Chapter 03 Tamada Haruka

Tamada Haruka. Seorang gadis blasteran keturunan Jepang dan Indonesia. Ayahnya berasal dari Jepang, sedangkan Ibunya berasal dari Indonesia tepatnya Semarang.

Haruka kini berusia 15 tahun. Ia tinggal di kota Jakarta sudah lima tahun lamanya. Semenjak kedua orang tuanya memutuskan untuk menjadi negara Indonesia, sekaligus mengurus perusahan motor yang terkenal se-Asia.

Haruka bersekolah di salah satu sekolah ternama di Indonesia. Sekolah bertaraf Internasional. Kebanyakan murid-murid berasal dari kalangan atas seperti pengusaha terkenal, pejabat negara, artis dan kerajaan sekalipun.

Saat ini Haruka berada di kelas X, tepatnya semester 1. Ia memiliki sifat tomboi seperti Ibunya waktu muda dulu, aktif, periang dan energik. Tetapi ada satu sifat buruk yang sangat melekat dirinya yaitu ceroboh.

Haruka memiliki postur tubuh proposional. Rambut berwarna merah sepanjang leher dan agak bergelombang. Ia mengikuti eskul karate dan sering mendapatkan prestasi sebagai juara 1.

"Sudah cukup perkenalan untukku," ucap Haruka.

Ia sedang berada di taman sekolah. Nuansa asri pepohonan dan bunga-bunga membuat semua orang betah berlama-lama di sana.

Haruka menyandarkan diri di sebuah pohon besar. Dahan-dahan lebat menutupi teriknya matahari. Angin sepoi membelai halus wajahnya.

"Nyamannya," gumam Haruka.

Saat ini ia butuh waktu menyendiri. Ia masih terusik tentang mimpi dan fenomena aneh yang muncul di sekolah.

"Mimpi itu seperti benar-benar terjadi. Dan... aku mati di sana," ujarnya.

Perasaan ngeri dan takut menyelimuti tubuh Haruka. Ia mengubah posisi untuk menghilangkan perasaan itu.

Tiba-tiba sebuah bayangan menutupi pandangannya. Ia melihat ke atas. Ternyata ada seorang gadis berambut cokelat tengah menatapnya.

"Ada apa kau kemari Rhae?" tanya Haruka.

Rhae adalah temen sekelas dan sahabat semenjak Ia menginjakan kaki di negera ini. Rumah mereka bertetangga di salah satu komplek perumahan elit.

"Aku mencarimu daritadi dan kau malah santai-santai di sini," jawab Rhae kesal.

Ia pun duduk di sebelah Haruka. Ia menghirup aroma hijau yang nampak segar.

"Kau pasti tahu kalau aku sedang ada masalah akan datang kemari," balas Haruka. Ia memejamkan mata perlahan.

"Memang masalah apa?" tanya Rhae penasaran.

"Tentang sebuah mimpi dan fenomena aneh yang muncul di sekolah ini," jawab Haruka jujur. Ia akan sangat terbuka dengan orang-orang yang ia percaya.

Deg!

Rhae terdiam kaku. Detak jantungnya seakan memompa kuat. Rasa gelisah menghampirinya.

Haruka yang tak mendapatkan balasan dari sahabatnya, membuka kedua mata. Ia dapat melihat raut wajahnya Rhae yang gelisah dan nampak ketakutan.

"Hei, kenapa kau seperti orang ketakutan?" tanya Haruka. Ia memegang kedua bahu Rhae menuntut sebuah jawaban.

Rhae masih terdiam. "Nanti akan aku ceritakan, tetapi tidak sekarang," jawabnya. Ia melepaskan kedua pegangan Haruka.

Haruka tersenyum kecil. Ia tidak akan memaksa. Biarkan Rhae menceritakan semu sesuai keinginannya.

"Terima kasih," ucap Rhae tersenyum. Ia pun bangkit berdiri, di susul oleh Haruka. Keduanya membersihkan debu yang menempel di seragam.

"Andai aku langsung ke kelas tanpa harus berjalan," ujar Haruka iseng. Tiba-tiba sosok Haruka menghilang dalam sekejap mata bersama dengan Rhae yang tak sengaja memegang tangan Haruka.

*****

Haruka terjatuh dengan tidak elit. Ia memegang bokongnya yang terasa nyeri.

