tigapuluh delapan
Kivia pun menjalani kesibukannya di dunia keartisan. Premiere dari kota ke kota lainnya bersama Kiev dan sederet pemain lainnya, media visit untuk mempromosikan film Senja di Pelupuk Borneo. Memenuhi permintaan wawancara dan tentunya memberikan waktu untuk melayani para penggemar.
Seperti sekarang ini, setelah berpisah dengan Early dan Bu Maysha saat media visit di salah satu radio, Kivia balas melambaikan tangan pada sekelompok remaja yang begitu antusias ketika melihatnya.
Mereka berseru memanggil namanya dan meminta tanda-tangan juga foto bersama. Maya yang berada di sisi Kivia lantas mengikuti ke mana pun Kivia bergerak. Begitu pun dengan seorang body guard yang menemani mereka.
"Boleh foto bareng ya, Kak...." pinta seorang gadis setelah mengantongi tanda-tangan dari Kivia.
"Huhu, maaf, Kak. Tangan aku tremor," keluh gadis itu saat tangannya terus gemetar ketika memegang ponsel.
"Sini sini," kata Kivia lembut dan mengambil alih ponsel tersebut. Tangan lainnya merangkul gadis di sampingnya dan mereka tersenyum lebar ke arah kamera.
"Makasih banyak ya, Kak! Kakak baik bangeeet!"
"Sama-sama, hati-hati di jalan ya," pesan Kivia sambil tersenyum hangat. Sambil berjalan menuju mobil, Kivia sesekali berbalik untuk balas melambaikan tangan pada para penggemarnya. Kivia menangkupkan kedua tangannya sambil menganggukkan kepala penuh kesopanan.
Bahkan setelah masuk mobil pun, Kivia menurunkan jendela mobilnya dan kembali menyapa para penggemar yang masih tidak melepaskan perhatian untuknya.
Mobil berlalu dan Kivia menaikkan jendela mobil karena penggemarnya tak lagi terdapat dalam rentang pandangnya.
"Hihi aku jadi inget dulu waktu seumur mereka, aku ngejar-ngejar Bos Kiev." Maya kemudian terkekeh geli.
Kivia tergelak. "Oh ya?"
"Iya, Bos Kiev itu terkenal banget, Mbak. Kalau buat kerumunan duh jago banget. Bejibuuun. Aku aja nggak pernah bisa paling depan. Kalah cepat terus. Jadi, waktu Bos Kiev bikin perusahaan ini. Aku berusaha dan berdoa terus-terusan biar lolos interview. Seneng banget akhirnya bisa gabung di K-Entertainment."
"Jadi ... alasan kamu kerja ... buat bisa ketemu Kiev?" tanya Kivia tersenyum menggoda Maya.
"Betul sekali! Eh, tapi Mbak jangan salah paham. Jiwa fangirlku udah agak kalem kok karena tergerus lika-liku kehidupan," celoteh Maya.
"Haha nggak apa-apa kok, May."
"Tapi kalau punya bos surga dunia begitu juga memperlancar pekerjaan banget, Mbak. Mengademkan hati liatnya. Hihi."
"Bisa aja kamu...." Kivia ketawa lagi.
"Tapi yang jelas aku bersyukur dikasih kerja bareng Mbak Kivia. Kalau di manajemen yang dulu aku pernah jadi manajer artis yang ih ngeselin banget deh, terus hobinya merendahkan orang lain, nggak memanusiakan lah pokoknya. Belum kerjaan ini selesai eh disuruh yang itu lagi. Berasa kerja rodi aku."
Kivia menatap Maya, mendengarkannya yang terus mencerocos menumpahkan kekesalan.
"Kalau sama Mbak Kivia aku jadi segan sendiri jadinya, Mbak nggak ribet, nggak suka nyuruh-nyuruh."
"Selagi bisa sendiri ngapain nyuruh-nyuruh kamu ih," ujar Kivia tersenyum geli.
"Ya nggak apa-apa, Mbak. Kan udah jadi tugas aku...."
"Makasih ya, May. Kamu udah banyak bantu aku kok."
"Ah senengnya jadi manajer, Mbak."
"Aku juga seneng punya manajer kamu."
**
"Waaah, kita banjir job. Ada tawaran pemotretan, iklan, film, series. Mbak Kivia juga dapet tawaran kontrak buat jadi brand ambassador ponsel, skincare, lipstik, shampo dan masih banyak lagiiii. Ini sih yang tanggal acaranya terdekat dan teruwaw menurut aku, mbak dihubungi pihak desainer ternama Indonesia, Nadira Ratna Himawan buat jadi salah satu model runway. Aaaaaak!!!" jelas Maya antusias sambil menunjukkan email yang ada pada komputer tabletnya.
