Chapter 13 Gadis Pendiam

~Di Ruang UKS~

Srek!!!

Pintu UKS terbuka. Seorang pemuda berambut seperti landak memasuki ruangan. Kondisi wajahnya babak belur dan ada noda darah di bibirnya.

"Tolong obatin gw," ucap pemuda itu datar.

Ia berjalan mendekati brankar. Ia pun memilih duduk di atasnya.

Gadis yang berada di dalam UKS daritadi hanya diam. Ia tak beranjak dari tempat duduknya. Rona merah tipis muncul di kedua pipi.

Pemuda itu melirik gadis berkacamata. Ia menatap tajam.

"Hei cepat! Sembuhkan luka-luka!" seru pemuda itu membentak.

Gadis berkacamata tersentak. Ia menundukan kepala ke bawah. Takut.

Pemuda itu merasa kesal. Ia bangkit dari atas brankar. Ia berjalan mendekati gadis tersebut.

"Kau... Petugas piket UKS hari ini kan!" Gadis berkacamata masih menudukkan kepala. Ia tak berani menatap wajah sang pemuda.

"Kenapa malah diam saja?!" bentak Pemuda itu.

"Ma-maaf," jawab gadis berkacamata gagap.

Pemuda itu mengepalkan kedua tangan erat. Rasa emosi menyelimuti dirinya. Ia pun pergi meninggalkan ruang UKS. Dan menutup pintu dengan keras.

Brak!!!

Gadis berkacamata menatap pintu yang sudah tertutup. Lagi-lagi ia gagal mengobati orang yang terluka.

"Hiks... A-aku memang bodoh," ungkapnya menangis.

*****

Edelweiss Aionios. Panggil saja Edel. Saat ini aku berusia 15 tahun. Aku bersekolah di salah satu sekolah SMA Internasional di Indonesia. Aku berada di kelas XC. Entah kenapa aku bisa masuk ke sini.

Aku ini hanyalah gadis yang tak bisa diandalkan. Aku tak memiliki banyak teman di sekolah. Mereka menatapku seolah-olah aku ini orang yang tak pantas berada di sini.

Keluarga cukup kaya. Ayah seorang pengusaha terkenal di bidang Farmasi. Ibu seorang dosen di salah satu Universitas ternama.

Ayah keturunan asli warga Indonesia tepatnya di kota Jakarta Selatan. Sedangkan Ibu keturunan campuran dari warga negara Yunani dan Indonesia. Keduanya orang tuaku bisa bertemu di acara pertemuan kolega dunia.

Aku sendiri? Seorang gadis pemalu, penakut dan pendiam. Apalagi aku menggunakan kacamata yang membuat diriku semakin aneh. Cukup miris memang. Tak bisa mengungkapkan apa yang aku inginkan atau rasakan kepada orang lain.

Edel. Gadis yang menyukai tempat sepi. Ia memilih menjadi sukarelawan petugas UKS di sekolah. Setidaknya ia tak harus bertemu orang banyak.

"Edel, tolong kamu cek persediaan obat-obatan di lemari," pinta seorang Guru yang menjadi penanggung jawab UKS.

Ibu Shella, merupakan guru yang mengajar mata pelajaran Kimia.Ibu Shella merupakan guru favoritku. Dia yang sabar, baik dan tenang dalam membimbing diriku. Beliau juga yang mengajak diriku menjadi petugas di UKS. Aku sudah menganggap dirinya sebagai orang tuaku sendiri.

"Ba-Baik Bu," balas Edel. Aku langsung melaksanakan perintah dari Ibu Shella dengan senang hati. Untungnya aku mengerti berbagai macam jenis obat-obatan karena didikan Ayahku.

Setelah menyelesaikan tugas, aku memilih untuk mendatangi pengunjung yang datang ke UKS. Rata-rata sih siswi yang mengalami disminore, kelelahan, magh, dan pingsan saat upacara bendera.

*****

Hari telah berlalu. Edel berjalan menelusuri lorong lantai 1 sendirian. Tidak ada siswa-siswi yang berangkat sekolah pada pukul 6 pagi. Dan Edel memilih waktu tersebut. Sepi dan sunyi pemandangan yang Edel rasakan setiap pagi berangkat sekolah.

"Udaranya segar sekali," ungkap Edel. Ia bisa menjadi percaya diri di saat sendiri dan orang-orang di rumah saja.

Saat Edel berjalan, ia mendengar suara kucing. "Meow... Meow...,"

"Ada suara kucing," gumam Edel.

Ia pun mencari keberadaan hewan berbulu itu. Hingga ia berhasil menemukannya. Kucing berwarna putih tengah terbaring di lantai. Ia menjilati kaki kanan bagian belakang.

