Chapter 17 Taman Bermain
~Sabtu, 29 Mei 2022~
Al baru saja selesai menonton anime. Ia sangat pintar memanfaatkan waktu liburan sekolah untuk melaksanakan hobi.
"Anime ini seru sekali. Apalagi pas scene terakhi, rasanya aku ikut menangis," ungkap Al puas.
Saat ini Al dalam posisi berbaring di atas tempat tidur. Beberapa cemilan dan kaleng minuman berserakan di lantai.
"Yosh! Mulai mendowload anime terbaru!" seru Al semangat.
Ia mulai membuka sebuah web yang berisikan daftar anime. Ia mencari judul anime yang akan di download.
"Hmmm... Aikatsu Reborn! Digimon Adventure Reborn! Naruto Shipunden Reborn! High School DxD Reborn!" gumam Al bingung.
"Ah! Sudah kuputuskan untuk memilih ini!"
Alfharizy menentukan anime pilihan terakhir. Ia sudah tak sabar ingin menonton anime tersebut.
"Koneka... Asia... Ravel... Huahh! Aku tak sabar melihat keimutan mereka!"
Al mulai membayangkan sesuatu, hingga darah keluar dari kedua lubang hidungnya. Yap! Ia memang seorang lolicon senior dan mesum. Di balik mata sipitnya, ada rahasia yang terpendam.
"Andai Nana beradegan seperti mereka. Pasti sudah aku karungi dia, fufufu...," gumam Al sampai meneteskan air liur.
~Di suatu tempat perumahan mewah~
"Hatchi!"
Seorang gadis imut baru saja bersin. Ia mengosok hidungnya yang tak gatal.
"Kenapa perasaanku kesal sekali ya?" tanya Nana bingung. Tiba-tiba saat ia sedang sibuk dengan desainnya, ia mendadak bersin. Padahal Nana tak lagi terkena flu.
"Ini pasti ulah pemuda menjijikan itu!" geram Nana. Pensil yang ia pegang, patah menjadi dua.
Nana sudah memikirkan cara untuk membasmi pemuda itu. Apa perlu mengirimnya ke luar angkasa.
*****
Pak Huda masih setia dengan laptopnya. Walau hari sudah menjelang siang. Ia menatap fokus layar laptop.
Di sana tertera beberapa data. Isinya berupa foto, identitas lengkap dan sebagainya.
"Hmm... Aku harus secepatnya mengumpulkan mereka," gumam Pak Huda.
Pria keturunan Arab-Indo ini masih berusia 24 tahun. Terbilang muda bagi seorang guru di kalangan sekolah.
Pak Huda memiliki suatu misi rahasia. Ia sampai harus membuat sebuah klub di sekolah, agar misinya tercapai dengan sempurna.
"Mengorbankan mereka? Tak jadi masalah untukku," ucap Pak Huda tersenyum.
Ia meraih secangkir kopi. Asap masih mengebul keluar. Rasa kopi hitam memang nikmat saat berkerja seperti ini.
"Ahh... Memang terbaik," ungkap Pak Huda.
Huda masih melanjutkan tugasnya. Kerutan di kening membuat ia berpikir serius. "Sepertinya mereka sudah mulai bergerak. Aku harus segera menghentikan mereka, apapun akan kulakukan,"
*****
Hari telah berganti hari baru. Liburan sekolah masih dinikmati oleh kalangan murid. Segala penat dan pikiran mereka singkirkan sejenak, termasuk salah satu klub di sekolah.
Klub Sejarah hari ini mengujungi salah satu tempat wisata di daerah Jakarta Utara. Dimana tempat wahana berbagai permainan di dirikan.
"Akhirnya... Aku bisa ke sini lagi!" seru Haruka. Ia merentangkan kedua tangan lebar-lebar.
"Hahaha... Kamu lucu sekali sih," sahut Rhea tertawa kecil melihat kelakuan sahabatnya itu.
Raka hanya mengamati saja. Setidaknya dengan kegiatan klub ini, membuat otak dan pikiran menjadi segar kembali.
"....." Edel terdiam. Dia sebenarnya sangat senang, namun ia malu mengungkapkannya.
"Kalau senang tak usah diam begitu, dasar bisu!" ejek pemuda berambut merah.
"Hei! Anggota baru jaga bicaramu!" geram Al. Ia sebagai Ketua klub harus menjaga perdamaian di dalam klub.
"Tch! Kau berisik sekali!" sahut pemuda itu.
"Kau!!!"
Rizani tak mau ikut campur masalah sepele seperti itu. Ia lebih membuat cerita baru. Cuek sekali.
"Al, sudah tak usah hiraukan dia!" seru Nana dalam mode gadis bertubuh proposional. Ia mengenakan pakaian yang pas dan terlihat seksi.
"Rizal! Al! Hentikan!"
Akhirnya Raka bersuara. Ia tak tahan melihat pertengkaran mereka. Ia hanya ingin bersantai dan bersenang-senang.
