Chapter 11 Rizani Nugraha
Rizani Nugraha. Pemuda yang nerd dan si kutubuku. Ia suka menyendiri di perpustakaan sekolah.
Riza, biasa teman-teman memanggilnya. Ia tak memiliki banyak teman. Dikarenakan sifatnya yang cuek dan pendiam.
Riza sangat menyukai membuat sebuah cerita bergenre fantasi dan sihir. Ia sudah memiliki beberapa cerita yang ia simpan di salah satu aplikasi bernama Wattpad.
"Hidupku penuh imajinasi," gumam Riza.
Kini ia berusia 15 tahun dan berada di kelas X. Riza termasuk murid yang pintar.
Kedua orang tuanya berasal dari pengacara terkenal. Sudah banyak kasus yang mereka selesaikan dengan sempurna. Kalangan artis, pejabat, sampai pengusaha mengakui kehebatan mereka.
Riza berambut hitam agak panjang. Memakai kacamata berbentuk kotak. Ia berkulit kuning langsat. Ia mempunyai kebiasaan yaitu membawa kemanapun laptop jika ia pergi.
Riza memiliki darah keturunan Singapura dan Indonesia. Kalau boleh memilih ia lebih suka tinggal di Singapura. Di sana tak ada yang mengganggu bahkan bersikap ramah padanya.
"Aku kangen Lee...,"
*****
~Perpustakaan~
Di salah satu tempat duduk yang tak terlalu terkena cahaya matahari. Seorang pemuda berkacamata tengah sibuk dengan laptop. Ia sudah menganggap laptop miliknya bagai kekasih yang tak dapat terpisahkan.
Riza. Ia sedang memiliki proyek membuat cerita fantasi. Ia seseorang yang berkemampuan cukup pandai dalam bidang teknologi.
"Tidak! Lebih bagus jika sang tokoh utama yang awalnya lemah menjadi kuat seiring kaliannya cerita. Tetapi... itu terlalu mainstream,"
Riza masih fokus dalam imajinasinya, sehingga menjadi kenyataan. Ada tiga hewan aneh muncul dari dalam laptopnya.
Singa merah yang dapat mengeluarkan bola api. Ular ungu yang melata. Serigala putih yang bisa membuat salju.
Itu semua adalah hasil karya dari imajinasi Riza selama ini. Di dalam cerita ia juga sering menyelipkannya. Hingga imajinasinya menjadi kenyataan.
"Ap-apa yang sebenarnya terjadi?" Otak Riza penuh pertanyaan. Tetapi ia masih belum menemukan jawaban.
Riza melihat dua orang siswi menuju ke perpustakaan. Ular ungu dan serigala putih menghadang jalan mereka, sampai-sampai Singa merah menyerang dengan bola api.
"Awas!" serunya memperingati.
Nasip kedua gadis itu tidak baik. Mungkin mereka akan mati dilahap bola api milik singa merah. Namun... Hal yang tak terduga terjadi. Dua gadis itu menghilang dalam sekejap mata.
"E-ehh, hilang. Kemana mereka pergi?"
Riza mencari sosok kedua gadis tersebut. Tidak ada hasil. Hilang. Mereka benar-benar menghilang. Tanpa ia sadari, ular ungu ikut hilang.
"Kenapa ini semua bisa terjadi?" tanya Riza bingung.
"Mereka adalah hewan yang aku ciptaan dalam imajinasi dan sekarang menjadi nyata," ucap Riza. Ia bingung harus senang ataupun takut.
Riza menghela napas berat. Hari-harinya yang tenang di dalam perpustakaan berubah menjadi kacau balau.
Singa merah dan serigala putih mendekati Riza. Riza mundur perlahan. Takut. Itulah yang ia rasakan.
"Auuu,"
"Roarr,"
"Ap-apa yang ka-kalian inginkan?" tanya Riza. Ia mengutuk dirinya. Mana bisa hewan-hewan itu mengerti ucapannya.
Singa merah semakin dekat dengan Riza. Riza hanya bisa pasrah.
"Master," ucap singa merah.
Riza diam. Ia mengedipkan kedua mata berkali-kali.
"Mimpi, ini pasti hanya mimpi," gumam Riza.
"Master... Perkenalkan namaku adalah Nemea," ucap singa merah. Ia membuka mulutnya lebar, menampakan deretan gigi putih yang tajam. Sekali gigit mungkin tubuh Riza langsung remuk.
"Ka-kau bisa berbicara," ungkap Riza heran dan bingung. Singa merah yang bernama Nemea, mengelus kepalanya di kaki Riza.
Riza ingin menyentuhnya, namun langsung ia urungkan. Ia tak cukup berani.
"Master, saya dapat berbicara karena keinginan anda, termasuk kemuncullan saya, Covina dan Senta," ucap Nemea menjelaskan.
"Keinginanku... Tetapi kalian tak nyata namun terlihat nyata," Riza skeptis.