Kivia tersenyum melihat keceriaan Maya, mereka berdua bersama Mbak Vanya yang juga ada di sana untuk berdiskusi lebih lanjut tawaran mana saja yang akan Kivia ambil. Mereka sekarang sedang ada di ruang meeting K-Entertainment.
"Ini Kiev juga ditawarin lho, yang ini juga, yang ini jugaa, wah emang jalannya buat kerja berdua makin lancar nih," tunjuk Mbak Vanya kemudian tangannya bergerak mencolek pipi Kivia
Kivia lantas tertawa. "Kalau sama Kiev aku jadi lebih tenang, nggak kikuk sendirian."
"Kalau kamu lagi ada kerjaan sendiri itu anak juga kalau ada waktu langsung cus nyamperin. Lovebirds dasar," tukas Mbak Vanya.
"Tapi agak takut juga. Nanti terlalu tergantung sama Kiev. Takut dia jadi repot."
"Mbak Kivia tenang aja kan ada aku. Bos Kiev mah nggak pernah merasa repot kalau urusan Mbak Kivia," timpal Maya.
Kivia tersenyum lalu menghela napas. "By the way, hate comment nggak usah terlalu dibaca ya, May. Kasian kamunya."
Memang, akun instagram Kivia kini sepenuhnya dioperasikan oleh Maya.
"Jauh lebih banyak yang positif comment kok Mbak. Tapi emang ada beberapa yang annoying banget sih.... Apa sebaiknya kita laporin aja?" tanya Maya.
Kivia menggeleng pelan. "Nggak usah, May. Biarin aja."
Maya terlihat ragu. "Hm... oke, Mbak."
Mbak Vanya mengusap pundak Kivia. "Sabar ya, Ya. Mbak nggak pernah ngerti deh sama orang yang ngetik ujaran kebencian kayak gitu. Punya masalah apa sih hidupnya?"
"Iri dengki, terus nggak punya kerjaan. Sibuk ngurusin idup orang. Apa-apa salah. Napas aja kayaknya salah," tukas Maya.
"Padahal kan ya ucapan jelek pasti bakalan balik lagi ke orangnya," lanjut Maya agak kesal.
"Doain aja biar hatinya dilembutkan...." tutur Kivia penuh kesejukkan.
Maya mengangguk-angguk. "Aamiin...."
"Aku ke toilet bentar yaaa...." ujar Kivia berdiri dari kursi.
"Mau aku temenin, Mbak?" tawar Maya.
"Nggak usah, May. Udah tau kok tempatnya," kata Kivia kemudian keluar ruangan menuju toilet.
"Mbak Kivia baik banget ya, Mbak. Nggak heran sama-sama Bos Kiev yang baik juga," kata Maya ke Mbak Vanya setelah Kivia berlalu.
Mbak Vanya menyengir. "Akhirnya anak tengilku punya soulmate. Harus kita kawal sampai nikah."
Raut Maya pun kian cerah. "Setuju!"
Sementara itu, Kivia berjalan menuju toilet yang berada di ujung lantai yang sekarang ia pijak yaitu lantai 4 gedung menjulang ini. Kivia beberapa kali mengangguk sopan dan tersenyum pada orang-orang yang ditemuinya.
Mendekati toilet, suasana cukup sepi. Kivia menoleh ke belakang ketika merasakan seperti ada orang yang mengawasinya. Kivia tercenung saat tidak mendapati siapa pun.
Kemudian gadis itu memasuki toilet. Setelah selesai, Kivia keluar dan bersenandung kecil saat kembali menuju ruangan Maya dan Mbak Vanya.
Kivia memperlambat langkahnya ketika merasakan ada orang yang berjalan di belakangnya. Terlebih ketika dari pantulan kaca pilar yang mengilap, Kivia melihat bayangan seseorang. Wajahnya tidak terlalu jelas karena topi yang pria itu kenakan diturunkan. Pria itu juga ikut melangkah dengan lambat.
Perasaan Kivia tidak enak dan ia menjadi panik entah kenapa. Pria di belakangnya itu mencurigakan. Tapi Kivia tidak bisa asal menuduh.
Kivia menggenggam tangannya dan sedikit mempercepat langkah. Kivia mengambil ponselnya dan berusaha bersikap santai.
Kivia yang tak fokus, menabrak seseorang di depannya. Tangan seseorang tersebut menopang pinggang Kivia agar gadis itu tidak jatuh.
"Kivia...."
Kivia akhirnya mendongak. "Kiev?"
Saat itu pula, pria di belakang Kivia berjalan melewati mereka.
Masih dalam pelukan Kiev, Kivia diam-diam memandangi pria yang akhirnya memasuki lift itu.