"Ini dimana?" tanya Haruka.

"Di kelas," jawab Rhae. Ia duduk dengan elegan. Salah satu tangan di buat untuk menahan dagu.

"Heh! Hontōni?!" seru Haruka tak percaya.

Padahal tadi ia bersama sahabatnya berada di taman sekolah, lalu tiba-tiba ia sudah berada di kelas. Untungnya suasana di kelas masih kosong. Sehingga kemuncullan mendadak mereka tak membuat kehebohan.

"Apakah kami tadi berteleportasi? Tidak mungkin!" batin Haruka.

Rhae bersikap seperti biasa. Padahal di hatinya juga terkejut akan kejadian ini. Ia melirik ke sebuah tanda pentagram di kaki kanan miliknya.

"Lebih baik kau bangun dan duduk di bangku," ucap Rhae tenang.

Haruka menuruti ucapan Rhae. Ia masih meringis kecil, menahan sakit di bokong. Lagi-lagi bertindak ceroboh.

Pelajaran sedang berlangsung. Haruka terlihat gelisah. Kedua kakinya merapat menahan sesuatu yang sebentar lagi akan keluar.

"Sensei, saya izin ke toilet," ujar Haruka. Ia menaikan tangan ke atas.

"Oke, silahkan," balas sensei, panggilan dalam bahasa Jepang yang memiliki arti guru.

Haruka bergegas cepat. Ia sudah tak kuat menahan hasrat untuk buang air kecil. Jarak kelas dengan toilet perempuan cukup dekat.

Beberapa menit kemudian...

Haruka sedang mencuci tangan di wastafel. Ia bercermin sebentar. Tiba-tiba pandangan matanya tertuju pada leher sebelah kanan. Ada sebuah tanda aneh berwarna hitam.

"Sejak kapan aku memiliki tanda aneh ini?" tanya Haruka bingung.

Ia mencoba menghapus tanda itu, tetapi tak berhasil. Ia menghela napas kasar.

"Aish, tanda ini tak hilang-hilang juga," ungkapnya frustasi.

Haruka merasakan sensasi aneh saat memegang tanda aneh itu. Ia memejamkan mata perlahan secara tak sadar.

Plop!!

Sosok Haruka menghilang dalam sekejap. Hanya suara air mengalir saja yang tertinggal.

*****

Raka masih berusaha menghentikan kilatan listrik yang semakin membesar. Ia sudah tak kuat menahan ini semua. Rasanya tenaga miliknya habis terkuras.

"I-ini.. sangat menya-menyakitkan se-sekali," ungkap Raka meringis.

Ctarr!!

Kilatan listrik berwarna merah menyambar jendela yang berada di dekat Raka. Pecahan kaca menyebar tak karuan.

"Si-sial,"

Tangan Raka terkena serpihan kaca, meninggalkan luka goresan. Cairan kental berwarna merah keluar dari luka.

Plop!!

Sosok Haruka muncul di sebelah Raka. Kepala Haruka terasa pusing. Sudah dua kali ia berteleportasi secara mendadak tanpa ia mau.

"Aish! E-ehh, dimana aku?" Haruka bertanya setelah sadar.

Haruka mendengar suara ringisan kesakitan di sebelahnya. Dan ia terkejut melirik sosok pemuda berambut pirang tengah menahan sesuatu. Ia kembali terkejut menatap sebuah kilatan listrik merah keluar dari tangan pemuda itu.

"To-tolong aku... Aku sudah tak kuat la-lagi," ucap Raka. Ia menyadari kehadiran sosok gadis bertubuh proposional berdiri di kanannya.

Haruka bingung. Ia tak tahu berbuat apa.  Saat ia akan mundur selangkah, tak sengaja ia menginjak tali sepatu miliknya yang terlepas.

Haruka tak bisa menyeimbangkan tubuh. Ia pun terjatuh menabrak pemuda itu. Dan kedua sosok itu menghilang.

**********

Pertemuan Raka dan Haruka yang mendadak. Keduanya sudah mengeluarkan kekuatan super yang berasal dari diri mereka.

Bagaimanakah nasip keduanya?

Apakah akan muncul lagi pemilik kekuatan super aneh'lainnya?

Kalian akan mengetahui di chapter selanjutnya....

{21/05/2020}

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top