i. lagoon hœve
Jadi, bagaimana menjelaskan situasi ini, ya?
Seingat Nev, satu jam yang lalu ia tengah memasuki sebuah kapal untuk menuju daratan utama bersama penumpang lain. Tak ada hal aneh yang ia temui sejauh kapal itu bergerak, hingga seorang pekerja datang dan tampak sibuk memasang sebuah tongkat kecil di sudut pintu lalu menyalakan api di ujungnya. Nev mengira itu adalah alat pengusir lalat, tapi siapa yang menyangka benda itu akan mengeluarkan asap hijau dengan bau super menyengat yang mungkin saja bisa membuat seisi desa pingsan.
Itu benar. Saat Nev membuka mata dan meraih kembali kesadarannya, ia mendapati kedua kaki dan tangannya telah terikat. Ia dengan panik mencari Eohan, untungnya kucing itu tampak baik-baik saja meski, yah, keempat kakinya juga terikat. Ketika Nev melihat sekeliling, hampir semua orang bernasib sama, parahnya barang bawaan serta beberapa perhiasan yang digunakan penumpang lain telah raib tak bersisa.
Singkatnya, kini mereka tengah diculik dan dirampok sekaligus.
Bagus. Bahkan jika pipinya gatal, ia hanya bisa menahannya dengan kesal!
Di sisi lain, orang-orang yang mulai sadar dengan keadaan mulai khawatir dan bertindak acak. Seseorang bahkan tak sengaja membenturkan kepalanya saat mencoba melepaskan diri dengan marah. Beberapa wanita tampak menangis meminta dilepaskan, sebagian bahkan tersedu nelangsa sebab hartanya hilang. Situasi ini benar-benar kacau.
"Lepaskan aku!"
"Orang gila mana yang melakukan ini semua?!" Seorang pria berteriak marah. "Cepat ke sini dan hadapi aku!"
"Kembalikan kalungku! Aku menjual tanah leluhurku untuk membelinya! Jangan membuat semuanya menjadi sia-sia dasar keparat!"
"Apa yang harus dilakukan sekarang? Aku ingin pulang."
"Aku merindukan ibuku-hiks!"
"Siapapun tolong aku!"
Dengan keributan seperti itu, pintu tiba-tiba dibuka secara kasar dan tampaklah seorang pria berbadan tambun. Ekspresi wajahnya menggelap, ada luka gores di pipi pria itu yang membuatnya tampak seram. "Diam! Kenapa begitu berisik?!"
Nev memandangnya datar. Lalu apa yang harus mereka lakukan? Tertawa karena dirampok dan diculik? Kenapa orang-orang ini mengatakan hal tak masuk akal?
"Lepaskan kami!" Pria yang tadi berguling di lantai berkata marah. "Berani-beraninya kau melakukan ini kepadaku, dasar sialan!"
Pria gemuk itu mendekat dan menendang yang lain. Itu cukup keras hingga membuat si korban tak sadarkan diri setelah kepalanya terbentur dinding. "Masih ada yang berteriak? Maka bersiaplah menjadi sepertinya!"
Melihat tindakan itu, semua orang gemetar ketakutan. Bahkan yang menangis tersedu-sedu menelan isakannya agar tak bersuara. Melihat situasi sudah kondusif, pria itu kemudian melirik pintu dan menyuruh temannya masuk. "Apa yang kau lakukan? Cepat bawa dia masuk!"
Lelaki lainnya masuk dengan menyeret seseorang dan mendorongnya hingga terjatuh dengan kasar. Itu adalah seorang gadis muda dengan rambut cokelat terang, kondisinya bisa dibilang lebih mengenaskan dari mereka semua. Tangan terikat di balik punggung, ada beberapa luka di wajah, dan sekujur tubuh gadis itu penuh dengan debu. Dilihat dari model dan bahan gaun yang dipakainya, jelas sekali bahwa itu adalah seorang bangsawan.
