Chapter 14 Api vs Bayangan

Suasana pagi hari yang cerah membuat semua orang terbangun dengan semangat. Segala aktivitas dan kesibukan di hari ini akan mereka laksanakan.

Raka tengah memandang langit yang cerah. Ia sudah memakai seragam lengkap.

"Mengapa Dewa memberikan kekuatan super?" gumam Raka. Ada satu bagian yang membuat dirinya masih penasaran dan disembunyikan oleh sang guru.

Raka terlarut dalam pikirannya hingga seseorang mengetuk pintu kamarnya. Suara ketukan pintu cukup keras sampai menggema di telinga.

"Nak, ayo cepat sarapan!" seru Ibu Clara. Ibu kandung dari sang Pemuda tampan itu.

"Ah iya! Aku akan segera turun!" sahut Raka dari dalam kamar. Ia pun mengambil tas yang berada di atas meja. Ia turun ke bawah untuk melakukan kegiatan setiap pagi yaitu sarapan bersama kedua orang tercinta.

"Aku berangkat sekolah dulu," ucap Raka mencium kedua tangan orang tua. Sang Ibu mengelus pelan rambut pirang Raka yang mirip dengan sang Ibu Clara. Ayah Rey menepuk pelan pundak anaknya.

Raka tersenyum hangat. Ia beruntung masih memiliki kedua orang yang utuh dan sangat memahami dirinya.

"Hati-hati di jalan," ucap Ibu Clara.

"Jangan lupa selalu belajar dan raih prestasimu!" tambah Ayah Rey mengingatkan.

Raka langsung keluar rumah. Ia mengayuh sepeda yang selalu menemani dirinya setahun belakangan ini.

*****

*Di Lapangan Sekolah*

Terlihat keramaian di sekitar lapangan sekolah. Para penghuni sekolah menatap ke arah lapangan dengan pandangan berbeda.

Dua orang pemuda tengah berdiri di tengah lapangan. Keduanya saling menatap tajam.

"Mari kita buktikan siapa yang terkuat!" tantang pemuda berambut putih. Ia menyeringai kecil.

"Jangan salahkan aku, jika kau menangis karena kalah dariku!" ejek pemuda berambut merah. Ia adalah seorang bad boy yang terkenal di sekolah.

Suasana di lapangan mendadak tegang. Beberapa murid yang mencoba melerai keduanya, memilih untuk mundur. Tidak ingin terjadi hal yang akan menimpa mereka.

"Lebih baik kalian panggil para guru untuk ke sini, cepat!" perintah seorang siswa senior.

"Ba-baik," jawab siswa junior takut. Ia langsung melesat pergi menuju ke ruang guru.

Raka yang baru saja tiba melihat kerumunan di pinggir lapangan. Ia menatap dua pemuda itu lekat-lekat.

"Bukankah itu Rizal dan.... Pemuda yang pernah menyerang kami," gumam Raka.

Simbol pentagram yang berada di telapak tangan kanan Raka bersinar. Terasa hangat. Kilatan petir merah mulai nampak.

"Gawat! Aku harus mencari Riza! Jika para siswa-siswi mereka mengeluarkan kekuatan super, kemungkinan akan menjadi hal tak bisa dihindarkan!" monolog Raka.

Tanpa menunggu lama, ia berlari cepat menuju ke perpustakaan. Pasti pemuda si kutubuku sedang berada di sana. Haruka dan Rhea yang melihat Raka terburu-buru mengikuti dari belakang.

"Perasaanku tak enak," ucap Haruka.

"Sebaiknya kita ikuti Raka," usul Rhea.

*****

Rizal mengeluarkan api dari kedua tangan. Api berwarna merah yang siap membakar hangus apapun.

Kedua matanya juga berwarna merah. Ada sebuah simbol pentagram di bawah mata kanan. Kekuatan Rizal telah diaftikan.

Pemuda berambut putih yang menjadi lawan Rizal, belum menampakan reaksi apapun. Ia masih tenang berdiri.

"Terimalah seranganku!" seru Rizal. Kedua bola api melesat lurus ke arah lawan.

Duarr!!!

Ledakan berskala kecil tercipta. Kepulan asap dan debu bertebaran menutupi tengah lapangan.

Rizal kembali menyerang. Ia merasa bahwa lawannya kali ini kuat. Ia mengeluarkan bertubi-tubi bola api berukuran kecil.

Tiba-tiba semua serangan Rizal menghilang dalam sekejap. Muncul bayangan hitam di dalam kepulan asap.

"Sudah selesai," bisik pemuda itu. Ia berdiri di belakang Rizal.

Rizal nampak terkejut. Namun, ia kembali menyerang. Tetapi serangan ia sia-sia saja. Semua bola api merah miliknya menghilang tertelan bayangan kegelapan.

Pemuda itu menatap malas Rizal. Ia menyentuh pundak kanan Rizal. Dan sosok Rizal terpental menabrak tiang bendera.

Rizal merasakan sakit di beberapa tulang, mungkin ada yang retak ataupun patah. Ia berusaha bangkit.

"Sial!" umpat Rizal. Ia menatap pemuda itu yang berdiri dengan tenang.

Pemuda itu tersenyum miring. Ia berjalan pelan menuju tempat Rizal berada. Sosok bayangan kegelapan mengikuti dari belakang.

