26. Bestie
Bagian Dua puluh enam.
Terkadang, perlakuan mengesalkan dari seseorang adalah sebuah perhatian yang tidak disadari oleh kita.
-The Cold Princess-
Sebelumnya, Moza tidak pernah merasakan hal seperti sekarang. Ia tidak bisa tertidur semalam karena bayang-bayang Darren yang selalu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Alhasil, sekarang ia terlambat bangun pagi. Darren sudah menunggunya di lantai bawah, sedangkan dirinya masih sibuk merapikan bajunya. Hari ini, sekolah libur. Hanya ada suruhan datang ke sekolah menggunakan seragam olahraga, untuk berpamitan salam perpisahan dengan SMA Garuda.
Saat Moza melihat jam digital di meja belajarnya, ia semakin panik. Darren sudah menunggunya lebih dari setengah jam. Ia akhirnya langsung mengambil tas di kursi belajarnya dan berlari keluar kamar.
Namun saat di luar, pikiran anehnya mulai menyerang. Hari ini, ia belum memakai make up sedikitpun. Tidak memakai bedak sepoles pun, juga bibirnya yang pucat karena tidak memakai lip tint atau apapun.
Kalian tau bagaimana ketika kalian merasakan kasmaran? Ya, selalu ingin terlihat sempurna ketika di hadapan orang yang kalian sukai.
Dan sekarang, Moza tidak menyempurnakan penampilannya sama sekali. Bahaya.
Moza akhirnya membuka pintu kamarnya kembali dan memoles sedikit bedak di wajahnya, juga memberi lip tint di bibirnya. Ia tidak sampai merapikan semuanya karena Darren sudah menunggu lama.
Saat turun tangga, Moza melihat Darren yang sedang menggendong Nayla.
"Ayo."
Darren menoleh, ia melihat Moza yang sudah berdiri sambil menggendong tasnya. Cowok itu langsung memberikan Nayla kepada Jordi yang berada di hadapannya.
"Ini, Om."
Jordi mengambil alih gendongan Nayla, pria itu menatap putrinya juga putra sahabatnya. "Kalian hati-hati, ya!"
Keduanya mengangguk lalu mencium tangan Jordi. "Berangkat dulu, Om!"
Jordi mengangguk lalu mengangkat tangan Nayla untuk melambaikannya ke arah Moza dan Darren.
👑👑👑
Keduanya sampai di parkiran sekolah yang keadaannya lumayan sepi. Mungkin, sudah berada di dalam area sekolah.
Moza turun dari motor Darren lalu melepas helmnya. Gadis itu sedikit merapikan rambutnya lalu meletakan helmnya di jok belakang motor Darren.
Darren turun dari motornya setelah melepaskan helmnya. Ia menatap Moza yang kini menatapnya. Tatapannya sedikit tidak suka.
"Ada tisu?" tanya Darren.
Moza langsung membuka tasnya dan mengambilnya. Darren menarik dua lembar tisu di tangan Moza dan menarik gadis itu untuk lebih mendekat.
Darren langsung mengusap bibir Moza dengan tisu yang ia pegang tadi. "Dari tadi risih banget liat ini!" ucap cowok itu dengan nada kesal.
Moza membelakkan matanya, maksudnya apa ini?
Moza hendak menarik diri dari Darren, namun cowok itu menahannya dan melanjutkan mengusap bibir Moza untuk menghilangkan warna merah di bibir gadisnya.
Setelah menghapus lip tint merah di bibir Moza, Darren lengsung menatap gadisnya lekat-lekat, "Dengerin gue, ya!" Darren mengepalkan tisu yang kini sudah penuh bercak merah. "Gak usah dandan kalo ke sekolah, banyak cowok di sini, ada guru juga. Toh, biasanya lo gak pernah make merah-merah di bibir lo kek sekarang, bibir lo udah merah alami, udah pas. Lo sekarang make merah-merah begini jadi keliatan kek abis makan bayi tau nggak!"
Moza melebarkan pupil matanya, tidak terima dengan perkataan Darren. "Maksud lo apa?"
Darren membungkukkan tubuhnya, menatap mata cokelat gadis itu lekat-lekat. "Lo pacar gue, kalo yang lain pada suka sama lo, lo harus tau apa akibatnya."
Moza memejamkan matanya, bukan karena takut menatap mata cowok itu, melainkan merasakan aroma mint dari nafas cowok itu.
"Lo gak pake make up aja banyak yang suka, gimana kalo dandan begini?" Darren menatap mata gadisnya yang tertutup.
"Gue gak mau berbagi kecantikan lo sama yang lain."
Kelopak mata Moza langsung terbuka, ia langsung dihadapkan dengan Darren yang sedang mencopot kacamatanya.
"Barusan apa?"
