Chapter 17

Keduanya sekaan berusaha mengumpulkan nyawa, begitu keras menggaung saat hampir tidak mampu mengatur aliran udara yang keluar dan masuk. Mereka tidak peduli jika harus membuat suara sekeras itu, karena selama dua jam lamanya sudah dihabiskan untuk menghabisi seluruh pasukan robot patroli Dr. Blood yang berlalu lalang di lorong barak, dan sekarang mereka telah berada di ujung tanpa ada lagi sistem keamanan yang aktif untuk membunuh mereka.

Momen istirahat digunakan dalam waktu yang agak lama. Meski dikejar waktu, tetapi mereka yakin akan lebih dari cukup untuk mengembalikan stamina, tidak menutup kemungkinan Dr. Blood memiliki kejutan lain seperti halnya saat di pulau kemarin. Fawn manfaatkan kesempatannya dengan menghabiskan satu liter air dingin yang telah bercampur dengan pasir; bayaran untuk kontraknya. Sementara Azure tidak langsung duduk, satu tangannya masih memancarkan energi biru saat bernapas megap-megap.

Saat mencoba berbicara pun keduanya kesulitan. "Hah ... aku tidak tahu ... kekuatanmu bisa seperti itu," puji Azure. Fawn memilih untuk tidak langsung membalas, masih terlalu kelelahan. Sebaliknya dia menyeringai, dan coba menawarkan satu botol air bersih yang belum dimasukkan apapun, tetapi Azure menolaknya. Dia akhirnya mengambil duduk setelah mematikan kekuatannya.

Setelah merasa lebih baik, Fawn akhirnya menjawab. "Aku melatihnya. Sulit jika seluruh tubuhmu yang membesar, sementara kita harus melakukannya di tempat sekecil ini."

"Hmmm ... aku penasaran apa kekuatanku juga dapat dilatih menjadi sesuatu yang baru. Mungkin energi di tanganku bisa kulemparkan atau apapun," ujar Azure sambil memperhatikan kedua telapaknya, dan langsung disambut gelak tawa dari Fawn.

"Oh sudahlah. Kita punya sesuatu yang lebih penting daripada memikirkan itu." Mereka bangkit bersamaan. "Mereka menahan kita cukup sengit di pintu itu, jadi mari coba ke sana," lanjut Fawn menunjuk pintu di arah kanannya. Setelah menyimpan semua perlengkapannya kembali ke ransel, mereka bergegas ke sana.

Pintu yang dijaga dengan kode, tetapi saat Fawn coba untuk membukanya, kata kuncinya selalu salah. "Mari lakukan dengan cara sulit." Azure yang paham segera mundur, dan memperhatikan sahabatnya mulai melemaskan jari-jari. Rona kuning segera menyelimuti tubuhnya, dan tidak lama semakin terang di tangan kanannya, hingga kepalannya perlahan-lahan membesar. Azure masih terkejut saat melihat itu, padahal dia sudah melihatnya saat mereka menghadapi robot-robot sebelumnya. Dia terkesan karena itu pertama kalinya hanya bagian tubuh tertentu saja dari Fawn yang dapat berubah.

Kepalan tangannya berubah drastis, hampir seukuran dua kepala manusia dewasa. Remaja itu sontak berteriak dan dalam sekali berayun, pintu di hadapannya hancur. Mereka tidak langsung masuk, Fawn mengambil kesempatan untuk meminum lagi air keruhnya sedikit dan membuang botol kosongnya sembarang.

Azure menyusul ke depan dan kemudian saling mengangguk, mereka masuk bersamaan. Semula hanya ruangan yang sangat gelap, tetapi saat sudah sampai di tengah penerangan langsung menyerang retina mereka. Ruangan yang besar, tetapi dipisahkan menjadi dua oleh jendela kaca. Sedikit mendongak ke atas, dan mereka menemukan bagian kontrol dengan Dr. Blood berdiri di sana. Ruang uji coba, bisik Fawn.

"Di mana Putri Chiffon?!" ketus Azure langsung.

"Kalian terlambat," balas pria berjubah merah tersebut dengan lagak melihat jam tangan, meskipun dia tidak memasang apapun di pergelangannya.