Kivia menoleh ke arah pandangan Kivia. "Ya? Kenapa?"
Kivia tergelagap. "Hm? Ha ... itu ... aku .... maaf, Kiev. Kamu nggak kenapa-napa?"
"I am okay. Kamu nggak kenapa-napa?" tanya Kiev cemas.
Kivia mengangguk dan berusaha tersenyum. "Hm, iya. Nggak apa-apa."
Kiev mengusap rambut Kivia lembut ketika menyadari sorot mata Kivia memancarkan hal sebaliknya.
Gadis itu sedang tidak baik-baik saja.
***
Kivia terpilih sebagai brand ambassador suatu make up brand yang cukup terkenal. Kivia juga telah melakukan syuting untuk iklan brand tersebut. Kivia mempromosikan sebuah series yang baru saja dirilis make up brand itu. Ada cushion, lipcream, maskara dan eye shadow pallete.
Kivia tampil dengan beberapa look dan syuting iklan ini memakan waktu beberapa hari.
"She is very flawless dan karismatik di depan kamera," kata client yang benar-benar puas dengan hasil kinerja Kivia.
Setelah selesai menjalani iklan tersebut, Kivia melakukan sesi tanya jawab bersama perwakilan make up brand itu pada beberapa awak media. Kivia duduk menyilangkan kaki dan berusaha serileks mungkin menjawab pertanyaan yang diajukan padanya.
Kiev datang memberikan support untuk Kivia. Cowok itu mengenakan setelan jas karena ia baru saja pulang dari meeting bersama para investor. Cowok itu duduk di kursi yang disediakan dan tersenyum melihat Kivia dengan lancar mengutarakan pemikirannya. Kivia memangku microphone dan mendengarkan dengan saksama penjelasan pihak perwakilan brand make up tersebut.
Mata Kivia kemudian mendapati sosok Kiev di barisan para tamu yang hadir di press release tersebut. Kivia membeku sejenak, lalu senyum indahnya mengembang ke arah Kiev.
Pandangan mereka harus terputus ketika Kivia kemudian kembali menjawab pertanyaan dari wartawan. Kiev berdiri sembari membawa kameranya dan berjalan ke bagian belakang kursi agar tidak menghalangi tamu yang lain.
Kiev mengangkat kamera dan memotret sosok Kivia yang terlihat begitu elegan mengenakan crop top berwarna putih yang dipadukan dengan cape blazer hitam. Kaki Kivia yang jenjang dibalut high waist jeans dan tak ketinggalan ... high heels.
Menjelang sore, jadwal Kivia hari itu akhirnya beres. Kivia yang diantar Maya memasuki mobil Kiev. Sedangkan Maya pulang bersama van yang Kivia gunakan untuk aktivitasnya di dunia entertain.
"Makasih ya, May. Hati-hati di jalan," pesan Kivia.
"Duluan, May," kata Kiev.
"Siap, Bos," ujar Maya menyengir.
Melihat Maya yang sudah memasuki van, Kivia dan Maya saling melambaikan tangan di jendela masing-masing. Kivia kemudian menaikkan kaca mobil ketika mobil yang mereka tumpangi sudah mengambil jalan yang berbeda.
Kiev melirik Kivia yang juga meliriknya. Pandangan mereka akhirnya bersirobok.
"Gimana hari ini?" tanya Kiev sembari mengulurkan satu tangannya untuk mengelus puncak kepala Kivia sejenak sebelum kembali berkonsentrasi di setir kemudi.
"Hm ... fun...." Kivia tersenyum lebar.
Kiev tertawa kecil. "Senengnyaaa."
"Kamu tadi moto aku kan?" Kivia melihat kamera di atas dashboard. "Mau liat fotonya ya?"
Kiev mengangguk. "Iya, liat aja."
Kivia menyalakan kamera tersebut dan melihat hasil jepretan Kiev. Foto candid-nya yang sedang bicara. Ada beberapa foto juga yang menampilkan Kivia yang sadar kamera. Ekspresi Kivia yang datar hingga akhirnya melengkungkan senyum manisnya.
"Fotonya bagus-bagus, makasih yaaa."
"Soalnya objek fotonya bagus," sahut Kiev
Kivia hanya mencibir menyembunyikan rasa salah tingkahnya.
Tak lama kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Berapa kali pun Kivia memandangnya, gadis itu tak bisa menahan rasa kagum dengan gedung K-Entertainment yang tinggi menjulang.
Mobil yang dikemudikan Kiev naik ke basement yang berada di lantai atas yang tentunya memiliki akses terbatas. Di sanalah Kiev memarkirkan mobilnya sehingga ia dan Kivia dapat melenggang dengan santai.
