sebelas
Mata Kivia membulat saat selendang tipis yang tersampir di kepalanya terbang terbawa angin. Ia langsung bergerak cepat dan terkejut bukan kepalang saat menyadari kerudung merah itu mendarat pada wajah seseorang.
“Maaf,” ujar Kivia setelah tiba di hadapan pria asing itu.
Tangan laki-laki itu melepas kerudung tipis itu dari wajahnya. Pria tinggi itu menunduk cukup lama. Seperti memandang ke arah sepatu abu-abu berkilauan yang Kivia kenakan.
Darah Kivia berdesir tatkala cowok itu mendongak. Dan mereka mulai berpandangan tepat di manik mata. Lagu Ampat Si Ampat Lima yang dibawakan oleh penyanyi di atas panggung seolah menjadi soundtrack pertemuan ini.
Jodohnya ... kada ka lain....
Ekspresi Kiev dipenuhi rasa kaget yang tiada tara. “Kivia?”
Begitu pula dengan Kivia, satu kata pun terlontar dari mulutnya secara otomatis. “Kiev?”
Kiev tercenung melihat sosok Kivia yang sembilan tahun ini hanya menjadi suatu bayangan. Inspirasi utamanya dalam menciptakan lagu. Juga sosok yang selama ini ia nantikan untuk bertemu kembali.
Sedangkan Kivia yang selama ini pasrah jika ia tak akan pernah melihat sosok Kiev lagi dalam kehidupannya, bahwa pertemuan ini hanyalah mimpi yang tak akan pernah terwujud telah membuktikan bahwa semesta punya rencana tersendiri untuknya.
“Ini....” Kiev mengulurkan kerudung merah itu pada Kivia.
“Makasih, uhm ... maaf Kiev.”
Kiev tersenyum tipis, sejak dulu gadis ini selalu mengucapkan terimakasih dan maaf padanya. “Lo apa kabar, Ya?”
Kivia tergagap. “Hng, baik. Lo sendiri gimana?”
“Seperti yang lo liat.” Kiev tersenyum. “Sama siapa ke sini?”
“Sama temen-temen. Lo?”
“Sendirian,” jawab Kiev singkat.
“What? Ngapain?” Kivia cukup kaget mengetahui fakta anak ibu kota seperti Kiev Bhagaskara sedang berkelana seorang diri di pulau ini.
“Mau nonton pertunjukkan alat musik panting langsung dari sini.”
“Oh ya? Lo interest dengan musik tradisional?”
“Yap, ada projek musik yang lagi gue garap. Gue juga mau kasih sentuhan musik tradisional di dalamnya.”
“Keren.” Kivia tersenyum lebar. Kemudian mata gadis itu tertuju pada seorang cowok yang sedang naik ke atas panggung. “Nah, itu temen gue, Kiev. Namanya Pi'i. Di atas panggung itu, yang baru aja tampil barusan, grup dia juga sebenarnya. Tapi dia vakum apa berhenti ya? Nggak tau pasti juga sih.”
“Kenapa berhenti?” tanya Kiev penasaran.
“Soalnya kerjanya jauh. Sekarang dia diminta tampil bareng lagi, sama anggota baru juga.”
“Kahada Taduh?” Kiev menyebutkan grup musik yang sudah membuatnya penasaran. Bukan karena hanya musiknya yang bagus, tetapi juga karena orang-orang di balik kanal youtube itu yang misterius. Mereka tidak menampakkan wajah dengan jelas.
“Iya, nama grupnya Kahada Taduh, Pi'i tuh yang kasih nama. Menurut cerita dia sih ya. Nggak tau kalau bohong sih.” Kivia tertawa kecil dan balas melambaikan tangan pada Pi'i yang menyapanya dari atas panggung.
Walau umurnya sudah seperempat abad, tingkah Pi'i itu layaknya adik paling bontot.
Ya, karena rekan kerjanya yang lain berumur di atas 30an. Cowok berlesung pipi itu tampak girang bisa kembali tampil bersama teman-teman grupnya. Kahada Taduh yang kini bersama Ahmad Rafi'i bin Ahmad Rifa'i itu membawakan lagu Selamat Datang di Banjarmasin ciptaan Noor Hasan. Sembari memetik panting, Pi'i juga bernyanyi. Suaranya merdu, lebih dari kata lumayan.
Kiev terkagum-kagum atas skill dewa yang Pi'i tampilkan dalam memainkan alat musik panting. Lagu ini memiliki irama yang penuh warna. Kadang lambat mendayu-dayu, kadang sangat cepat menghentak. Sebagai penonton, Kiev benar-benar tersihir oleh penampilan yang sedang ia saksikan. Ia merasa tidak rugi dapat menyaksikan persembahan daerah yang begitu memukau ini secara langsung.
“Mahir banget dia main pantingnya, Ya,” bisik Kiev pada Kivia yang langsung mengangguk.