"Yah, kami harus berurusan dengan anak-anakmu yang nakal! Lagipula masih lama sebelum tengah malam, dan sebaiknya kau mendidik mereka karena hanya butuh dua Knight dan dua jam untuk menghabisi semuanya."

"Tentu, Fawn, dan terima kasih. Kalian selalu bisa membantu untuk membuat pembaharuan pada semua ciptaanku. Aku harus benar-benar memperhatikan setiap detail, karena sudah ada empat Knight yang berhasil menerobos masuk."

Empat Knight. Azure penasaran siapa lagi dua yang Dr. Blood maksudkan, tetapi dia memiliki urusan lebih penting. Menahan rasa lelah, dia mengulang pertanyaan sebelumnya dengan nada lebih tegas. "Di mana dia?!"

Nampak seringai halus di bawah kumis pria itu. Satu tangannya kemudian terangkat di tempat yang tidak jelas bagi mereka berdua lihat, hingga Dr. Blood menariknya dan darah mereka segera berdesir dengan panas.

"Azure!" Terlihat sesuatu menahan kedua tangannya agar tidak dapat melakukan apa-apa, selain mungkin berjalan dan berteriak.

"Lepaskan dia, Blood!"

"Tidak secepat itu, bocah tengik. Kau tidak mungkin lupa dengan kesepakatan kita, kan?"

Dengan rahang yang menegang Azure menarik kalung dari dalam sakunya, dan menggantung benda tersebut di telapaknya agar dapat dilihat dengan jelas oleh Dr. Blood.

"Sekarang lepaskan Chiffon."

Lagi-lagi pria itu hanya tersenyum. Kemudian suara mesin terdengar di tengah-tengah mereka, dan perlahan-lahan sebuah kompartemen muncul di hadapan Azure. "Pertama-tama, aku harus mengetahui apakah itu memang segel api harapan atau hanya kalung biasa."

"Lepaskan dulu Chiffon baru kau bisa mengambil kalung ini!" tolak Azure.

"Kalau begitu urusan kita selesai." Dengan kasar Dr. Blood mendorong Chiffon agak maju, lalu terdengar suara kokangan yang sangat jelas termasuk bagi kedua remaja tersebut yang berada di ruangan berbeda.

"Blood kau sialan!" murka Azure dan rona biru langsung menyinari dengan terang.

"Kuanggap itu sebagai pujian." Dr. Blood memberikan balasan dengan meledek, sementara seluruh tubuh Chiffon sudah bergetar ketakutan, tetapi yang tidak biasa adalah dari wajahnya nampak tampak tenang.

"Jangan berikan segel itu padanya, Azure." Suaranya pun terdengar longgar. Namun, Azure sudah mengerti mengapa gadis itu bersikap demikian. Terdengar remaja itu langsung berdecak kesal, dan tak memiliki pilihan lain dia menyerahkan kalung di tangannya.

Kompartemen itu kembali turun dengan tempo yang sama, dan tidak lama Dr. Blood melepaskan senjatanya untuk mengambil kalung tersebut yang sudah berada di hadapannya. Dia tatap tanpa berkedip sekalipun, menilik setiap bagiannya untuk memastikan apakah benda tersebut memang yang dicarinya.

"Lepaskan dia sekarang, Blood. Tidak ada lagi main-main."

Sekali lagi pria itu menampakkan senyuman yang sangat naik, dan sekarang tambahan memiringkan kepala. Azure langsung merasakan hawa yang tidak menenangkan. "Tidak."

"Apa?!"

"Kau tidak mendengarkan pesanku? Bawa segel milik Chiffon dan semua ini akan selesai. Well ... beginilah semuanya akan selesai."

Sontak kepala mereka berdua mendidih dengan dahsyat. Azure meraung tajam dan meloncat tinggi dengan kedua tangan yang telah menyala. Dia siap menembus kaca dan menyerang Dr. Blood, tetapi secara tiba-tiba dia terhempas begitu saja dan menimpa Fawn.

"Aku pernah mendengar seorang anak kecil mengatakan sesuatu yang konyol, 'aku tidak akan pernah membunuh siapapun dengan kekuatan ini karena itu adalah janjiku', tapi kurasa dia baru saja akan menghabisi nyawaku tadi."

