1
Archer
"Kau dan Sandra sudah berakhir?" Sarah bertanya padaku dengan nada yang menurutku sedikit menghakimi. Aku hanya mengedikkan bahuku menanggapi pertanyaannya dan meletakkan buku menu lalu memanggil pelayan untuk mencatat pesanan kami.
Aku tahu Sarah peduli padaku tapi aku tidak ingin dia ikut campur dalam urusanku lagi.
"Archer, dia sudah dua tahun menjadi partnermu. Dan kulihat kau cocok dengannya, kenapa kau mengakhirinya?"
"Dia jadi terlalu menuntut. Dan kau tahu, aku tak pernah berniat untuk menjalin suatu hubungan." Aku memesan satu cheeseburgers dan kentang goreng pada pelayan. "Sudahlah Sarah, pesanlah sesuatu!"
"Aku pesan apa yang dia pesan," ucapnya pada pelayan dan beralih kembali padaku. "Jadi kau akan mencari partner baru? Kau ingin aku membantu mencarikannya untukmu?"
"Tidak Sarah, aku akan menemukannya sendiri. Aku tahu kau hanya ingin membantu, tapi yang kau lakukan sudah cukup." Dia akhirnya mendesah kalah dan mengangguk mengerti.
***
Aku tidak percaya aku setuju untuk datang ke pesta lajang konyol temanku. Satu-satunya temanku yang benar-benar temanku. Maksudku, kau mungkin punya banyak teman tapi apa mereka sungguh temanmu? Beberapa mungkin ya, tapi sebagian mungkin hanya mengharapkan koneksi darimu atau kesenangan dari uang yang kau miliki atau mungkin juga dari tubuhmu.
Siapa yang tahu?
"Aku senang kau benar-benar datang." David berjalan ke arahku dengan senyum yang berbinar. Sylvia, calon istrinya bergelayut di lengannya. Gadis itu cantik dan dia memiliki rambut coklat gelap yang mirip dengan rambut Sandra. Mata lebar dengan bulu mata yang tebal dan bibir tipis sensual. Secara fisik dia cocok untuk jadi Submissive-ku.
Singkirkan pikiran itu, Black! Seminggu lagi dia akan jadi istri temanmu!
Aku mengangkat sudut bibirku membentuk senyum bersahabat dan menggangguk pada Sylvia. Dia balas tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Sylvia Donahue, dan kau pasti Archer Black. Dan ternyata kau memang tampan," ucapnya sambil mengerlingkan mata.
"Jangan memancingku, baby! Atau kau akan berada di ranjang dan bukannya menemui para tamu." David menarik gadisnya ke pelukanannya. Mengecup singkat dahi Sylvia. "Lagi pula, Archer itu gay!"
"Aku tidak gay!" dengusku jengkel. Dan David hanya mengangkat alisnya. "Apa kau pernah memergoki-ku tidur dengan seorang pria? Atau bahkan hanya berciuman?"
"Memang tidak. Tapi masalahnya aku juga tidak pernah memergoki-mu tidur atau mencium wanita. Sekali pun! tidak pernah!" balasnya dengan seringai sombong.
"Oh sudahlah, aku percaya Archer bukan seorang gay, dia terlalu tampan untuk jadi gay," ucap Sylvia kemudian matanya beralih pada seorang gadis yang baru saja datang. Dia melambai padanya dan gadis itu bergabung dengan kami. Langsung memeluk Sylvia.
"Selamat! Aku tak percaya kau benar-benar akan menikah, Sylvia. Maksudku, kau bahkan tak pernah bertahan selama sebulan dalam berkencan," ucap gadis itu.
"Yah, kurasa aku hanya belum menemukan yang sesuai waktu itu," ucap Sylvia.
Awalnya aku hanya melakukan pengamatan singkat pada gadis itu. Ia memiliki tubuh yang ramping dengan kaki panjang yang sexy. Rambutnya berwarna pirang terang dan bibirnya yang kecil terlihat mengkilap berkat lip gloss pink yang dia pakai. Tapi saat dia menoleh padaku aku seperti tersihir, mata hijaunya yang pucat begitu mempesona dan saat bulu matanya berkedip ia terlihat begitu cantik dan saat itu juga aku ingin dia berlutut di kakiku dan berada di ruang bermainku. Aku ingin mulutnya yang kecil menghisap milikku dan itu membuatku membayangkan hal lain yang lebih panas.
Cukup Black! Dia terlihat terlalu muda!
"Archer, Kenalkan Lea White. Dia adik temanku." Suara Sylvia membawaku kembali ke ruangan ini.
Sekarang gadis itu mengulurkan tangannya. Kulitnya terasa lembut dan hangat tapi ia memiliki genggaman yang kuat. "Archer Black."
"CEO dari Luxurious Enterprise?" Dia bertanya tapi tidak ada nada kagum atau menjilat dalam suaranya.
"Ya," jawabku. Dan saat dia menarik tangannya dariku, aku ingin menariknya kembali.
"Oke. Kurasa aku akan minum beberapa gelas sampanye yang manis dan mencari kakaku." Dia mengangguk pada David dan mengecup kedua pipi Sylvia. "Aku masih tak percaya kalau seminggu lagi kau akan menikah."
"Percayalah! Dan kau harus datang! Omong-omong akan ada permainan kecil nanti," balas Sylvia.
"Kuharap permainan itu tidak melibatkan perputaran botol dan hukuman konyol," gumamnya.
"Jangan merusak kesenangannya, baby!" balas Sylvia dan gadis itu, Lea. Dia tertawa dan melenggang pergi.