"Ini semua karena kekuatan super miliknya yang tak sengaja engkau bangkitkan," ucap seseorang yang berdiri di depan pintu perpustakaan.
Riza menatap orang tersebut terkejut. Ia pernah melihatnya di perpustakaan juga.
"Ka-kau,"
*****
Raka dan Nana berjalan cepat menelusuri lorong lantai 1. Dimana letak perpustakaan berada. Raka terlihat sangat hafal dan beberapa titik lokasi.
"Raka, kau selalu ke perpustakaan ya?" tanya Nana.
"Yes! Di situlah aku menambah ilmu," jawab Raka tenang.
Nana mengangukan kepala antusias. Dia suka sekali lelaki pintar, tampan dan tinggi seperti... Ah susah lupakan! Hehehe...
Raka dan Nana merasakan simbol pentagram mereka bercahaya. Hangat.
"Kita sudah sampai dan di sana ada pemilik kekuatan super. Tetapi kita harus hati-hati, karena belum tahu kekuatan dia apa," ucap Raka memperingati.
"Oke!" jawab Nana.
Saat ini Nana bertransformasi menjadi gadis bertubuh proposional dan cantik. Aura One-sama sangat terasa.
"Kau berubah? Kenapa baru sekarang?" tanya Raka heran, sampai-sampai kedua alis menyatu.
"Hmm... Gitu deh," jawab Nana malu-malu kucing.
Duarr!!
Suasana tiba-tiba menjadi dingin. Sosok serigala putih muncul di hadapan mereka. "Aauu...,"
Raka langsung mengeluarkan kekuatan supernya. Kilatan listrik merah muncul dari telapak tangan Raka. Ia melancarkan serangan ke lawan.
"Aauu...,"
Serigala putih memuntahkan bola salju berukuran sedang. Kedua serangan saling bertemu dan terjadilah ledakan.
Duar!!!
Kepulan asap dan butiran salju bertebaran. Nana tak bisa melihat pemandangan di depan karena terhalau.
"Terimalah ini!"
Raka kembali menyerang. Kali ini kilatan petir merah berukuran besar. Serangannya telak mengenai serigala putih hingga terdorong beberapa meter.
"Ayo kita pergi!" seru Raka. Ia menarik tangan Nana erat. Keduanya berlari memasuki ruang perpustakaan, hingga melihat seorang pemuda berkacamata.
*****
Riza bertemu dengan pemuda yang sering ia temui di perpustakaan. Terkadang keduanya saling bertukar informasi pelajaran kelas X.
"Raka!"
"Riza!"
"Roarr!!"
Singa merah yang berada di dekat Riza mengaum. Nemea menatap tajam Raka dan Nana.
"Si-singa merah!" seru Nana takut. Ia mengumpat di balik punggung Raka.
"Nemea... Mereka adalah teman-temanku," ucap Riza menahan Nemea yang mungkin akan menyerang.
"Baik Master," jawab Nemea.
Nemea menatap Riza, ia pun menjadi jinak. Ia mengelus kaki Riza dengan manja.
Raka dan Nana terkejut. Si pemuda kutubuku bisa menjinakan singa merah dengan hebat.
"Apa kau yang menyebabkan ini semua, Riza?" tanya Raka pelan. Ia takut menyinggung perasaannya.
Riza menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia bingung harus menjelaskannya darimana, ini semua terjadi secara mendadak kaya tahu bulat.
"Hmm... Iya. Semua terjadi begitu saja, saat aku tengah berimajinasi," jawab Riza gugup.
Raka tersenyum. "Jadi... Kau yang kami cari,"
"Hah?!" seru Rizal berwajah bodoh.
"Maksud Raka, kamu adalah anak terpilih sama seperti kami. Kejadian ini muncul akibat dari kekuatan super milikmu," sahut Nana menjelaskan.
Rizal mulai mengerti walau sedikit. Ia pun berjalan mendekati Raka dan Nana. Nemea mengikuti dari belakang. Senta, serigala putih menyusul. Entah ia muncul darimana.
"Bagaimana caranya untuk menghilangkan kekuatanku?" tanya Riza.
"Eemm... Coba kau bayangkan semua seperti semula," jawab Nana. Ia tak mengumpat lagi. Ia menatap Riza dengan seksi.
"Oke!" balas Riza.
Riza mulai menayangkan ketiga hewan aneh menghilang. Kondisi perpustakaan kembali seperti sedia kala. Dan semua kerusakan menghilang dan menjadi normal.
"Berhasilkah?" tanya Riza gelisah.
"Berhasil! Misi kita selesai!" seru Raka.
**********
Selamat pagi nakama!
Berjumpa lagi dengan saya di sini hehe :v
Kali ini saya melanjutkan serangan monster di perpustakaan. Salah satu anak terpilih kembali terungkap identitasnya.
Bagaimanakah perjuangan mereka?
Siapakah anak terpilih yang akan muncul?
Saksikan kelanjutan cerita The Chosen's di chapter besok!
Selamat membaca!
(28/05/2020)
With AhmadRizani
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top