Tidak ada yang bersuara saat gadis tadi meringkuk lelah. Entah sudah berapa lama ia menjadi tawanan hingga bersikap pasrah seperti itu.
Sekitar dua jam kemudian, kapal tersebut berhenti bergerak. Situasi yang tadinya tenang kembali diselimuti kekalutan saat beberapa orang datang dan melepas ikat kaki mereka satu persatu. Terlalu dini untuk berharap dibebaskan, karena selanjutnya seseorang tiba-tiba mengeluarkan cambuk untuk memaksa mereka berjalan ke luar.
"Tunggu!" Seseorang berteriak saat hendak ditinggalkan. Ia menunjuk seseorang yang bersandar damai di lantai. "Itu ... ada yang tak sadarkan diri."
"Apa?" Yang lain mendekat untuk memeriksa keadaan, tapi ketika ia mendeteksi denyut nadi Nev dan napasnya yang teratur, keningnya tampak berkerut marah. "Dasar bodoh, dia hanya tertidur! Apa yang kau lakukan, cepat bangunkan dia!"
Sejenak beberapa tawanan menoleh mendengar itu semua. Perampok itu tampak gelagapan antara heran dan terkejut dibentak seperti itu oleh rekannya, kemudian membangunkan Nev dengan teriakan. "Hei, bangun!"
Nev menguap pelan. Ia mengerjap untuk melihat sekitar. "Apakah sudah sampai?"
Pihak lain agak tak berdaya melihat sikap orang di depannya. "Cepat berdiri! Kenapa kau begitu lambat?!"
Nev menatap orang ini dengan tatapan yang jika bisa diterjemahkan, itu pasti berkata, "Apa kau idiot?"
"Kenapa malah melihatku seperti itu?! Cepat jalan!"
"Apa kau buta? Lihat, kakiku masih terikat!" balas Nev tak kalah sengit.
Menyadari kebodohannya, orang itu dengan cepat membuka ikatan kaki gadis di depannya dengan otak yang masih tercengang. Nev kemudian berdiri dan bergabung dengan yang lain dengan mandiri. Tingkahnya itu membuat pihak lain tak mampu berkata-kata.
Kenapa yang satu ini mudah ditangani dan begitu bekerjasama? Apakah ia gemar diculik seperti ini? Namun, itu hal yang bagus sebab pekerjaannya menjadi mudah.
Mereka kemudian digiring menuruni kapal. Itu adalah sebuah dermaga usang di sebuah danau yang dikelilingi hutan. Ada bangunan yang membentang di sepanjang tepi danau, itu terlihat rapuh dan penuh tanaman rambat. Kayu pijakannya pun dipenuhi lumut tanda bahwa ini adalah tempat yang sudah lama terbengkalai. Udara di sana lembab, tapi anehnya juga begitu kering. Ini tidak seperti hawa hutan pada umumnya yang cenderung segar. Saat bernapas, tak hanya udara yang masuk melainkan juga debu. Nev tidak bisa untuk tidak berpikir heran dengan kondisi tempat ini.
"Kalau tebakanku benar, kita sedang berada di Lagoon Hœve."
Nev melirik gadis yang ia kira adalah bangsawan. Entah sejak kapan mereka berjalan bersisian. "Begitu?"
Gadis itu mengangguk. "Ini adalah perbatasan paling timur kerajaan Sydgar. Dulu ini adalah satu-satunya pintu masuk kerajaan Sydgar dari jalur laut. Yah, sebelum Lagoon Cove dibangun tentunya. Tempat ini sedikit jauh dari ibukota, medannya pun sulit karena dikelilingi hutan dan lembah curam. Tak heran orang mulai beralih ke Lagoon Cove dan melupakan tempat ini."
"Kau tahu banyak hal."
Gadis itu agak sedikit terkejut dengan tanggapan Nev. "Aku berasal dari kerajaan ini, tentu saja aku tahu."
"Bagus kalau begitu." Nev menganggukkan kepalanya, sesekali melirik kanan dan kirinya.
