Chapter 10 Serangan Monster

Senin, 25 Februari 2021...

Raka sudah sampai di tempat ia biasanya memarkirkan sepeda. Ia terlihat semangat pagi ini.

"Yosh! Klub Sejarah hari ini resmi di buka!" seru Raka mengepalkan tangan ke udara.

Raka berjalan pelan menuju ke kelas. Pelajaran pertama yaitu Matematika menjadi favoritnya.

"Nananana....,"

~Kelas XA~

Raka baru saja sampai. Ia melihat keadaan kelas yang mulai ramai. Kedua sahabatnya juga sudah duduk manis.

"Pagi Nana, Al," sapa Raka ramah.

"Pagi Raka!" balas Nana semangat.

Saat ini tubuh Nana masih seperti semula, gadis pendek dan kekanakan. Nana sibuk dengan kegiatan pagi yaitu membuat desain pakaian baru.

Berbeda dengan Al, hari ini terlihat murung. Aura suram menyelimuti dirinya.

"Aku tak bisa... Aku tak sanggup... Aku tak bisa... Aku tak sanggup...," gumam Al berulang.

Semenjak Al ditunjuk sebagai Ketua klub sejarah, ia menjadi tak bersemangat. Rasa takut dan pikiran negatif menyelimutinya.

"Al... Al... Baru saja terpilih menjadi ketua saja sudah begitu, apalagi mendapatkan jodoh," ledek Raka.

Al menatap tajam Raka. Ia tak setuju apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. "Kau tak mengerti perasaanku bro," ucapnya lesu.

Raka tertawa keras. Ia sampai memegang perutnya karena tak bisa menahan tawa.

Al pundung di pojokan. Aura suram dan jomblo Al semakin kuat. Nana yang daritadi hanya mendengarkan tertawa renyah.

"Kalian jahat sama babang tampan Al!" seru Al menangis.

"Hahahaha....," Raka dan Nana tertawa puas.

*****

~Perpustakaan~

Seorang pemuda tengah fokus dengan laptopnya bermerk buah apel tinggal Ada bekasi gigitan. Ia mengetik keyboard dengan cepat.

"Ahh! Bukan seperti itu!" seru pemuda itu. Ia menekan tombol backspace lama. Ia mengacak rambut frustasi.

"Argghh!"

Pemuda itu menggunakan kacamata berbentuk kotak. Penampilannya seperti kutubuku. Berambut hitam dan berkulit putih.

"Andai saja imajinasiku ini menjadi nyata," gumam pemuda itu. Sebuah simbol berwarna hitam yang berada di jari telunjuk kiri bersinar.

Pemuda itu kembali mengetik dan merangkai kata menjadi sebuah cerita. Ia sangat menyukai genre fantasi. Semua hal yang dipikirkan seakan nyata walau hanya ilusi semata.

"Hmm... Jika Mizu memiliki kode nama tambahan mungkin ia menjadi sangat kuat. Ahh tidak, lebih baik hewan kode nama," gumam pemuda tersebut.

Dia terus mengetik hingga menekan tombol enter dan sesuatu terjadi. Latar laptop miliknya mengeluarkan cahaya terang. Sesosok makhluk keluar dari laptop.

"Roarr!!!"

Suara lolongan hewan buas. Pemuda itu terdiam. Ia masih syok atas kejadian tadi.

"Ehh!"

Sosok itu ternyata adalah singa berwarna merah. Ia bertubuh besar dan terselimuti api di seluruh tubuh.

Brukk!!

Pemuda itu terjatuh dari bangku. Ia merasa takut. Seluruh tubuhnya mengigil.

Singa merah itu melompat menuju ke rak-rak buku. "Roarr!"

Ia merobohkan rak-rak buku yang tak bersalah hingga berantakan. Para pengunjung perpustakaan sekolah terkejut.

"Wahh!! Kenapa ada singa di perpustakaan?!" seru salah satu siswa berambut kepang dua.

Salah satu dari mereka ada yang merekam. Namun, sebelum keinginannya terwujud ponsel miliknya terbakar akibat serangan bola api yang keluar dari mulut sang singa merah.

"Ahh! Cepat keluar dari sini!"

Bu Intan berteriak keras. Ia memperingati para siswa-siswi di dalam. Ia pun Ikut pergi menyelamatkan diri.

"Roarr!!"

Kini hanya tersisa si kutubuku di dalam perpustakaan. Ia mencoba berdiri. "Aku harus menyelamatkan diriku," ucapnya.

Singa merah menatap tajam pemuda itu. Ia berjalan mendekati sang pemuda.

*****

Haruka dan Rhea berjalan beriringan. Keduanya saling bergandengan tangan. Persahabatan yang mereka bangun membuat beberapa murid merasa iri.

"Nee Haruka-chan, kita mau ke perpustakaan atau kantin dulu," Rhea bertanya. Ia menyelipkan bahasa Jepang di dalam kalimat.

