2

Archer

Aku bukanlah orang yang percaya dengan kata takdir atau keberuntungan. Tapi untuk malam ini aku akan mempercayai dua kata itu. Karena saat ini Lea kembali berdiri di depanku. Dan aku bisa menyentuhnya, menyentuh tubuhnya. Setidaknya untuk beberapa menit ke depan.

"Apa menurutmu ini kebetulan Mr. Black?" Akhirnya dia mengangkat pandangannya untuk bertemu dengan mataku.

"Aku lebih suka menyebutnya nasib baik," balasku dan aku mengulurkan tanganku.

Dia mengangkat alisnya, menyambut uluran tanganku. Telapak tangannya sedikit berkeringat tapi selebihnya dia terlihat percaya diri. Kami melangkah, bergabung dengan ketujuh pasangan dansa lainnya dan kulihat dia tersenyum pada Sylvia yang berpasangan dengan pria berambut merah yang mengenakan tuxedo abu-abu. Sementara David dia bersama dengan Leona, kakak Lea. Mereka berdua sangat mirip hanya saja mata Leona tidak hijau seperti Lea tapi hazel.

Saat melodi pertama dari musik yang mengiringi dansa kami mulai mengalun. Aku menariknya ke tubuhku. Menghirup aroma bunga lavender yang lembut dari tubuhnya dan aku dapat merasakan napasnya sedikit terengah saat tanganku berada di pinggang rampingnya.

Dan aku senang, aku memiliki efek yang sama untuknya. Tapi dia tak mau memandangku. Matanya terus tertuju ke arah lain, menghindari tatapanku. Dan aku sangat ingin melihat mata hijaunya.

"Kau sering berdansa, Lea?" Aku menggerakkan tanganku naik menuju punggungnya yang terbuka. Menyentuh kulitnya yang terasa begitu lembut. Itu membuatnya mengerang pelan dan milikku mengeras merespons suaranya.

"Ya. Kakaku penari Tango, tapi kami juga melakukan tarian yang lain. Aku sering ikut berlatih dengannya, hanya untuk mengisi waktu luang," dia menjawab tapi masih tidak melihatku. Aku memutar dirinya dan saat menariknya kembali padaku aku menekan pinggulku padanya. Memberi tahunya seberapa banyak aku menginginkannya. Aku ingin dia tahu itu. Dan aku merasakan tubuhnya berubah tegang di bawah sentuhanku.

"Kenapa kau tidak melihatku, Lea?" Aku bertanya di dekat telinganya dan menyapukan bibirku ke daun telinganya. Cengkramannya di lenganku mengencang dan aku tahu dia menginginkanku dengan sama banyaknya. Dia hanya mencoba untuk menyangkal itu.

Dia mendongak dan mata hijaunya terlihat bersinar. "Jika aku melihat matamu, aku mungkin tidak bisa menahan diriku, Mr. Black."

"Kalau begitu jangan menahannya. Kau dan aku memiliki banyak kesamaan, Lea. Kita mungkin akan menjadi partner yang cocok, kau akan terkejut ketika mengetahui ini akan jadi sangat sempurna," bisikku.

"Kurasa itu bukan ide yang bagus," ucapnya pelan. Dan dia menjilat bibirnya perlahan.

Sialan! Aku benar-benar ingin merasakan bibirnya.

"Kenapa? Ini tidak seperti aku akan memukulimu sampai pingsan. Ini semua tentang bagaimana kita mendapatkan kepuasan, Lea." Aku setengah menggeram padanya.

"Aku belum pernah berpikir untuk menjadi submissive. Dan aku juga tidak yakin akan bisa mengatasi kekerasan, Mr. Black," jawabnya dan ia kembali mengalihkan pandangannya.

Aku mendengus saat musik berakhir dan Lea mencoba untuk melepaskan diri dariku. Tapi aku menahannya, aku perlu meyakinkannya atau setidaknya membuatnya mempertimbangkannya.

"Kita bisa membicarakannya, apa yang kau bisa dan tidak bisa. Itu bisa dinegosiasikan," ucapku dengan nada membujuk. Dan Aku baru melepaskannya saat kakaknya berjalan ke arah kami.

"Mr. Black," ucap Leona sambil mengangguk singkat padaku lalu dia beralih pada adiknya. "Bisa bicara sebentar, Lea?"

Dia melirikku sekilas lalu kembali menatap kakaknya. "Tentu, Leona," jawabnya dan ia mengikuti kakaknya.

Mereka membicarakan sesuatu yang sepertinya membuat Lea tidak senang. Kulihat dia mengerang dan menghentakkan kakinya. Kakaknya menawarkan kunci mobil tapi Lea hanya memandang kunci itu dengan pandangan jijik. Lalu kakaknya terlihat meminta maaf dan pergi.

Lea akhirnya kembali ke tempatku berdiri. Dengan wajah yang mencetak muka masam, dan menurutku itu sangat mengemaskan.

"Ada masalah?" tanyaku.

"Tidak ada. Kakakku hanya harus pulang lebih awal," jawabnya. Aku masih terus mengamatinya. "Sungguh Mr. Black, tak ada masalah sama sekali."

