ii. sitriné rod

Di sebuah ruangan yang penuh akan barang berharga, suasana yang menyelimuti justru tampak suram dan putus asa. Beberapa orang yang duduk dan berkumpul di sebuah meja panjang tampak pasrah melihat orang lain menangis. Seorang wanita yang diketahui adalah Marchioness itu sendiri tengah memeras air matanya pilu memikirkan nasib anaknya yang hilang. Ini sudah dua hari berlalu dan selama itu pula tak ada kabar tentang putrinya.

"Tenanglah, aku yakin putri kita akan baik-baik saja."

"Putriku hilang dan kau menyuruhku untuk tenang?! Sementara di luar sana, entah apa yang terjadi padanya," kata Grecia dengan sapu tangan tak henti mengelap air mata.

" ... "

"Aku tahu dia kadang susah dikendalikan dan bisa menjadi begitu tak masuk akal, meski begitu putriku tak akan bisa hidup tanpa semua fasilitas yang sudah dia rasakan seumur hidup, jadi tidak mungkin dia kabur. Aku—aku yakin sekali ada seseorang yang menculiknya!" katanya di sela isak tangis. "Bahkan para pelayan yang pergi bersamanya juga menghilang!"

Holand terdiam melihat istrinya yang tak berhenti menangis dan mengomel dua hari ini. Wajahnya cukup tertekan memikirkan keadaan anak semata wayang mereka dan situasi di pemerintahan yang cukup genting. Sejak kejadian yang ada belakangan, entah sudah berapa ramuan penahan sakit kepala yang dia telan hingga setiap kali ke kamar mandi, dia merasa akan pingsan karena efek sampingnya.

Melihat situasi keluarga pihak ibunya yang cukup kacau, seorang pemuda yang sejak tadi memasang wajah beku akhirnya berkata, "Paman, Bibi. Tolong jangan begitu khawatir, Ayahku sudah mengutus beberapa tim untuk menemukan sepupu. Siang ini, salah satu dari mereka mendeteksi rune pembuka portal milik sepupu telah diaktifkan. Ada beberapa titik lokasi penghubung portal yang sedang diperiksa, kabar baiknya itu masih berada di ibukota."

Entah ini bisa dianggap keberuntungan atau tidak, tapi anaknya adalah seorang gadis bangsawan muda yang sangat mengikuti tren di kalangannya. Belakangan ini, Holand mengetahui bahwa beberapa butik ternama tengah digandrungi karena berhasil merancang gaun multifungsional. Itu tak hanya sekedar cantik, tapi juga berguna karena memiliki rune sederhana tergantung jenis yang diminta.

Para perancang busana bekerja sama dengan penyihir kerajaan setelah melihat masalah yang terjadi belakangan ini. Jelas saja itu membuat harga satu gaunnya berkali-kali lipat menjadi lebih mahal dari sepuluh gaun biasa. Bahkan ketika putrinya memesan sepuluh gaun dengan fungsi berbeda, Holand mendapati anggaran pakaian putrinya selama tiga musim sudah hilang. Namun siapa yang tahu, bahwa itu adalah nasib baik jika gaun yang dibeli putrinya memiliki rune pembuka portal.

"Itu berita yang sangat melegakan, Pangeran." Marquess paruh baya itu menunjukkan separuh bebannya telah diangkat dengan gestur tubuh. Melihat bagaimana perangai pihak lain, ia tak dapat menyembunyikan tatapan penuh penghargaan terhadap orang di depannya ini.

Seorang pemuda yang terlahir di urutan kedua pewaris takhta Kerajaan Sydgar. Dengan rambut cokelat kehitaman yang menutupi sebagian dahi serta dua iris sehitam jelaga itu tampak menyempurnakan garis wajahnya yang tegas, tapi juga halus. Di dalam hati, semua orang pasti setuju bahwa ini adalah salah satu penampilan terbaik yang dimiliki generasi sekarang. Bahkan sejak kelahirannya, pemuda ini diramalkan akan membawa banyak perubahan positif bagi kerajaan.

Seakan semua itu terwujud, pangeran kedua ini tumbuh menjadi anak yang cerdas dan bijak, bahkan sejak usianya baru menginjak 13 tahun ia sudah menunjukkan bakat istimewa milik elemen padat.

Akhirnya, tangisan Grecia berangsur menjadi isakan. Ia menatap anak dari saudari perempuannya dengan sinar harap. "Apakah itu benar, Yang Mulia? Aku ingin putriku cepat ditemukan."

"Bersabarlah, Bibi. Aku yakin sepupu akan bersama kita sebentar lagi."

"Aku harap begitu."