Geraman dan erangan menyatu dalam mulut Azure saat dia mencoba untuk bangkit, tatapan yang sedingin es dilontarkannya. Dia sudah tidak tahan.

Dr. Blood dengan rasa yang puas lanjut berbicara. "Omong-omong kau suka dinding pembatas ini? Baru kubuat dua hari yang lalu, dan kali ini aku menciptakannya tanpa kekuatanku."

"Lepaskan mereka, Dr. Blood! Kau sudah menahanku dan mengambil segel ayahku. Apa lagi yang kau inginkan?" Chiffon mulai memberanikan dirinya.

"Oh, wahai Putri yang mulia, aku belum selesai. Masih ada yang lain yang ingin kutunjukkan pada kalian. Ruangan ini tidak disebut sebagai uji coba tanpa alasan."

Chiffon menahan napasnya saat mendengar itu, dengan perasaan yang berkecamuk dia melirik ke arah mereka berdua.

Terasa angin yang sangat kencang, menimpa tubuh mereka yang sudah semakin kelelahan, hingga bahkan menghilangkan keseimbangan keduanya. Fawn berusaha bertahan dalam posisi merangkak, tetapi tidak lama tubuhnya terasa ringan. Lantai mulai menjauh dari telapaknya, padahal dia tidak sedang menggunakan kemampuan terbangnya. Hingga dia menyadari Azure juga melayang di langit.

"Arghhhh!" Perbedaan yang lain adalah, Fawn merasakan sakit. Begitupun Azure. Seperti sesuatu menekan mereka untuk terus ke atas.

Azure merasakan tubuhnya hampir tak bisa melawan ataupun bergerak, tetapi di saat terakhir dia masih menemukan tatapan yang memperlihatkan kemenangan dari wajah Dr. Blood. Tatapan yang semakin membuatnya marah.

"Rrraaaaaggghhhhh!" Azure akhirnya menjerit juga karena sudah tidak tahan.

Hingga semuanya berhenti. Keduanya merasakan darah mereka bisa mengalir dengan bebas lagi, tetapi dengan cepat berganti lagi jadi tumpuan keras, meski kali ini rasanya dingin.

"Ouch ... aku sudah lupa rasanya jatuh." Fawn bangkit dengan meringis. Setelah menepuk-nepuk pakaiannya, dia melihat ke sekitar. Sedikit gelap, lantai baja, ruang kontrol dengan kaca yang telah pecah. Masih sama, tetapi juga berbeda.

"Ahh ... di mana kita." Azure akhirnya berdiri juga sembari mengelus lengannya. Namun, yang dia dapatkan hanyalah ekspresi yang sarat kebingungan dari sahabatnya. Hanya dengan itu sudah cukup membuatnya takut, dan membuat mereka jadi terdiam satu sama lain.

"Berhenti di sana!" Lalu teriakan di belakang mereka yang serak memecah keheningan. Mereka sontak berbalik dengan rona Azure langsung menyala, sementara itu Fawn dengan cepat menaikkan senjatanya.

Seorang pria berdiri di hadapan mereka, juga menondongkan satu senjata api. Penampilannya agak lusuh, selain celana yang robek dia hampir tidak mengenakan apapun, tetapi saat bisa memperhatikan lagi Azure segera terkejut akan sosoknya.

"Kau ...?"
"Tidak mungkin ...." Pria itu juga sama herannya.

"Oh, sepertinya bukan hanya kita saja yang diundang kemari." Lalu terdengar suara lain, kali ini Fawn lebih sigap dan mencarinya. Namun, tidak ada siapapun. "Sebelah sini. Astaga, kau ternyata masih sebodoh yang biasa." Suara itu muncul lagi. Ujung senjatanya mengarah tepat ke sana, dan secara tiba-tiba muncul sosok wanita yang ternyata lebih dekat daripada yang dikiranya.

"Kau?!" Fawn akhirnya menunjukkan keterkejutannya, tetapi kali ini dengan nada geram.

"Hai Fawn, lama tidak ketemu." Wanita itu membalas lebih halus.

"Rose dan Ink. Agen Knight Ops. Apa yang kalian lakukan di sini?"

"Kami yang harusnya bertanya, apa yang--bukan, bagaimana kalian bisa ada di sini?" Pria di hadapan Azure bertanya balik.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top