"Apanya yang bagus?"
"Kau mengenal lingkunganmu dengan baik. Itu hal yang bagus."
Gadis itu mengabaikan perkataan aneh Nev dan berkata, "Namaku Mirita. Siapa namamu? Kau jelas bukan berasal dari sini."
"Kau bisa memanggilku Nev," jawabnya santai. "Dan, ya. Aku memang bukan berasal dari sini."
Mirita menangkap sikap santai Nev selama ini merasa sedikit heran. Bahkan gadis itu masih sempat tertidur di tengah aksi penculikan yang mereka alami. Tidak seperti orang lain yang begitu histeris, Nev justru sangat tenang dan terkendali. Padahal bila diukur dari penampilan, jelas sekali bahwa mereka adalah yang paling muda di sini. Dilihat dari situasinya, jelas ini bukan masalah yang sederhana, tapi sikap Nev seolah telah melewati yang seperti ini ribuan kali setiap hari.
Memikirkan lagi semua ini, Mirita benar-benar merasa pahit. Dua hari lalu, ia hanya bermaksud mengajak dua pelayannya bertamasya di dekat danau sebelum ia dikirim ke Ibukota. Siapa yang menyangka jika di perjalanan, kereta yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan di saat Mirita sadar, ia sudah menjadi tawanan. Entah bagaimana keadaan keluarganya saat mengetahui bahwa dirinya tengah diculik, ia yakin mereka tengah mencarinya. Hanya saja ini benar-benar jauh dari jalur yang bisa dijangkau manusia!
Mereka dituntun sampai ke tepi hutan dan sepertinya akan dibawa masuk ke dalam sana. Jarak dermaga dan tepi hutan lumayan jauh. Nev bisa melihat para sandera tampak kelelahan, tapi tak berdaya karena jika mereka berhenti sedetik saja, sebuah cambuk akan menghantam punggung tanpa ampun. Jumlah penculik yang mengawasi mereka sekarang hanya berjumlah tiga orang, sisanya diam di dermaga mengurus kapal.
Nev mendekatkan diri ke arah Mirita. "Menurutmu, ke mana kita akan dibawa pergi?"
"Entah. Siapa yang tahu." Mirita tak dapat menahan keluhannya. "Aku sudah terlalu lelah untuk sekedar berpikir. Mereka bahkan tak memberikan aku makan! Sangat kejam."
Apa yang bisa diharapkan saat mereka bahkan tak ragu menggunakan kekerasan? Nev menggeleng dalam hati. "Jika menurutmu itu saja sudah kejam, entah hal mengerikan apa yang akan mereka lakukan pada kita selanjutnya."
"Kau," Mirita mendelik. "Jangan menakuti!"
"Kau lebih dulu tertangkap oleh mereka, harusnya kau tahu itu dengan jelas."
Mirita sangat kesal, takut, dan frustasi hingga tak dapat menampik perkataan pihak lain.
"Aku bisa melihat bagaimana kerasnya usahamu melarikan diri dari mereka."
"Dan bagaimana kau tahu?"
"Lihatlah penampilanmu sendiri," jawab Nev ringan.
Tentu saja. Dibandingkan dengan gelandangan mana pun, itu akan masih lebih baik daripada keadaannya sekarang. Seumur hidup, ini adalah keadaan paling kacau yang pernah Mirita alami.
"Tapi, kita bisa selamat dari situasi ini hanya jika kau bekerja sama."
"Tentu saja!" Mirita kemudian memasang ekspresi skeptis. "Tapi, bagaimana?"
Nev mengangguk. "Baiklah. Kau hanya perlu mengikuti alur."
Mirita tak sempat menerima konfirmasi apa pun sebab Nev sudah lebih dahulu memancing masalah.
"Hei, kau." Nev berkata pada salah satu penculik. "Kembalikan Eohan."
Penculik itu berbalik sambil membawa kucing gemuk di bawah tangannya. Persis seperti membawa keranjang buah. "Kau berbicara padaku?"