"Itu benar." Kavion kemudian teringat akan pesan ibunya sebelum pergi ke sini. "Beberapa anak sudah dikirim ke ibukota kekaisaran pagi tadi. Karena situasi yang terjadi, saat sepupu sudah ditemukan, gilirannya akan dijadwalkan ulang dengan beberapa pengaturan khusus."

Sebelum pihak lain dapat merespons, udara di sekitar mereka tiba-tiba berfluktuasi, itu mengakibatkan benda-benda di sekitar mereka bergetar kemudian terguncang. Semua orang bangkit dan menjadi waspada, beberapa orang yang dapat merasakan perubahan energi yang terjadi sejak awal segera memasang mantra pelindung di sekitar Kavion dan dua paruh baya lainnya.

Ketika para pengawal berniat mengamankan yang tersisa, sebuah ledakan besar terjadi. Itu membuat kertas dan benda lain beterbangan acak hingga mengenai orang lain. Seketika, ruangan itu menjadi kacau karena ledakan energi. Dari ketiadaan, sebuah kubah cekung tercipta, sekitar dua puluhan orang terlempar jatuh dari dalam sana. Mereka mendarat keras satu per satu di atas meja, seketika itu menjadi gunungan manusia dengan seekor makhluk berbulu di atasnya.

Semua yang berada di ruangan itu nyaris pingsan karena terkejut dengan apa yang terjadi, bahkan yang sedikit memiliki penyakit jantung sudah tak sadarkan diri di lantai.

Grecia nyaris limbung jika saja tak ditahan oleh suaminya. "Apa—apa yang baru saja terjadi?"

Semua orang tercengang di tempat dengan keadaan mengenaskan. Seragam yang awalnya dikenakan dengan rapi itu menjadi tak berbentuk dengan beberapa bagian hilang atau terlepas. Hanya orang-orang tertentu yang masih tampak seperti sebelumnya.

"Ayah! Ibu!"

Seseorang yang tertumpuk di atas meja berseru dengan keras, sementara yang lain mengaduh pusing. Mirita ingin berlari memeluk orang tuanya, tapi karena terjepit seperti ini, dia hanya bisa menangis karena bahagia. Seorang pengawal dengan cepat menyadari situasi seketika bergerak untuk membantu menurunkan orang-orang di atas meja. Ketika ia hendak mengangkat seorang gadis yang tertimpa kucing, pihak lain sudah lebih dulu melompat dengan gaya elegan.

"Putriku!" Grecia berlari mendekati anaknya dengan air mata berurai. "Cepat tolong dia!"

Holand yang baru selesai tercengang kemudian mulai mengamankan situasi. Mengabaikan penampilan orang lain yang kacau balau, ia dengan cepat memerintahkan prajurit untuk mengevakuasi dan memeriksa kondisi orang-orang yang datang bersama putrinya. Melihat putri dan istrinya sudah dapat berpelukan, akhirnya dia bisa pingsan dengan tenang.

Kavion melirik pihak yang melompat tepat di depannya dengan aneh. Itu adalah seorang gadis muda yang tengah memeriksa keadaan seekor hewan gemuk setelah tak sengaja menginjaknya saat mendarat dengan dramatis barusan. Ketika gadis itu mendongak, netra abu yang dikelilingi cincin hitam jernih itu memandang sekitar dengan bingung.

"Apa yang terjadi? Kenapa sangat berantakan?"

" ... "

Kavion bahkan tak yakin pertanyaan itu ditujukan untuk siapa.

***

"Jadi, ini Kerajaan Sydgar."

"Benar." Mirita menatap Nev yang bermalas-malasan di sebuah ranjang salah satu kamar tamu kediamannya.

Itu sudah satu hari berlalu sejak ia kembali ke rumah. Setelah menceritakan apa yang terjadi, pihak Marquess mengirim pemberitahuan berisi laporan ke Istana Sydgar dan mendata semua orang yang menjadi korban penculikan. Mereka dengan cepat mengurus semuanya dan yang perlu dilakukan sekarang hanyalah mengirim semua orang untuk pulang dengan selamat.

Adapun Nev, ketika ia bertemu dengan kasur besar yang empuk, hal pertama yang ia lakukan adalah tidur sehari penuh dan menolak bangun tak peduli apapun yang terjadi. Oleh sebab itu, pihak lain menunda untuk memulangkannya sebab tak ada informasi yang bisa mereka jadikan tujuan.

Itu bagus. Setelah mendengar semua ceritanya, Grecia secara pribadi ingin membalas budi karena secara tidak langsung Nev sudah menyelamatkan putrinya. Ia bahkan menyiapkan seorang pelayan untuk mengurus kebutuhan Nev selama gadis itu di sini.