"Tapi Raka... Dia-," ucapan Al terpotong.
"Ma-maafkan a-aku!" sahut Edel cepat, walau terbata-bata. Ini sudah menjadi kemajuan untuknya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
"Kenapa kau memukulku gadis tomboi?!"
"Aduh... Perutku,"
"Oii, kenapa aku juga kena!"
Ketiga suara itu berasal dari Rizal, Al, dan Rizani yang menjadi korban pemukulan sang atlet Karate, Tamada Haruka. Haruka menatap tajam mereka. Dan hal itu membuat ketiganya terdiam.
"Kalau aku mendengar kalian bertengkar lagi dan sibuk dengan dunianya sendiri, aku takkan segan-segan membuat kalian masuk ke rumah sakit!" seru Haruka tak terbantahkan.
Ketiga pemuda itu menelan ludah. Mereka tak mau berurusan dengan gadis tomboi itu.
Bagaimanakah Rizal Kheil, sang Pemuda berambut merah bergabung dengan klub sejarah? Itu semua terjadi setelah pertarungan antara dirinya dan Daniel, lalu dilanjutkan oleh Daniel melawan Raka.
Saat itu Rizal dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia menderita luka yang cukup serius. Kemampuan Edel pun tak mampu menyembuhkan.
Akhirnya Rizal di bawa ke rumah sakit terdekat. Pak Huda menanggung semua bisa pengobatan Rizal, tetapi dengan satu syarat. Setelah Rizal sembuh, ia harus bergabung dengan klub sejarah. Dan ada satu hal lagi yang membuat Rizal tak berkutik. Ia pun terpaksa masuk ke dalam klub tersebut.
*****
Nana, Edel, Haruka dan Rhea memilih wahana pertama yaitu Kora-Kora. Wahana yang berbentuk sebuah kapal. Wahana ini salah satu wahana yang menguji adrenalin seseorang.
"Wahh... Lihat itu!" seru Edel kagum tanpa ia sadari. Ketiga pasang mata menatapnya.
Edel langsung menutup mulut rapat-rapat. Rasa malu menjalar hingga ke wajah.
"Ternyata kamu bisa mengeluarkan suara keras," ucap Rhea menggoda. Ia mencoel pipi merah Edel.
"Hahaha... Untungnya aku sudah mengambil gambarnya," sahut Nana. Ia memang membawa sebuah kamera berukuran kecil.
"Mana aku ingin melihatnya?" Haruka mengambil paksa kamera milik Nana.
"Hei, kasar sekali anda!" kesal Nana.
"Hehehe... Maaf," balas Haruka menyengir.
"....." Edel diam membeku. Ia merasa sangat malu sekali, hingga rasanya ingin mengubur dirinya di dalam tanah.
Rhea merangkul Edel bersahabat. Ia tersenyum lebar. "Tidak apa kau mengeluarkan sekencang apapun. Kami. senang melihatmu seperti itu," ucapnya tulus.
"Benar sekali! Ingat kita ini sekarang adalah sahabat!" seru Nana bersemangat.
"Ah.. Aku sedang memiliki sahabat baru," sahut Haruka.
Edel terpana. Ia menatap ketiga gadis di depannya. Airmata kesenangan mengalir dari kedua mata Edel.
"Te-terimakasih teman-teman," ucap Edel tulus.
Mereka pun saling berpelukan layaknya teletubies. Oh iya, mereka tak perlu mengantri masuk. Para anggota klub sejarah sudah membeli tiket VIP. Maklum anak orang kaya semua hehe...
Sekelompok pemuda tengah berdebat. Memilih wahana yang akan di pilih.
"Kita ke Istana Boneka saja!" seru Al. Ia berkhayal dirinya akan masuk dan dikelilingi boneka-boneka lucu dan imut.
"Tidak! Kau seperti perempuan saja!" bantah Rizal. Ia menatap jijik Al.
"Apa lihat-lihat? Iya tau aku tampan dari lahir!" Al berkata penuh percaya diri.
Plak!
"Berisik sekali! Lebih baik kita ke Ice Age," usul Raka.
"Hmm... Aku lebih suka kincir angin. Di sana aku merasa tenang," sahut Rizani.
Ketiganya menatap tajam Rizani. Mereka tahu apa yang dipikirkan oleh sang penulis fantasi itu.
"Hehehe... Ketahuannya," tawa Rizani menggaruk kepala yang tak gatal.
Al dan Rizal masih berdebat. Raka lebih memilih diam. Ia mengamati sekitar lingkungan tempat wisata, hingga berhenti di satu titik.
Deg!
"Dia kan...," gumam Raka. Ia langsung berlari mengejar sosok yang sangat di kenali olehnya.
**********
Akhirnya klub sejarah bisa berliburan. Namun, sesuatu yang menghebohkan akan segera terjadi. Bagaimanakah kisah mereka?
Yuk!
Selamat membaca minna!
{03/06/2020}
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top