Darren menaikkan sebelah alisnya lalu memasang kembali kacamatanya. "Apanya?"
"Ngomong apa?"
"Nggak," kata Darren cepat lalu menarik lengan gadisnya untuk memasuki area sekolah.
Demi apapun, Moza mendengar jelas kalimat Darren yang mengatakan bahwa tidak ingin berbagi kecantikan miliknya dengan orang lain. Dan entah mengapa, untuk pertama kalinya ia mensyukuri fisik yang dimilikinya.
👑👑👑
"Eh-eh, nama lo siapa?" Alia menatap cowok tinggi di hadapannya. Silau, ia tidak bisa melihat jelas siapa yang ia tanya saat ini.
"Nama gue?" Cowok itu menatap Alia, menutupi sinar matahari di hadapan gadis itu sehingga terlihat jelas siapa yang berdiri di depan Alia saat ini.
Aduh gusti, kasep pisan cem oppa-oppa Korea. (Aduh Tuhan, ganteng banget mirip oppa-oppa Korea.)
"I-iya," jawab Alia gugup.
"Nama gue Nalen, salam kenal ya!" Cowok itu mengulurkan tangannya.
Alia mengangguk lalu membalas uluran tangan cowok itu. "Nama g-gue Alia."
"Salam kenal ya, Alia."
Alia mengangguk, gadis itu salah tingkah di hadapan Nalen, anggota basket tim SMA Garuda.
"Al, ayo kumpul sini!" panggil Dewi.
Alia menatap Nalen, mengangguk pertanda pamit, lalu berlari ke arah sahabatnya, Dewi.
Anggota dari dua sekolah itu berbaris berhadapan sambil membawa papper bag dan sebuah kalung bunga. Awalnya Darren berada di sebelah Alia, namun cowok itu menggeser tubuh sahabatnya kemudian berdiri di sebelah Moza.
"Nempel terooss sama pacar!" sindir Alia.
Darren menampol kepala Alia yang membuat gadis itu mendesis. "Sakit bangsat!"
"Nanti kalian kasih papper bag kalian ke siswa SMA Garuda, sambil kalungin kalung bunga nya ya. Demikian juga sama siswa SMA Garuda." Pak Ilham memberi arahan.
Saat dimulai, Darren maju mendekati teman yang sempat ia lawan saat tanding futsal. Ia bahkan masih ingat jika yang berdiri di hadapannya ini adalah yang selalu merebut bolanya tiada henti.
"Halo, Bro!" sapa cowok itu.
Darren tersenyum lalu ber high five. "Siapa nama lo, Bro?"
"Nama gue Rendi," jawab cowok itu. "Lo pasti si Darren pacarnya tuh cewek, kan?" kata Rendi sambil menunjuk Moza dengan dagunya.
"Kok lo tau? Mau rebut pacar gue ya, lo?" tanya Darren.
"Hahaha, ya nggak lah! Gue juga udah punya pacar di Jakarta, masa iya mau selingkuh di sini. Lagian, mana mungkin gak ada yang tau kalo lo pacarnya tuh cewek, sampe katanya dapet gelar princess ice ya?"
"Iya. Wah, rupanya lo cari tau soal pacar gue ya!"
Rendi menyangkal. "Bukan begitu, temen gue sih yang kaget sama tampang cewek lokal sampe secantik dia. Ya pantes mereka suka cari informasi soal pacar lo."
"Bilangin ke temen-temen lo, kalo mau kenal pacar gue, mati dulu sini gue bonyokin mukanya."
"Hahaha serem amat dah!"
Beralih dari keduanya, Moza sedang mengalungi seorang gadis seumuran dengannya. "Makasih," kata gadis itu.
Moza mengangguk lalu menyerahkan papper bag yang sudah ia isi untuk hadiah rekan debatnya. Demikian dengan gadis di hadapannya.
"Ini gue beli beberapa peralatan belajar sama tentang bahasa Inggris. Gue juga beli baju couple, tapi pasangannya sama gue. Gue cuma taruh satu di papper bag, satu laginya di tas gue."
Moza mengangguk dan membuka papper bag yang diberikan gadis di hadapannya. Benar saja, banyak sekali yang diberikan untuknya. "Makasih."
"Nama gue, Nasya. Salam kenal ya!"
Moza mengangguk, gadis itu mengulurkan tangan yang dibalas uluran tangan kembali oleh Nesya.
Sedikit senyuman, Moza mulai berbicara, "Gue Moza."
Dari banyaknya siswa yang sedang salam perpisahan, Alia lah yang paling heboh suaranya.
"Halo, Alia! Nama gue Aruna." Gadis di hadapan Alia mengulurkan tangannya.
"Halo Aruna, gue Alia, istri sah Sehun EXO."
Aruna tertawa lalu mengalungkan kalung bunga miliknya, kemudian disusul Alia.
