0. The Calm Before the Storm

Disclaimer: Walau tidak mengandung adegan eksplisit, cerita ini tidak disarankan untuk pembaca yang berusia di bawah 18 tahun. Mohon bijak saat membaca.

======

Harold mengenakan kembali kemejanya dengan terburu-buru. Pasien lain bisa curiga jika dirinya berkunjung terlalu lama di rumah Evelyn Posey. Lagi-lagi, wanita itu membuatnya lupa waktu.

"Kau sudah akan pergi?" tanya Evelyn dari balik selimut. Rambut ikalnya tergerai di atas bantal, seperti sebuah pigura yang membingkai wajahnya yang rupawan. Bintik-bintik keringat masih mengisi kening wanita itu.

Sebenarnya, tidak ada yang perlu Harold khawatirkan jika para tetangga Evelyn mulai berasumsi tentang hubungan mereka. Suami Evelyn telah gugur di medan perang, jadi Harold tidak sedang bermain api dengan istri orang. Warga desa rasanya juga akan memaklumi jika dokter tampan mereka terpikat pesona seorang janda cantik yang ditinggal mati suaminya di usia muda. Namun, Harold lebih suka hubungannya dengan Evelyn tetap menjadi rahasia mereka berdua saja.

"Aku masih harus memeriksa Mr. Beadsworth dan juga putra bungsu Keluarga Bennet," jawab Harold seraya memamerkan geliginya. "Kita akan bertemu lagi saat jadwal kunjunganku berikutnya."

"Itu masih tiga minggu lagi, kan?" Mata Evelyn mengerling penuh damba, seakan mengisyaratkan agar Harold tinggal lebih lama.

"Bisa lebih cepat kalau aku tidak bisa menahan rinduku," kata Harold sambil bangkit dari ranjang.

Harold mengenakan kembali kacamatanya, lalu meraih mantel bulu rakun yang tergeletak di lantai. Setelah memastikan penampilannya rapi tanpa cela, Harold meraih lengan Evelyn dan mencium pungung tangan wanita itu. "Sampai jumpa, Mrs. Posey. Jaga baik-baik kesehatanmu. Jangan lupa minum obatmu."

Pipi Evelyn bersemu merah. Wanita itu balas tersenyum dan melayangkan kecupan jauh sebelum Harold menutup pintu kamar.

Selepas meninggalkan kediaman Evelyn, Harold menyusuri jalan setapak menuju kandang kuda Mr. Beadsworth. Harold sengaja meninggalkan mobilnya di depan balai desa. Menurutnya, lebih mudah berkeliling desa dengan berjalan kaki. Dia bisa sekalian berinteraksi dengan warga sekitar.

Meski menyukai pekerjaannya sebagai dokter pribadi Henry Myrtle, kadang-kadang Harold merasa bosan dengan rutinitasnya di Myrtlegrove Estate. Henry Myrtle jarang menerima tamu, sehingga Harold sulit bersosialisasi di sana. Makanya, setiap dua atau tiga minggu sekali, Harold meminta izin untuk turun ke desa terdekat dan memberikan pengobatan gratis kepada penduduk setempat.

"Selamat siang, Mrs. Bennet." Harold menyapa wanita bertubuh kurus yang sedang menyapu daun-daun kering di sebuah pekarangan rumah.

"Oh, selamat siang, Dokter Wayne." Mrs. Bennet membalas sapaan Harold sambil tersipu malu. Suaranya mengingatkan pada ringkikan kuda.

Senyuman Harold memang seperti memiliki daya magis. Para wanita yang menerima untaian senyuman itu sering salah tingkah karenanya. Tak jarang mereka salah paham pada perangai Harold yang terlampau supel. Hal ini juga kadang mendatangkan masalah bagi Harold. Namun, pria itu tidak bisa mengubah kebiasaan. Sejak kecil, dia selalu diajarkan untuk bersikap ramah kepada semua orang. Lagi pula, di balik kesulitan-kesulitan yang muncul, sikap ramahnya juga banyak mendatangkan kemudahan.

"Saya akan memeriksa Mr. Beadsworth terlebih dulu. Setelah itu, saya akan mampir ke sini untuk memeriksa Jacob," pamit Harold setelah berbasa-basi sebentar dengan Mrs. Bennet.