Aku masih mengamatinya, tubuh bagian belakangnya juga sangat menggairahkan dan demi Tuhan, dia memakai gaun backless yang mengekspos punggungnya yang putih. Kulit yang sangat putih. Dan aku yakin kulit itu akan kontras dengan warna merah setelah aku mencambukinya.
Dia bukan submissive-mu, Black!
"Pergilah minum! Dan cari wanita untuk membuktikan kalau kau bukan gay!" David menepuk punggungku dan pergi menemui tamu lain.
Sekarang aku merasa sangat bodoh. Aku hanya duduk di salah satu bangku sambil menyesap segelas sampanye dan mengamati Lea White. Dia bicara dengan seorang wanita yang terlihat mirip dengannya. Mungkin itu kakaknya, dan tiap kali ada pria yang mencoba mendekatinya ia cenderung menghindar dan hanya menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban-jawaban singkat. Seolah dia tidak nyaman berada di dekat pria. Lalu tiba-tiba ia menoleh ke arahku dan mata kami bertemu.
Ambil kesempatan itu, Black!
Aku tersenyum dan melambai padanya agar dia mendekat. Dia mengerutkan dahinya terlihat tidak yakin, lalu menunjuk dirinya sendiri sambil menaikan alis dan aku mengangguk.
"Anda memanggil saya, Sir?" Dia bertanya dengan suara lembutnya dan berdiri tepat di depanku. Dan Sialnya dia memanggilku Sir seolah dia tahu orang macam apa aku ini.
"Ya. Mau menemaniku minum?" Aku menawarkan segelas sampanye padanya.
"Aku harus menyetir pulang, jadi aku harus tetap sadar, Mr. Black. Kecuali jika kau mau mengantarku nanti." Dia tertawa kecil dan duduk di bangku kosong yang ada di sampingku.
Aku mungkin malah akan menculikmu, sayang.
"Aku tak akan keberatan mengantar wanita cantik sepertimu," jawabku dan pipinya yang putih kini memerah.
Apa dia jarang mendapat pujian? Dia cantik, sangat cantik.
"Berapa usiamu, Lea?" Dia kembali mengerutkan dahi.
Apa aneh jika aku menanyakan usianya?
"Dua puluh tiga, Mei lalu." Dia menjawab tapi tidak melihat ke mataku.
Dua puluh tiga? Dia terlihat lebih muda dari itu. Kukira dua puluh atau dua satu. Itu bagus, dia tidak semuda yang aku pikirkan.
"Dan pekerjaanmu?" Kali ini dia mendongak dan aku dapat melihat mata hijaunya yang pucat. Mata yang sangat indah.
"Aku seorang PA," jawabnya.
"Di?"
"Sebuah perusahaan konstruksi."
Hanya itu, dia tak menjelaskan lebih lanjut. Dan dia juga tidak menanyakan apapun tentangku.
"Kau sudah lama mengenal Sylvia?"
"Sejak kecil. Dia teman kakakku dan dia sudah banyak membantuku. Dia orang yang sangat baik, aku senang akhirnya dia bertemu dengan pria yang baik juga. Kuharap pernikahan mereka bahagia." jawabnya tulus.
"David memang orang yang baik," sambungku. Aku meletakkan gelas sampanyeku di atas meja. Dan aku menangkap lirikan matanya yang tertuju pada cincin emas yang melingkari jari telunjukku "Apa yang kau lihat, Lea?"
"Cincin itu. Apa anda seorang dominant, Mr. Black?"
Dia tahu.
"Dan apakah kau seorang Submissive, Lea?" aku balas bertanya. Dan ia kembali tersipu.
Kenapa dia tersipu?
Dan Sialan! Aku suka dia memerah karenaku. Aku benar-benar menginginkannya, aku ingin merasakan tiap jengkal tubuhnya.
"Bukan," jawabnya pelan. "Aku hanya sedikit tahu tentang dunia itu. Apakah menyenangkan jika menyakiti seseorang?" Dia mengerutkan dahinya, mengamatiku.
"Bukan itu intinya, Lea. Itu semua tentang penyerahan, tentang bagaimana kau mendapatkan kepercayaan sepenuhnya atas tubuh seseorang," gumamku.
Aku tak percaya, aku membicarakan topik ini di sebuah pesta lajang temanku.
"Tapi bukankah kau akan menyakiti mereka? Seperti pukulan dan cambukan?" Dia bertanya lagi. Terlihat lebih tertarik.
"Hanya jika mereka mengizinkan dan itu semua tentang mendapatkan kepuasan, Lea. Kau akan terkejut ketika mengetahui hal itu menyenangkan."
"Menyenangkan?" Dia menelengkan kepalanya, terlihat berpikir.
Beri dia peluang, Black!
"Aku bisa menunjukkannya padamu jika kau tertarik," tawarku. Kali ini mata hijaunya melebar dan bibirnya sedikit terbuka.
Oh Tuhan! Aku ingin melumat bibir itu!
"Lea!" gadis yang mirip dengannya tadi kini memanggilnya. Dan dia berdiri.
Aku tidak ingin dia pergi.
"Permisi Mr. Black, kakakku memanggilku." ucapnya. Dan sekali lagi aku melihat punggungnya yang sexy menjauh dariku.
Kurasa itu akhir dari pertemuan kami.
***
Pembaca yang budiman vote dan comment kalian sangat berarti bagi saya, jadi jika kalian menyukai cerita ini silahkan klik tanda bintang kecil yang ada di tiap akhir bab. Saya akan sangat menghargainya ....
Arum Sulistyani
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top