Baliklah, dia tidak ingin menceritakannya dan aku juga tidak punya hak untuk memaksanya bicara. Ini bukan urusanku.

"Jadi, bagaimana dengan proposisiku tadi?" mulaiku saat kami berjalan ke salah satu bangku untuk mengambil sampanye.

"Apa kau benar-benar ingin aku menjadi submissive-mu?" dia bertanya dan melihatku dari balik bulu matanya.

Aku sangat yakin aku menginginkanmu, Lea. Hingga hampir menyakitkan.

"Kau tidak akan tahu seberapa besar aku menginginkan itu," balasku.

"Apa hanya hubungan semacam itu yang bisa kau tawarkan, Mr. Black?" Dia berkedip dan menyesap sampanye-nya sedikit.

Oh, sayang. Apa kau menginginkan kencan? Kekasih?

"Aku hanya tahu hubungan semacam itu, Lea. Aku tidak berkencan. Aku tidak menjalin hubungan." Dia mengerutkan dahinya sekarang.

"Jadi, kita hanya akan melakukan seks? Tanpa ikatan? Atau apapun itu?"

Apa ini benar-benar terdengar buruk baginya?

"Ada beberapa peraturan nantinya, jika kau setuju. Dan kita bisa menegosiasikannya," balasku.

Katakan ya, Lea!

"Seperti batas keras dan batas lunak?"

"Ya, seperti itu," jawabku. Aku mengamati wajahnya yang terlihat makin pucat. "Katakan! Apa yang menahanmu?"

"Aku tidak bisa memikirkan hal baik tentang pukulan dan cambukan," desisnya. "Tapi aku menginginkanmu, ini membuatku tidak bisa berpikir dengan benar."

Aku meraih tangannya yang tergeletak di atas meja dan membawanya ke bibirku. Mencium tiap buku jarinya sambil mengamati ekspresinya. Matanya yang berwarna hijau melebar dan napasnya tertahan.

"Kita bisa memulainya dengan perlahan. Mencari tahu sejauh apa kau bisa menanggungnya, dan ini bukan tentang aku menyiksa dirimu. Aku hanya ingin kau menyerahkan dirimu padaku, kau patuh padaku. Sesederhana itu, Lea."

Dia terdiam. Hanya menatap wajahku, kemudian ia menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Menjilat bibirnya lagi dan menarik tangannya dari genggamanku.

Sialan! Dia akan mengatakan tidak!

Dia masih belum bicara, dan sekarang tangannya berada di pangkuannya. Matanya masih mengamatiku dan ini membunuhku. Aku tidak bisa menunggu apa yang akan dia katakan. "Katakan sesuatu, Lea!"

"Kita mungkin bisa membicarakannya lagi, Mr. Black. Saat aku sudah mencari tahu lebih jauh tentang hal ini. Ini hal baru untukku."

Aku mendesah. Setidaknya dia belum mengatakan tidak. "Aku bisa memberimu beberapa alamat wabsite tentang hal ini. Kau bisa membukanya dan mencari tahu. Dan percayalah Lea, aku tidak akan menyakitimu. Tidak, jika kau tidak mengizinkannya. Mengerti?"

Dia mengangguk dan sedikit menarik sudut bibirnya. Dan milikku berkedut saat melihatnya.

Aku harus mendapatkannya!

Dia Lea-ku!

"Kapan kita akan bertemu lagi?" dia bertanya dan aku merasakan nada berharap dalam suaranya. Dan itu membuatku tersenyum.

"Kau bisa memberiku nomormu, aku akan menghubungimu untuk memberikan waktunya," jawabku. "Atau jika kau bisa Rabu pekan ini, sekitar jam tujuh malam?"

"Oke, Rabu malam. Dimana?"

Aku memikirkan mengajaknya untuk makan malam di restauran yang bagus. Tapi mungkin akan lebih baik jika aku memberinya kesempatan untuk memilih. Meyakinkannya kalau dia selalu memiliki peluang untuk mengatakan apa yang dia inginkan. "Kau yang tentukan dimana."

Dia sedikit terkejut dengan jawabanku, tapi itu membuatnya tersenyum lebih lebar. "Apa kau tidak keberatan kalau itu apartemenku?"

Aku mengangkat alisku. "Itu mungkin akan jadi lebih menyenangkan," ucapku dengan nada sensual.

Dia terkikik dan bulu matanya berkedip dengan cantik. "Kenapa begitu?" dia bertanya dengan nada pura-pura polosnya.

"Oh, Miss White. Kurasa kau mengerti dengan baik apa yang kumaksud," balasku. Dan aku memamerkan seringaiku.

"Tidak, Mr. Black. Aku tidak punya gambaran."

Oh, dia dan mulut cerdasnya.

"Kalau begitu mari kita berharap, Rabu segera datang," ucapku dan menghabiskan sampanye-ku.

***

Pembaca yang budiman vote dan comment kalian sangat berarti bagi saya, jadi jika kalian menyukai cerita ini silahkan klik tanda bintang kecil yang ada di tiap akhir bab. Saya akan sangat menghargainya ....

Arum Sulistyani

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top