Kehidupan Harold kini sungguh jauh berbeda dibandingkan kehidupannya saat di Amerika dulu. Waktu yang bergulir di Myrtlegrove memang kerap terasa berjalan lambat, tapi Harold menemukan kedamaian di sana. Selain itu, bayaran yang diberikan Henry Myrtle jauh melampaui gaji yang biasa Harold terima sebelumnya. Para pekerja di Myrtlegrove maupun warga desa yang dia temui juga lebih menghargainya. Tidak ada intrik politis seperti yang dia alami di rumah sakit tempatnya dulu bekerja. Harold sama sekali tidak menyesal telah meninggalkan kehidupan lamanya di Manhattan. Sekarang, Myrtlegrove Estate adalah rumahnya. Selama Henry Myrtle masih menerima kehadirannya, Harold berniat untuk terus menetap di sana.

====

Matahari mulai menggelincir turun ketika Harold menyetir pulang ke Myrtlegrove Estate. Kunjungannya ke rumah keluarga Bennet berlangsung dua kali lebih lama dari yang dia perkirakan. Tadi, Jacob Bennet terus meronta saat Harold hendak menyuntikkan penisilin. Mrs. Bennet sampai harus membujuk Jacob berulang kali agar mau menurut, sementara Mr. Bennet sengaja Harold usir karena khawatir pria itu tidak dapat menahan emosi dan justru melayangkan pukulan pada putranya yang sakit.

Sepertinya aku harus minta bantuan Mr. Kai untuk memesankan antibiotik. Stok perban sepertinya juga sudah menipis.

Benak Harold sibuk mengingat-ingat stok obat-obatan yang tersisa. Meski sering terlihat santai dan sibuk bermain-main, pada dasarnya, Harold sangat serius menjalani tugasnya sebagai seorang dokter. Pria itu telah bercita-cita menjadi dokter sejak usianya belum genap sepuluh. Dia sama sekali tidak berminat ikut mengurusi pabrik cat milik ayahnya. Kehilangan sosok ibu di usia belia membuat Harold lebih tertarik menyembuhkan orang-orang sakit. Dia tidak ingin hanya terdiam pasrah saat melihat orang-orang yang dikasihinya menderita karena suatu penyakit.

Perjalanan pulang jauh lebih lancar dari yang Harold sangka. Dia telah memarkir mobilnya di halaman Myrtlegrove Manor saat hari masih cukup terang. Sebelum turun dari mobil, Harold menoleh ke kursi belakang yang penuh dengan barang-barang. Sebagian adalah titipan Akio Kai, butler yang mengepalai seluruh urusan rumah tangga di kediaman Henry Myrtle. Sebagian lagi adalah pemberian dari warga desa yang berterima kasih atas layanan pengobatan Harold.

Pandangan Harold terpaku pada sekeranjang penuh stroberi yang diberikan Mrs. Bennet tadi. Tiba-tiba saja Harold teringat pada Gaela Adeline, gadis maid yang direkrut Akio beberapa hari lalu. Harold pernah memergoki pelayan yang lebih senior mengomeli gadis itu. Mungkin stroberi-stroberi itu dapat menyemangati Gaela, supaya gadis itu dapat segera betah tinggal di Myrtlegrove Estate.

Angin malam musim gugur berembus makin kencang, meniupkan udara dingin yang menggigit kulit. Harold mengambil keranjang berisi stroberi dan tas perlengkapan medisnya, lalu bergegas masuk ke bangunan utama. Kedua tungkai panjangnya melangkah cepat. Dia tidak sabar untuk segera masuk rumah dan mandi air hangat.

"Di mobilku ada beberapa barang titipan Mr. Kai dan hadiah dari warga desa. Tolong turunkan dan bawa ke dapur," perintah Harold kepada pelayan laki-laki yang menyambutnya. Tentu saja dia mengiringi permintaan itu dengan seulas senyum dan seuntai ucapan terima kasih.

Harold kemudian mencari-cari keberadaan Gaela. Ternyata gadis itu sedang sibuk menata meja makan. Senyum kembali terbit di bibir Harold. Dia sengaja diam-diam mengamati Gaela selama beberapa saat. Menurutnya, gerak-gerik Gaela yang teramat serius dan berhati-hati saat menjalankan tugas terlihat menggemaskan.

"Halo, Gaela." Harold akhirnya bersuara.

Gaela sedikit terperanjat, tapi dia segera mengatur ekspresi dan membalas senyuman Harold dengan sopan.