"Itu berarti ini wilayah selatan Kekaisaran Iliós," Nev berkata dengan termenung. "Ternyata masih cukup panjang."

Mirita yang sudah kembali dengan setelan gaun bangsawan ibukota menelengkan kepalanya. "Apanya yang masih cukup panjang?"

Nev menghembuskan napas jengkel. "Penderitaanku."

"Apa yang kau katakan?" Melihat wajah malas orang di tempat tidur, Mirita baru menyadari penampilan pihak lain.

Itu adalah seorang gadis muda dengan tinggi berat badan standar. Berbanding terbalik dengan struktur wajahnya yang lembut, iris mata abu-abu itu seringkali menatap sekitar dengan pandangan tak tertarik. Surai sepunggung yang sering kalitertutup tudung jubah tersebut bak disirami cahaya matahari dengan jalinan mutiara yang lembut. Itu adalah perpaduan warna yang tak lazim ditemukan di negeri ini.

Sebelumnya, situasi yang mereka alami membuat Mirita sedikit buta untuk dapat melihat sekitar. Lagipula, apa yang bisa dikatakan? Bahkan ia yang seumur hidup bergelimang harta bisa menjadi gelandangan dalam satu hari. "Kau memiliki warna rambut dan mata yang jarang dimiliki oleh penduduk negeri ini."

"Entah. Aku hanya terlahir seperti ini."

"Itu bukan sesuatu yang buruk. Maksudku, bahkan di setiap kerajaan, orang-orang memiliki ciri fisik yang berbeda. Ayahku bilang, itu karena elemen dalam setiap diri manusia akan mempengaruhi bagaimana rupa fisik si pemilik. Contohnya Sydgar, kami menguasai elemen padat. Itu masih berhubungan kuat dengan unsur kayu atau yang tertinggi tanah. Karena itu, warna rambut dan mata kami cenderung berwarna cokelat hingga hitam."

"Ada lagi kerajaan lain, seperti Kerajaan Ryfató yang menguasai elemen cair, itu dekat dengan air. Mereka memiliki ciri khas rambut perak hingga putih. Di timur ada Kerajaan Vøstres, mereka mengendalikan api, sehingga rambut mereka biasanya akan berwarna merah."

Nev mengerutkan dahinya. "Negeri di utara adalah Kerajaan Sëverios yang memiliki elemen udara. Karena itu tak berwarna, apakah rambut mereka menjadi tembus pandang?"

Mirita yang mendengarnya jadi berpikir, ada apa dengan cara kerja kepala gadis ini? Kenapa begitu aneh? "Elemen ini sebenarnya cukup rumit. Udara sebenarnya ada di mana-mana, di tempat tersempit dan terluas, yang dalam dan tinggi. Bahkan laut menghasilkan udara itu sendiri. Ayahku bilang, elemen ini memiliki ruang yang tak terbatas, tak ada yang bisa mengukur sampai mana udara itu berada sebab itu tak berwarna dan tak berwujud."

"Intinya, mereka botak?" tanya Nev skeptis.

"Mereka memiliki warna rambut dan iris mata hitam," jawab Mirita agak tak berdaya.

"Bagaimana bisa?"

"Sudah kubilang itu rumit." Menjelaskan ini semua, baru kali ini Mirita merasa sakit kepala. "Saat aku bertemu sepupuku lagi, aku akan menanyakan ini—tidak, kau tanya saja sendiri. Aku lelah menjelaskan," putusnya setelah memikirkan betapa aneh dunia ini bekerja.

Nev hanya mengendikkan bahu.

Ketika malam tiba, Nev diundang untuk makan malam bersama keluarga Marquess.

Ia datang dengan gaun paling sederhana dari beberapa gaun dan perlengkapan lain yang dibawakan seorang pelayan sore tadi. Ia yakin semua itu memiliki kualitas yang tinggi, hanya saja ia tak terbiasa memakai gaun. Apalagi itu penuh rumbai dan bulu yang membuatnya geli sendiri. Jadi, ia memilih satu yang sebatas lengan, meski itu masih membuatnya sering tersandung karena terlalu panjang. Eohan tak ikut, kucing itu sudah tak sadarkan diri setelah memakan hidangan daging yang dibawakan Mirita.

Semua orang sudah berkumpul. Holand duduk di ujung meja paling kanan sebagai kepala keluarga, di sisi samping ada Grecia lalu Mirita. Meja panjang itu penuh dengan hidangan yang menggugah. Hanya saja, semenjak mendudukkan diri di seberang Mirita, Nev tampak kebingungan melihat semua makanan di sana.