"Kau terlalu lemah untuk menjadi lawanku," ejek pemuda itu.

Rizal mengepalkan kedua tangan. Api merah menyelimuti tangan. Ia bergerak maju memukul lawan. Namun, pukulan api Rizal tertahan oleh bayangan hitam milik sang Pemuda.

"Akan kuselesaikan secepat-,"

"Tunggu!" seru Raka memotong. Ia datang bersama Rizani, Haruka dan Rhea.

Tempat pertarungan di lapangan berubah total menjadi sebuah padang rumput yang luas. Hamparan rumput membentang luas.

Kekuatan super Riza yang melakukan hal itu. Setidaknya ia tak sepenuhnya terlambat. Untuk urusan penghuni sekolah yang melihat pertarungan mereka menjadi urusan Pak Huda dan teman-temannya.

"Datang penganggu," ucap pemuda itu tenang.

*****

"Hentikan perbuatan kalian!" seru Rhea dalam sosok lain. Kali ini ia menunjukkan Rhea sang Peduli. Ia tak suka melihat pertarungan antara pengguna kekuatan super.

"Tch! Kau menganggu saja!" kesal Rizal. Ia menatap tajam Rhea. Haruka dengan sigap melindungi sahabatnya.

Raka menghentikan Haruka. Ia tak ingin ada lagi pertarungan lainnya.

Pemuda berambut putih menatap mereka tenang. Seakan mereka hanya sekumpulan siswa biasa dan lemah.

"Mari kita lanjutkan pertarungan ini dan... Kalian jangan menganggu!" ancam Rizal mengeluarkan bola api berukuran besar.

"Baiklah. Setidaknya kalian tidak lagi bertarung secara sembarangan di depan publik," pinta Raka tenang.

Raka dan ketiga lainnya memilih untuk mundur. Mereka akan menjadi penonton saja. Riza sendiri tak mau ikut campur, jika pemuda pirang itu tak menarik dirinya. Ia hanya ingin menyelesaikan ceritanya yang sudah mendesak di kumpulkan dalam jangka waktu dekat.

Pemuda pengendali bayangan dan Rizal tak terlalu peduli, lebih tepatnya Rizal. Rizal mengumpulkan bola-bola api. Kali ini serangannya menjadi tingkat lebih tinggi. Kekuatan lain yang ia miliki.

Rizal melemparkan bola-bola api berukuran sangat besar, seperti ukuran matahari. Kekuatan super Rizal dinamakan Flame Sun. Kode kekuatan ini menggunakan elemen api. Kira-kira panasnya seterik Matahari di siang hari. Kekutan ini termasuk kuat dan berbahaya bagi si pengguna, jika diriku gunakan secara berlebihan.

Pemuda itu masih bersikap santai, lebih terlihat tenang. Ia menunjuk salah satu jari ke depan. Bayangan hitam keluar dari tubuhnya. Berjumlah lebih dari dua siap menghadang serangan Rizal.

Serangan bola api matahari semakin mendekati si pemuda. Rizal mengepalkan seluruh kekuatannya. Cedera yang ia terima cukup fatal, sehingga ia memaksa diri menghiraukan rasa sakit di tubuh.

"Hiatt!" seru Rizal.

"Lenyapkan," perintah pemuda itu pada bayangan hitam miliknya.

Keempat bayangan hitam melesat cepat. Mereka mengambil posisi dari arah mata angin. Bola api matahari Rizal terselimuti bayangan hitam. Serangan Rizal mulai terbungkus hitam menjadi ukuran kecil semakin kecil, lalu menghilang dalam sekejap mata.

"Ti-tidak mungkin," ucap Rizal tak percaya. Ia terduduk lemas. Kekuatan yang ia kerahkan sudah tak tersisa. Keempat bayangan hitam kembali masuk ke dalam tubuh sang Pemuda.

"Kekuatanmu sangatlah kuat," ucap pemuda itu. Ia sudah berada di depan Rizal.

"Bagaimana kalau kau bergabung denganku dan menjadi semakin kuat?" tawar si pemuda pengendali bayangan.

Rizal terdiam. Ia ingin menjadi kuat, namun dengan usahanya sendiri. Ia tak mau kuat karena harus mengikuti perintah seseorang. Apalagi lawan yang ia pandang telah mengalahkan dirinya mutlak.

"Aku menolak!" seru Rizal tegas.

Si pemuda itu menatap tajam Rizal. Sikap tenang dan santainya telah menghilang, berganti menjadi aura membunuh.

"Kalau begitu... Kau lebih baik mati," ucapnya dingin.

Rizal merasa ketakutan. Ia ingin lari, tetapi kondisi tubuhnya tak memungkinkan. Hingga sebuah serangan berwarna merah menyerang sang Pemuda itu.

"Hentikan!" seru pemuda berambut pirang.

Pemuda pengendali kegelapan menghentikan serangan itu dengan mudah. Ia mengalihkan pandangan kepada si penyerang.

"Kau ingin bermain-main denganku rupanya," ucap pemuda itu menyeringai kecil.

**********

P

ertarungan antara pemilik kekuatan super terjadi kembali. Siapakah yang akan menang?

Bagaimana caranya klub sejarah mengatasi masalah ini?

Selamat membaca!

{31/05/2020}


With Rizalraihan24

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top