"Eh, boleh, kan, aku memanggilmu Gaela saja?" tanya Harold.

"Oh. Tentu saja boleh, Dokter Wayne."

"Kau juga bisa memanggilku Harold. Tidak perlu terlalu formal."

Gadis itu tak menyahut. Dia tampak kebingungan, tidak tahu harus merespons bagaimana permintaan Harold barusan.

"Ah, kau pasti takut ditegur Mrs. McFadden dan Mr. Kai, ya?" tebak Harold.

Kali ini, Gaela mengangguk. Aturan di rumah itu memang cukup ketat. Wajar apabila para pelayan-terutama yang baru bekerja seperti Gaela-sangat berhati-hati saat berinteraksi dengan penghuni lain. Meski sama-sama digaji oleh Henry Myrtle, sebagai dokter, tentu saja Harold menempati posisi yang berbeda dari pekerja Myrtlegrove Estate lainnya.

"Walau terlihat galak, mereka sebenarnya baik. Kau bisa belajar banyak dari mereka." Harold coba menyemangati Gaela.

"Baik, Dokter Wayne." Gaela kembali mengangguk sopan.

"Ah, aku hampir lupa. Kau suka stroberi tidak? Kebetulan salah satu pasienku membawakan banyak stroberi." Harold menyodorkan keranjang yang dibawanya. "Kau bisa membaginya dengan maid yang lain. Tapi, kalau kau mau, kau juga bisa menyimpannya untuk dirimu sendiri."

Gaela membiarkan tangan Harold menggantung di udara. Mata hijaunya menatap bingung. Tapi beberapa saat kemudian, gadis itu akhirnya menerima pemberian Harold sambil mengucapkan terima kasih.

"Tampaknya aku sudah mengganggu pekerjaanmu, ya?" tanya Harold, mulai menyadari sikap canggung yang Gaela tunjukkan. "Kalau begitu aku akan kembali ke kamar."

"E,eh bukan be-begitu." Gaela buru-buru menimpali sambil menggerak-gerakkan tangan di depan dada. "Anda sama sekali tidak mengganggu."

Tawa Harold pecah di udara. Sikap gugup dan salah tingkah Gaela benar-benar membuatnya gemas. "Mansion ini jadi lebih berwarna sejak kedatanganmu, Gaela," ujarnya di sela-sela tawa. Kehadiran Gaela memang telah menarik perhatiannya sejak awal.

"Walau masih ingin mengobrol denganmu, aku harus segera kembali ke kamar. Ada yang harus kukerjakan," sambung Harold. "Kapan-kapan kita ngobrol lagi, ya, Gaela?"

Gaela tak menyahut. Kelihatannya gadis itu masih belum terbiasa dengan pembawaan Harold yang santai dan ceplas-ceplos. Sungguh berbeda dengan pria Inggris kebanyakan.

Usai berpamitan, Harold bergegas menuju kamarnya. Namun sebelum melintasi pintu, pria itu mendadak menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. "Oh, apakah kau melihat Mr. Kai?" tanyanya.

Gaela menggeleng pelan.

"Baiklah kalau begitu. See you later, Gaela." Harold berpamitan untuk kedua kalinya.

Kali ini, Harold benar-benar meninggalkan ruang makan. Urusan dengan Akio akan dia selesaikan nanti saja. Ada hal yang lebih penting untuk dia lakukan lebih dulu.

=======

=======

101023 00.25 AEDT

=======

Halo. Bagian ini bisa dibilang adalah prolog sebelum Roleplay dimulai. Menulis cerita dengan setting satu abad lalu dan di negara yang belum pernah dikunjungi ternyata sangat menantang ya. Untung saja ada Google dan teman-teman NPC yang bantuin riset.

Perlu saya ingatkan kembali, genre roleplay kali ini adalah misteri. Jadi jangan terlalu berharap bakal banyak romancenya yak. Part ini memang saya tulis untuk menggambarkan seperti apa sih sosok Harold itu. Tapi, selama gacha berpihak, bisa aja sih nanti Harold insyaf dan jatuh cinta sama satu perempuan aja. We'll see.

Buat dapat gambaran tentang tokoh lain, jangan lupa buat mampir ke cerita lain yak.

Sampai jumpa di part selanjutnya yang akan lebih seru karena merupakan interaksi langsung Harold dengan keempat tokoh lainnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top