia sedang buru-buru.
"Cukup sembuhkan tangan Iris," ucapnya dan berlalu pergi. Di ujung terdapat singgasana besar, duduk seorang pria dengan mahkota dan tongkatnya. Sang raja. Snow langsung berlutut saat dia cukup dekat.
"Snow melapor. Demon muncul di bagian Utara, dan kami berhasil menghentikannya," papar Snow tanpa basa-basi.
Namun, tidak ada balasan. Jeda yang panjang membuat Snow harus mengangkat kepala dan memicingkan mata untuk memastikan kalau raja tidak tertidur. Setelah itu, dia menarik napas yang panjang, dadanya berdetak gugup saat melanjutkan. Snow ingin menyampaikan pertemuannya dengan Knight berbaju hitam itu.
"Raja ... aku sepertinya tau bagaimana cara menghentikan Demon."
Namun, tidak seperti dugaan Snow, reaksi raja masih sama. Hanya memasang wajah datar seakan tidak tertarik. Membuat kesabaran Snow mulai berkurang. "Apa raja mendengarkan?"
"Aku mendengarmu, tapi kau belum menyelesaikan laporanmu." Akhirnya terdengarlah suara yang agak serak itu.
"Apa raja menduga ada yang kurang dari laporanku?"
"Kau belum melaporkan kerusakan dan korban jiwa." Rahang Snow mengeras begitu mendengarnya. Matanya yang masih menatap ke bawah mulai menyala.
"Ayah, dengan segala hormat, itu tidak penting! Sekali lagi, aku sepertinya tau bagaimana cara menghentikan Demon. Seorang Knight muncul dalam perjalanan kembali, dan dia mengatakan punya cara untuk menghentikan Demon. Ini kesempatan kita, untuk hidup dengan layak, tidak lagi bersembunyi di reruntuhan istana."
"Laporan kerusakan dan korban jiwa?" ulang Sang Raja, dan amarah Snow akhirnya meledak. Kedua tangannya mengepal kuat, dan seakan sudah tidak peduli dengan siapa dia berbicara, Snow langsung berdiri dengan kesal.
"Kerusakan?! Ada di mana-mana! Korban jiwa?! Jutaan orang!"
Sementara itu masih nampak wajah yang sama dari Sang Raja. Snow hanya mendapatkan respons senyap yang semakin membuat napasnya memburu cepat. "Kau boleh keluar sekarang."
Menemukan jawaban yang tidak disangkanya itu membuat Snow langsung menderap maju, amarahnya sungguh meluap. Ini bukan pertama kalinya Snow merasakan demikian, tetapi kali ini sungguh sudah keterlaluan.
"Apa ayah bahkan mendengarkanku?!"
"Aku mendengar, dan kau tidak boleh menemuinya."
"Apa?! Kenapa?!"
"Knight yang kau temui bukan bagian dari kerajaan. Bagaimana kalau dia adalah sekutu Demon?!"
"Demon adalah iblis yang tidak bersekutu dengan manusia manapun! Kita akhirnya punya kesempatan untuk menghentikannya, dan ayah bahkan terlalu takut untuk bangkit dari kursi itu."
Namun, sepertinya kali ini raja juga mulai tidak menyukai sikap yang diberikan padanya. "Tunjukkan sopan santunmu, Snow."
"Ayah bukan raja untuk kerajaan ini, melainkan hanya pengecut yang bersembunyi, dan meminta semua Knight mengorbankan nyawa dengan sia-sia!"
"Cukup! Keluar dari sini!"
"Semua Knight! Semuanya termasuk aku! Semuanya termasuk ibu!"
"Keluar dari sini, sekarang!" Raja sampai berdiri dari tempatnya, keduanya sama-sama menatap tajam dengan emosi yang juga memuncak. Berpikir kalau memang pembicaraan mereka hanya sia-sia, Snow berlari meninggalkan tempat itu.
Snow punya rumahnya sendiri, tidak tinggal di dalam ruangan raja bersama ayahnya. Sudah sejak kematian ibunya atau sang Ratu, dan alasannya memang seperti yang terjadi sekarang, dia membenci ayahnya. Tinggal di rumah sendiri adalah saat yang sangat tepat untuk memaki ayahnya sembari menangis, berharap ibunya bisa hidup kembali. Dasar orang tua pengecut.
Namun, kali ini dia tidak berlama-lama melakukannya. Saat keadaan di luar mulai sepi karena orang-orang tidur, Snow pergi dengan mengendap-endap. Naik ke atas sebisa mungkin tanpa menimbulkan suara, dan langsung bernapas lega saat dia akhirnya sampai.
"Mau ke suatu tempat, pangeran?" Snow sontak berbalik terkejut, dan disambut dengan tawa yang puas dari orang tersebut.
"Iris! Apa yang kau lakukan di luar sini?"
"Apa yang pangeran lakukan di sini?"
Snow dengan gerutu memutar matanya, lalu berjalan menjauh dengan cepat. "Sudah kubilang berhenti memanggilku pangeran."
"Baiklah, kalau begitu apa yang kau lakukan di sini?" ulang Iris.
Jubah putihnya melambai mengikuti angin yang menerbangkan debu tebal begitu mencapai tempat terbuka. "Jangan pura-pura tidak tau, Iris," lirihnya.
"Yah. Aku mendengar keributanmu antara Raja, tapi ...." Terdengar suara alas kaki Iris di belakang. "Tidak kusangka kalau kau ternyata benar-benar akan menemuinya."
Snow langsung berbalik dan mengangkat tangannya untuk menghentikan gadis itu mendekat. "Jika kau di sini untuk menghentikanku, sebaiknya kembali lah."
Namun, Iris terlihat tidak memperdulikan. Dia masih terus berjalan dengan tudung kepala dinaikkan, melindungi wajahnya dari kotoran yang beterbangan. Lalu muncul rona hijau di sekujur tubuh Snow dengan cahaya yang lebih terang terlihat di ujung telapak tangannya.
"Aku tidak akan segan, Iris. Aku bersumpah," ucap Snow tanpa ragu, tetapi Iris terus mendekat hingga sampai tepat di hadapannya.
"Aku di sini tidak untuk menghentikanmu, tapi untuk membantumu."
Seketika Snow menghentikan kekuatannya, lalu bertanya dengan gagap. "A–Apa?"
"Snow, apa kau lupa kalau kau seorang White Knight dan aku Crimson Knight? Hanya aku yang bisa menemukan di mana Knight asing itu berada."
Iris lanjut berjalan, mendahului Snow yang masih terdiam sejenak karena terkejut. "Lagipula, hanya kita berdua saja Knight yang tersisa. Aku akan merasa sangat bersalah jika hanya kau sendiri saja yang pergi."
Sudut bibir Snow naik dengan damai. "Terima kasih, Iris. Memang hanya kau yang bisa mengerti."
Iris ikut tersenyum. "Sudah tugasku, pangeran. Lalu, tentang Knight itu, dia ada di sana," sambungnya menunjuk ke arah Utara.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top