"Papper bag lo isinya apaan?" tanya Alia.
Aruna tersenyum. "Pokoknya yang bakal bikin lo teriak sekencang mungkin."
Alia mengernyitkan dahinya. "Apa itu?"
"Ini," ucap Aruna sambil menyerahkan papper bag miliknya. Juga Alia yang ikut memberikan papper bag yang ia siapkan.
Alia membuka papper bag yang diberikan Aruna, dan betapa terkejutnya dirinya. "AAAAA DEMI APAAAA!!!!"
Semua siswa menatap Alia yang sedang berteriak histeris. "ALBUM SC VERSI PINK? POSTER OFFICIAL SM YANG SEGEDE TEMBOK?!" Alia kembali mengorek semua isinya. "GANTUNGAN KEPALA ALL MEMBER!!!"
Matanya benar-benar berkaca-kaca. "Ya Allah, aku pengen nangis."
Alia kembali mengobrak-abrik isinya, dan damn! Apa yang ditemukan Alia di bagian akhir?
"LIGHSTICK VERSI TIGAAAAA YA TUHAAAANNN!"
Alia langsung memeluk gadis di hadapannya, ia tidak bisa berkata-kata lagi untuk Aruna yang memberikan semua barang-barang favoritnya. Bahkan Alia menangis di pelukan gadis itu. "Aruna makasih," isaknya.
Aruna terkekeh lalu mengusap bahu Alia. "Iya, sama-sama. Sekarang gantian, gue yang buka punya lo nih."
Alia melepaskan pelukkannya dan melihat Aruna yang sedang membuka papper bag darinya.
"Waahh, bagus banget hoodie nya!" seru Aruna. Gadis itu merentangkan hoodie yang diberikan Alia, dan di tengah hoodie itu terdapat nama Alia.
"Kok Alia? Seharusnya kan, Aruna."
"Gak papa dong, gue kasih hoodie ini biar kalo dipake, lo bakal nyebut nama gue terus. Jangan lupa, kalo lagi make hoodie ini nanti, di pap terus kirimin ke gue ya!" seru Alia.
Aruna tertawa, pola pikir Alia memang beda dengan orang lain. "Gue beli barang-barang EXO itu karena, gue juga fangirl, dan kebetulan EXO-L juga."
Alia membelakkan matanya. "Demi apa?!"
Aruna menganggukkan kepalanya. "Bias lo Sehun, kan? Kalo bias gue si suara malaikat--"
"CHEN!" Alia memotong kalimat Aruna. Gadis itu langsung merogoh saku celananya dan mengambil ponsel miliknya, ia menunjukkan softcas bergambar Chen.
Kemudian, Aruna mendadak menjadi sama persis dengan Alia. "AAAA SUAMI GUEEEE!!"
Moza yang berada di sebelah Darren menuenggol sikut cowok itu, Darren menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa?" tanya Darren.
Moza menunjuk Alia dan Aruna dengan dagunya. "Sahabat lo."
Darren terkekeh. "Ya udah biarin, namanya juga para kpopers."
Moza hanya menganggukkan kepalanya kemudian menatap Alia kembali.
"Kalo sudah memberikan hadiahnya, kalian boleh foto-foto dulu di lingkungan SMA Merah Putih," ucap Pak Ilham.
Darren langsung menarik lengan Moza menjauhi kerumunan siswa yang sibuk berfoto ria. Ia membawa gadisnya untuk duduk di bangku depan taman, menatap kerumunan siswa di hadapan mereka.
"Alia gimana?" tanya Moza.
Darren menoleh menatap Moza. "Gimana apanya?"
"Berapa tahun?"
"Udah hampir lima tahun," kata Darren.
"Sifatnya?"
Darren tersernyum. "Alia itu tipekal cewek yang enak, kalo ngobrolin apapun pasti nyambung."
"Pernah suka?"
Darren terkekeh lalu menatap mata gadisnya. "Za, gak ada yang menarik di diri Alia menurut gue. Apa yang harus gue suka?"
"Emang sempet sih dia bilang suka, tapi bukan sama gue. Dia bilang suka ke Dito, dan itu hanya sebatas suka gak lebih." Matanya semakin dalam menatap mata gadisnya.
"Jangan cemas, lo boleh percaya akan kalimat tidak ada persahabatan di antara laki-laki dan perempuan. Tapi, untuk gue sendiri, gak suka sama sahabat gue, sejak dulu."
Bersambung...
Bingung ah pen bacot apaan, kalian emang bikin aku selalu seneng, sampe tugas geografi aku ga selesai saking senengnya liat readers yang udah 13k
Gomawo guys, kalo pen tanya tanya ma aku dm aja, ntar aku kasih no wa nya
SARANGHAE READERSQU
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top