"Tentu saja. Apa kau tak mengerti bahasa manusia? Begitu bodoh?" Nev tidak menahan diri lagi untuk bisa bersikap kurang ajar. Sejak tadi mulutnya sudah gatal ingin memaki orang-orang ini.
"Jangan mengatakan omong kosong," balas si penculik. "Kedua tanganmu terikat, bagaimana kau akan membawa makhluk ini? Jangan bertingkah dan cepat jalan!"
Nev menyilangkan tangannya di depan dada. "Selain bodoh, sekarang kau juga buta? Tangan siapa yang terikat? Apa sebentar lagi kau akan menjadi idiot yang suka berhalusinasi?"
"A-apa? Bagaimana bisa?!"
Sementara pihak lain tercengang, Mirita juga tak kalah heran melihat tangan Nev yang bersih tanpa luka. Ikatan di tangan mereka adalah simpul mati yang bahkan talinya sangat sulit diputus oleh benda tajam. Mirita sudah mencobanya beberapa kali, tapi tangannya malah semakin tergores. Jika diperhatikan, ikatan tali itu akan semakin melukai kulit sebanyak mereka bergerak. Jadi, bagaimana mungkin Nev berhasil membuka ikatan tanpa terluka sama sekali?!
Nev tertawa mengejek. "Apa? Kau kira semua orang itu tak punya otak sepertimu?"
Karena sudah leluasa bergerak, Nev segera mengambil paksa Eohan dari tangan si penculik. Dengan gerakan cepat, ia menendang perut si penculik lalu menghantam kepalanya saat pihak lain membungkuk kesakitan. Dari sudut matan, ia melihat ujung cambuk yang diarahkan kepadanya. Nev dengan penuh perhitungan membengkokkan badannya ke bawah, hingga cambuk tersebut malah mengenai penculik lain yang hendak menyerangnya dari belakang.
Si penculik terkejut bahwa itu malah mengenai rekannya, tapi dengan cepat kembali menghentakkan cambuk ke arah Nev. Tak disangka, ujung cambuk itu malah ditangkap dan ditarik dengan kuat oleh yang lain. Wajah pria itu memerah saat menahan senjatanya agar tak lepas dari tangan dengan sekuat tenaga, sementara Nev dengan santai melepas ujung cambuk tersebut hingga membuat pihak lain terjerembab hingga pingsan.
Semua tawanan tercengang dengan apa yang baru saja terjadi. Tapi, Nev dengan wajah polosnya berkata, "Apa? Aku hanya melawan."
"Hei, ada apa di sana!"
Teriakan itu berasal dari dermaga. Beberapa orang berlari ke arah mereka setelah menyadari apa yang terjadi. Melihat itu, semua orang berseru khawatir.
Nev kemudian menatap Mirita dengan pasti. "Sekarang, keluarkan benda itu!"
"Benda apa? Katakan dengan jelas!" Mirita berkata dengan panik. "Aku tidak mau tertangkap lagi!"
Nev menghela napas kasar lalu dengan pasrah mendekat ke arah Mirita dan dengan sedikit barbar merobek bagian depan gaun gadis itu. Tak membuang lebih banyak waktu, Nev melempar benda itu ke arah barat dan ledakan besar tiba-tiba terjadi.
Mirita dan yang lain lambat bereaksi ketika mereka satu persatu ditarik paksa untuk memasuki kubah kasat mata yang tercipta akibat ledakan tadi. Ketika itu gilirannya untuk memasuki portal, Nev menoleh ke belakang untuk melihat wajah mengerikan para penculik yang baru saja kehilangan korbannya.
Nev menarik bandul di leher Eohan dan berkata, "Kalian begitu jelek, tapi masih berani berbuat jahat?" sebelum melemparnya ke arah mereka.
Ketika portal itu tertutup dan semua orang menghilang, ledakan besar terjadi.
to be continued
wow 1700 word dalam empat jam. oke sip.
28/10/24
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top