"Ah... Sepertinya dia terluka,"

Edel tak tega melihat kucing itu terluka. Ia segera menolongnya tanpa merasakan perasaan jijik dan kotor.

"Tenang ya kucing, aku akan merawat lukamu," ucap Edel lembut. Ia mengelus bulu kucing pelan. Lembut.

"Meow...," kucing itu menjilati tangan Edel.

Edel dengan telaten merawat luka si kucing. Setelah itu, ia membalut dengan kassa gulung di pergelangan kaki kucing.

"Selesai," ujar Edel tersenyum kecil.

Walaupun luka di kaki kucing akan sembuh sekitar 2-3 hari. Ada rasa takut yang terbenam di hati.

"Andai saja luka pada kucing itu cepat sembuh," batin Edel.

Tanpa ia sadari luka yang terbalut oleh kassa tertutup secara perlahan hingga tak meninggalkan jejak luka. Kucing putih itu mencoba berdiri, lalu ia berjalan dan tak merasakan sakit. Ia mendekati Edel, mengelus kepalanya manja.

"Meow...,"

"Ehh! Kau sudah bisa berjalan lagi," ujar Edel kaget.

Simbol pentagram yang berada di lengan kanan Edel berhenti bersinar. Edel tak menyadari karena tertutupi lengan panjang seragamnya. Ia hanya merasakan hangat di lengannya.

"Meow...,"

Edel mengelus lembut leher bawah kucing. Kucing sangat senang bila dielus seperti itu.

Tiba-tiba seorang pemuda bertubuh kecil berhenti di sebelah Edel. Edel yang menyadari menatap pemuda itu bingung.

"Kucing itu mengucapkan terimakasih kepadamu," ucap pemuda itu.

Pemuda bertubuh kecil kembali melangkahkan kaki, tetapi Edel memanggilnya. "A-apa mak-maksudmu?" tanya Edel gugup.

"Aku mengatakan 'kucing' itu mengucapkan terimakasih kepadamu, karena telah merawat dan menyembuhkan lukanya," jawab pemuda itu santai.

"Ah dan satu lagi. Kekuatanmu cukup berguna," lanjutnya. Ia pun berjalan kembali meninggalkan Edel yang terdiam.

Edel menatap pemuda kecil itu hingga sosoknya telah menghilang. "Kekuatanku?" gumamnya tak mengerti.

*****

H

ari ini Edel kembali bertugas di UKS. Ia sedang mencatat jumlah pengunjung yang hadir, tetapi pikirannya melayang entah kemana. Sampai-sampai ia sering salah menghitung dan mengulanginya kembali.

"Uhh! Kenapa aku kepikiran kata pemuda itu ya?" tanya Edel. Ia memukul kecil kepalanya.

"Meow,"

Edel melihat ke bawah. Di sana ada seekor kucing berburu putih mengelus kakinya. Yap! Kucing yang tadi pagi ia tolong. Sejak saat itu kucing itu selalu mengikutinya.

"Ahh, kau rupanya Snow," ucap Edel tersadar. Ia memberikan nama 'Snow' pada kucing itu, karena warna bulu dan lembut seputih salju.

Sejak siang hari Edel merasa bingung dan cepat sekali lelah. Seakan-akan tenaganya terkuras habis. Padahal ia hanya merawat luka seorang pemuda yang terjatuh saat bermain basket.

Anehnya luka itu cepat sembuh. Tak ada bekas luka di kaki Pemuda itu.

"Ah dan satu lagi. Kekuatanmu cukup berguna,"

Deg!

Edel mengingat kembali perkataan pemuda kecil itu. Ia mengatakan bahwa Kekuatannya cukup berguna.

"Kekuatan apa yang ia maksud?" gumam Edel.

Srekk!!

Pintu ruangan UKS terbuka. Di sana seorang lelaki dewasa berdiri. Edel langsung mengalihkan pandangannya.

"E-ehh,"

Edel terkejut kemuncullan seorang guru. Guru itu tersenyum tipis padanya.

"Kamu ingin tahu kekuatanmu? Aku bisa memberitahukannya kepadamu, tetapi kau harus ikut saya. Tenang saja, anak-anak terpilih seperti dirimu juga berkumpul di sana," jelas Guru itu.

Edel bingung. Namun, karena rasa penasaran dan tak ada kebohongan di mata sang Guru. Ia pun mengangukan kepala tanda Edel akan ikut.

"Pilihan yang bagus," ucap Guru itu tersenyum.

**********

Selamat siang menjelang sore, minna!

Chapter terbaru The Chosen's sudah update!

Selamat membaca dan tetap setia denganku, eh maksudnya dengan ceritaku hehe... ✌✌

{30/05/2020}

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top