"Ada apa? Apakah ini tak sesuai dengan seleramu?" Grecia bertanya halus saat menyadari Nev tak kunjung memakan makanannya. Bagaimana pun, ia begitu senang saat mengetahui Nev tak menolak semua yang ia berikan. Awalnya, ia takut itu akan membebani jika bersikap begitu gamblang. Dan lagi, penampilan gadis ini ketika memakai gaun begitu berbeda dengan penampilannya ketika tiba di sini. Melihatnya saja, ada sisi lembut yang menggelitik di sudut hati Grecia.

Nev kemudian menatap semua orang yang juga memandangnya.

"Ada apa?" tanya Mirita yang baru sadar.

"Aku punya satu kondisi."

"Apa itu?"

"Aku vegetarian."

"Kau ve—apa?" Holand tak yakin dengan apa yang didengar.

Melihat wajah kebingungan semua orang, Nev menampar dirinya secara imajiner. "Maksudku, aku tak memakan olahan daging. Hanya tumbuhan."

"Kalau begitu, aku akan meminta koki menyiapkan hidangan lain untukmu." Grecia meski merasa aneh, tapi tetap menginstruksikan seseorang untuk ke belakang.

"Terima kasih."

Satu jam kemudian, mereka sudah sampai pada hidangan penutup. Grecia merasa anak ini dididik dengan baik. Ia belum yakin bagaimana statusnya, tapi etika Nev ketika makan barusan sangat rapi meski tak begitu sempurna. Jika Nev hanyalah seorang rakyat biasa, maka ini adalah hal yang mengagumkan karena pembawaannya tak kurang dari seorang bangsawan biasa.

"Itu benar. Semua orang sudah diantar pulang oleh ksatria kami, hanya kau yang tersisa." Holand akhirnya berkata. "Apakah aku oleh bertanya dari mana asal atau ke mana tujuanmu?"

"Aku berasal dari Pulau Apung."

"Aku baru pertama kali mendengar nama pulau itu," kata Mirita.

Jangankan kau, Nak. Aku saja tak pernah ingat akan nama itu. Pikir Holand. "Dan kau jauh-jauh datang ke daratan utama, apakah ada tempat yang ingin kau tuju?"

"Aku pergi menuju Sitriné Rod," Nev berkata jujur.

"Sitriné Rod? Itu tempat yang jauh." Grecia mengira-ngira seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk sampai ke sana. Itu adalah sebuah danau yang berada di wilayah Kerajaan Sëverios. Ini seperti datang dari ujung dan pergi ke ujung lain.

"Benar." Holand mengangguk membenarkan. Tapi, ada jejak kekhawatiran yang melintas di wajahnya kemudian. "Dengan situasi belakangan ini, aku takut kau tak akan sampai ke sana."

"Kenapa seperti itu?"

"Kau akan tahu itu nanti." Holand berkata demikian. "Sekarang, karena kau sudah terlanjur berada di sini, aku akan menyampaikan sesuatu."

Nev memandang Holand penuh tanya.

"Beberapa bulan lalu, kekaisaran mengirim sebuah pesan resmi. Itu berisi sebuah perintah bagi semua anak di negeri ini yang masih berada dalam satu garis generasi dengan pangeran mahkota Kekaisan Iliós agar berkumpul di ibukota kekaisaran."

Melihat suasana yang mendadak diselimuti hawa aneh, Nev tak dapat menahan isi kepalanya. "Apa aku melewatkan sesuatu?"

Holand tersenyum lemah. "Kau mungkin akan sedikit terkejut mendengar ini," katanya pelan. "Namun, kau juga berhak mengetahui situasinya."

"Dan apa itu?"

"Setiap generasi ke generasi, putri atau pangeran yang akan menjadi penerus kekaisaran harus melewati sebuah upacara penyegelan. Hal itu melibatkan empat kerajaan yang bersumpah setia kepada kaisar. Di setiap kerajaan, biasanya akan muncul satu pemilik bakat istimewa, orang inilah yang akan mendampingi calon pewaris takhta melakukan penyegelan. "

"Lalu apa masalahnya kali ini?"

"Pemilik bakat istimewa elemen udara tidak ditemukan sampai sekarang."

" ... dan apa artinya itu?"

"Apalagi? Upacara penyegelan tak dapat dilakukan, calon pewaris tak dapat mengklaim takhta, dan segel yang melindungi negeri ini dari energi gelap kosmik akan melemah."

" ... "

"Singkatnya, kehancuran akan terjadi."

to be continued

02/11/24

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top