Memasuki gedung tersebut, Kiev berjalan bersisian dengan Kivia. Kivia dapat melihat interior perusahaan Kiev yang begitu mewah dan unik. Ada album Kiev dari masa ke masa yang tergantung di dinding. Juga reformasi Kiev sejak kecil, ketika ia membintangi iklan permen terpopuler pada masa itu hingga foto Kiev era sekarang. Foto yang diambil saat ia menggunting pita peresmian gedung perusahaan ini.
“Sore Pak Kiev ....” sapa karyawan Kiev. Mereka juga menganggukkan kepala dengan ramah pada Kivia.
“Sore....” Kiev membalas ramah.
Setelah menaiki lift, di lantai tertinggi, Kivia pun masuk ke dalam ruangan Kiev.
For your information, kendati Kivia beberapa kali berkunjung ke perusahaan Kiev, Kivia hanya pernah mengunjungi ruang meeting dan ruang studio. Ini kali pertama ia menginjakkan kaki di ruangan Kiev.
“Ini ruangan aku. Silakan duduk bu Bos," kata Kiev sembari merangkul pundak Kivia untuk duduk di kursinya.
Kivia kemudian bersedekap dan duduk di kursi kerja Kiev. Ia menggerak-gerakkan kursi Kiev ke kanan dan ke kiri. “Jadi gini rasanya jadi CEO K-Entertainment.”
Kiev terkekeh dan duduk di atas meja kerjanya. Tangannya sibuk memain-mainkan pulpen. "Gimana rasanya?"
“I dont know .... rasanya amazing apalagi ditatap sama yang punya kursi ini,” goda Kivia sambil menopang dagu.
"Nice view, ya," balas Kiev sambil menarik kursi Kivia lalu merendahkan tubuhnya hingga wajahnya jadi begitu dekat dengan wajah Kivia.
Kivia rasa waktu seolah terhenti beberapa saat. Dalam jarak sedekat ini, Kiev benar-benar indah. Dalam hati Kivia membenarkan perkataan Maya kemarin tentang visual Kiev.
Kivia berjengit dan matanya membulat, gadis itu lantas membawa mundur kursi yang ia duduki dan membuat ia dan Kiev menjadi lebih berjarak.
Kiev tertawa kecil melihat wajah Kivia yang bersemu. "Perasaan tadi kamu nggak pakai blush semerah ini deh."
Kivia menangkup pipinya yang panas. Segera ia mengalihkan pembicaraan walau sedikit tergagap pada awalnya. “Hm ... itu ... a .... oh iya, nama perusahaan dan keluarga kamu sama pula, depannya K."
“Kalau digabungin jadi K & K," kata Kiev.
Kening Kivia mengerut. “Kok aku kayak pernah denger ya?”
“Oh ... iya.” Kiev menjentikkan jarinya. “Krusty Krab.”
“Punyanya Tuan Crab?”
tanya Kivia sambil memajukan kembali kursi beroda itu tanpa sadar.
Kiev mencubit pipi Kivia. “Tumben kamu tau.”
“Kan aku expertnya kartun, kalau yang lain sih enggak.” Kivia menjulurkan lidahnya kilat. Kiev pun tertawa.
Kiev mengecek ponselnya dan terkejut melihat notifikasi dari film Senja di Pelupuk Borneo yang heboh karena jumlah penonton sudah mencapai dua juta lebih dalam waktu lima hari.
"Film kita udah mencapai 2 juta penonton lebih...." kata Kiev memberi tahu Kivia.
"Serius?" tanya Kivia dengan ekspresi luar biasa kaget. Ia bahkan kontan berdiri mendengar apa yang Kiev katakan.
Kiev mengangguk dan menunjukkan ponselnya pada Kivia yang berdiri rapat di sisinya.
Mereka berdua memperhatikan obrolan grup bersama-sama. Semuanya mengeluarkan ucapan syukur melihat jerih payah pemain dan juga kru yang terlibat mendapatkan apresiasi.
Kiev dan Kivia lantas berpelukan senang atas kabar bahagia tersebut. Kiev mengelus rambut yang tergerai di punggung Kivia. Mereka mengucapkan terimakasih satu sama lain.
Mereka kembali meninjau grup dan tertawa saat mendengar suara Tari.
"Kiev dan Kivia jangan lupa couple dance! Semangat Bagas dan Citra.... Harus spektakuler yaaa haahaha," ujar Tari melalui voice note pada grup produksi.
Grup kembali ramai dengan balasan yang lainnya mendukung pernyataan Tari.
Kiev dan Kivia mengirimkan foto mereka berdua yang tersenyum seperti iklan pasta gigi sambil menuliskan. "Challenge accepted."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top