“Iya, saking cintanya sama panting. Alat musik itu sampai dibawa ke tempat kerja.”
“Kalian satu tempat kerja?” tanya Kiev memastikan.
“Iya.”
“Berarti tempat kerja lo juga jauh dari sini, Ya?”
“Ada 5-6 jam lah baru sampai,” jelas Kivia. Ia tersenyum sendiri. Entah kenapa bicara dengan Kiev selalu bisa senyaman ini.
Kiev juga tersenyum. Kepalanya manggut-manggut mengerti sembari menikmati dendangan lagu daerah Kalimantan Selatan ini. Kiev juga terpana beberapa detik melihat Kivia yang bertepuk tangan, tersenyum cerah dengan pakaian Galuh Banjar yang ia kenakan. Kerudung merah yang tersampir di atas kepalanya membuat gadis itu begitu anggun dan menawan.
Tanpa Kiev sadari, segelintir penonton yang mulanya tidak mengetahui keberadaan selebriti ternama Negara Kesatuan Republik Indonesia di antara ratusan penonton pada acara Karasminan Banua ini, mulai menyadari bahwa sosok pria tinggi mengenakan kemeja sasirangan itu adalah seorang Kiev Bhagaskara. Mega bintang yang baru saja mencetak box office dari film teranyarnya.
Cekrek-cekrek hengpon jadul mulai membidik dari berbagai penjuru. Tak menunggu waktu lama, foto candid Kiev yang sedang memandang seorang gadis berpakaian adat Banjar dengan pendar penuh cinta itu menjadi santapan akun-akun gosip dan memenuhi portal berita online.
Awalnya Kivia sempat dilanda kebingungan atas situasi itu. Namun, Kivia akhirnya tersadar bahwa ia sedang berdiri di samping Kiev Bhagaskara. Kivia lantas merasa de javu.
Hingga Kivia memutuskan untuk mundur, berencana menepi dari keramaian itu. Seperti yang ia lakukan di masa lalu. Ketika Kivia mengambil langkah untuk menjauh, mempersilakan semua orang untuk fokus pada Kiev dan Delisa saat itu.
Namun, kala ia bergerak menjauh, Kiev menggenggam lengan Kivia. Menahannya pergi. Kivia mendongak pada Kiev yang menatapnya dalam.
Kiev berkata lirih. "Ya, please. Stay with me."
***
Kiev baru sadar apa yang sedang terjadi setelah satu blitz kamera menyerangnya tiba-tiba. Entah sengaja atau tidak namun Kiev bisa menangkap ekspresi bersalah seseorang saat memandang dari arah mana blitz itu berasal. Selebriti itu berusaha tenang, jelas orang-orang sudah menyadari siapa dirinya. Kiev tersenyum dan mendekat ke arah Kivia.
Keantusiasan masyarakat yang kini meluap tentu terdengar sampai ke telinga panitia. Mereka terkejut bahwa ada bintang besar nasional yang berdiri di antara penonton dalam pagelaran budaya ini. Salah satu panitia lantas meminta Kiev untuk naik ke atas panggung. Kiev pun langsung menjelaskan bahwa adanya dirinya di sini hanya sebagai penonton biasa seperti yang lainnya.
“Mas Kiev. Maaf sebelumnya, boleh say hello ke masyarakat Banjarmasin dan bagaimana pendapat Mas tentang acara ini,” pinta sang panitia dengan sopan.
Kivia lantas berbisik pada Kiev, merasa simpati dengan mbak dengan id card panitia yang terkalung di leher itu. “Naik aja Kiev, silakan.”
Kiev lalu setuju dan menggandeng tangan Kivia bersamanya. Kiev rasa ia tak bisa meninggalkan Kivia di tengah keramaian ini. Seolah takut mereka takkan bertemu lagi.
Kivia awalnya menolak, namun Kiev meyakinkannya untuk ikut naik menemani cowok itu ke atas panggung. Lagipula, Pi'i masih berada di sana. Wajah Pi'i menggambarkan raut heran dengan kehebohan mendadak yang terjadi di bawah panggung.
Kiev dan Kivia pun di beri pengawalan untuk naik ke atas panggung. Kiev tersenyum ramah pada orang-orang yang dilewatinya. Cewek-cewek yang ada di sana langsung belingsatan saat melihat senyum Kiev. Mereka senang bukan kepalang melihat paras Kiev yang ketampanannya terlihat tidak manusiawi itu.
Orang-orang pun tentu bertanya-tanya siapa gadis manis dengan pakaian adat Galuh Banjar yang kini Kiev genggam tangannya untuk menaiki panggung. Apa hanya kenalan Kiev di kota ini ... atau seseorang yang istimewa?
Bagi penggemar Kiev sejak dahulu kala, wajah gadis itu terlihat tidak asing.