Rhea menguasai 6 bahasa asing. Pekerjaan sebagai model membuat dirinya bertemu orang dari berbagai kalangan.

"Emm... Perpustakaan dulu. Aku belum menyelesaikan tugas Kimia," jawab Haruka.

"Okidoki," balas Rhea bergaya imut.

Jepret!

Seseorang mengambil foto Rhea. Ia terlihat sangat senang. "Wahh... Rhea imut sekali,"

Haruka dan Rhae telah sampai di depan perpustakaan. Semua orang terlihat berlarian keluar.

"Ada apa ini?" tanya Haruka. Ia merasakan ada yang tak beres.

"Mungkinkah salah satu pemilik kekuatan super lainnya," gumam Rhea.

"Sshhh...,"

Seekor ular berwarna ungu muncul dari balik pintu. Ia merayap mendekati mereka.

"Ular?" Rhea bingung.

"Aauuu," Kali ini hewan serigala berwarna seputih salju muncul dari jendela yang sudah hancur.

"Serigala?" Haruka bertanya. Ia memasang kuda-kuda karate.

Tiba-tiba sebuah bola api berukuran kecil menerjang mereka. Serangan itu berasal dari singa merah.

"Awas!" seru si pemuda kutubuku memperingati.

Rhea dan Haruka menolehkan kepala. Kedua mata melotot lebar dan rahang mereka seakan jatuh ke bawah. Mereka tidak siap untuk mengelak serangan dadakan tersebut.

*****

Pak Huda baru saja memeriksa tugas para murid. Ia merapikan tumpukan kertas-kertas di ujung meja.

Deg!

"Anak terpilih baru telah muncul. Dia tak bisa mengendalikan kekuatan supernya," ucap Pak Huda tersenyum. Ia pun memberitahukan kepada anggota klub sejarah.

"Semoga kalian bisa menangani ini," doanya.

*****

Raka dan Nana sedang berada di kantin. Keduanya baru saja selesai makan siang. Dimana keberadaan Al? Dia masih pundung di pojokan kelas.

Drtt!!

*Grup Sejarah (7)*

Pak Huda: Pergi ke perpustakaan sekarang. Pengguna kekuatan super telah muncul dan ia tak bisa mengendalikan kekuatannya.

Raka: Oke. Otw ke sana...

Nana: Siap!!

.....

"Ayo kita ke sana sekarang!" ajak Raka.

"Oke! Bagaimana dengan Al?" tanya Nana khawatir.

"Biarkan saja," jawab Raka tenang.

Nana mengangukan kepala kecil. Mereka langsung menuju ke perpustakaan, sebelum itu membayar pesanan makanan.

~Perpustakaan~

Bagaimana keadaan Haruka dan Rhea?

Plop!

"Aww! Sakitnya bokongku," Haruka merintih kesakitan. Setiap ia menggunakan kekuatan supernya pasti ia jatuh dengan tidak elitnya.

"Terimakasih Haruka,"

Rhea memeluk erat tubuh Haruka. Ia mungkin tak bisa bernapas lagi, jika Haruka tidak menggunakan kekuatannya.

Sebelum kejadian tadi, bola api berukuran kecil menyerang mereka. Seseorang yang memperingati mereka tak bisa menolong banyak. Haruka reflkes memegang tangan Rhea. Dia memejamkan mata sesaat, keduanya menghilang dan selamat dari serangan tersebut.

Mereka saat ini berada di taman sekolah. Tempat terbaik di sekolah untuk Haruka berkeluh kesah.

"Kita selam-,"

"Sshhh...,"

"Tidak mungkin!"

"Lari dari sana, Rhea!"

Ular berwarna ungu muncul, lalu melilit tubuh Rhea. Rhea tak bisa bergerak.

"Tidak semudah itu ular jelek!" ejek sosok di belakang Rhea. Ia telah menginjak ekor ular.

"Sshhh...,"

Ular ungu kesakitan. Ia melepaskan lilitan dari tubuh Rhea.

"Terimalah ini!" seru sosok misterius.

Ia menarik ular ekor, lalu memutarnya sampai terlempar di atas langit.

"Terimakasih Rhea," ucap Rhea tersenyum.

"Sama-sama," balas Rhea, si sosok misterius.

Haruka bingung. "Mengapa Rhea adalah dua orang?" tanyanya.

"Karena kami adalah satu," jawab kedua Rhea kompak. Ternyata sosok Rhea lainnya telah keluar menolong Rhae asli.

**********

Selamat pagi minna!

Saya Raka, kembali lagi dengan cerita ini. Kali ini menceritakan tentang kejadian serangan monster di perpustakaan. Salah satu penyebabnya adalah anak terpilih yang tak sengaja mengaktifkan kekuatan supernya.

Bagaimanakah kisah mereka?

Selamat membaca!

{27/05/2020}

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top