Di sisi lain, Kiev merasa bersalah karena keberadaannya rundown acara yang sesungguhnya harus berubah. Para penampil harus menunggu karena waktu tampil mereka harus diundur. Jam selesai acara tentu jadi semakin larut.
Sebagai selebriti profesional, Kiev menyapa masyarakat yang langsung bergemuruh. Kivia lantas dibuat takjub dengan reaksi penonton yang luar biasa. Pembawa acara mengajukan pertanyaan mengenai pendapat Kiev pada pesta rakyat Kalimantan Selatan ini. Kiev menyambut microphone dan ia pun langsung menjawab dengan percaya diri seperti biasanya. Sudah dipastikan bahwa apa pun yang keluar dari mulut Kiev akan termuat dalam koran lokal besok pagi.
“Saya merasa bangga ada di antara para penonton lainnya dalam acara Karasminan Banua ini. Saya menikmati segala penampilan yang disuguhkan dan membuat saya mengenali kesenian-kesenian Kalimantan Selatan. Pagelaran semacam ini begitu bermanfaat untuk pelestarian budaya.
“Terutama untuk generasi muda. Saya bangga banyak putra-putri daerah yang walaupun saat ini begitu up to date dengan musik dari negara asing tetapi tetap melestarikan kesenian dari daerahnya sendiri,” jelas Kiev dengan begitu lugas.
“Satu hal lagi Mas. Menurut seorang Kiev Bhagaskara, bagaimana sih solusi untuk lebih mengenalkan budaya-budaya daerah pada generasi muda?” Kini pembawa acara yang satunya melontarkan pertanyaan.
“Menurut saya, tentu pagelaran-pagelaran budaya seperti ini hendaknya lebih sering diadakan. Juga karena kita telah memasuki era digital, saya rasa mempromosikan kebudayaan daerah di berbagai media sosial menjadi solusi yang baik. Kita tahu sekarang banyak platform yang bisa digunakan untuk media promosi. Musik daerah juga mempunyai kesempatan besar untuk bersinar. Contohnya lagu Lathi dari Weird Genius yang meraup perhatian internasional, liriknya berbahasa inggris namun juga menambahkan elemen budaya dan etnik nusantara di dalamnya."
Kiev tersenyum menoleh ke arah personil grup musik panting Kahada Taduh.
“Jujur saja, saya jauh-jauh datang ke acara ini setelah menonton karya-karya yang dibuat oleh grup panting Kahada Taduh di laman youtube mereka. Selain membawakan lagu daerah, mereka juga melakukan cover lagu yang sedang hype di masyarakat menggunakan alat musik panting. Hal itu memberikan warna tersendiri dan menjadi wadah promosi untuk generasi muda lainnya.”
Tanpa disuruh, masyarakat bertepuk tangan setelah Kiev selesai berbicara. Pembawa acara menanggapi pendapat Kiev lebih lanjut. Mereka sedikit berbincang di atas panggung dan semua hal itu tak luput dari perhatian Kivia.
“Ya, nyawa kenal dari mana lawan itu artis?” bisik Pi'i antusias. (Ya, kamu kenal dari mana sama artis itu?)
"Kawan lawas," jawab Kivia sekenanya. (Teman lama)
Kivia memperhatikan Kiev yang masih menjadi pusat dunia di sekitarnya. Jika dipikir-pikir, Kiev memang sangat cocok menjadi selebriti, Paras cowok itu di atas rata-rata. Bahkan sembilan tahun telah berlalu cowok yang dikenalnya itu tidak terlihat menua. Hanya perawakannya yang berubah, seperti bahu Kiev yang lebar dan posturnya yang kian tinggi.
Kepribadiannya menyenangkan dan tentunya Kiev sangat berbakat. Suaranya merdu, skill akting yang mumpuni, juga mampu menghasilkan musik yang selain indah, juga dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Melihat Kiev yang berinteraksi dengan pembawa acara, Kivia menyadari aura bintang yang terpancar dari sosok Kiev. Tanggap, ramah-tamah dan penuh tata krama. Juga reaksi penonton yang membludak terhadapnya.
Kivia memandang Kiev lekat. Memperhatikan kata demi kata yang dilontarkan Kiev. Mata Kivia mengerjap. Bintang itu selalu bersinar terang. Dan ia di sini, menatap dalam gulita, di tepian panggung yang remang.
Namun, Kivia membeku kala Kiev menoleh ke arahnya. Memastikan ia masih di sana. Lalu mengulas senyum hangat pada Kivia. Senyum dan tawa Kiev selalu menular. Kivia tersenyum samar, tak bisa menyembunyikan perasaan bahagia di dalam hatinya.
Bersambung
Padahal cuma senyum senyuman lho mas Kiev dan mbak Kiviaaa ini :D
Find me on instagram... @inkinaoktari
jangan lupa komentar di setiap partnya ya gaisss biar aku semangatsss hahahhaha
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top