limapuluh tujuh
Kumara berdiri mematung di depan pintu, melihat putri semata wayangnya yang kini mengenakan kebaya putih berkilauan. Akad nikah akan dilaksanakan sebentar lagi. Usai nuansa haru dalam beberapa rangkaian adat seperti bamandi-mandi (siraman) dan pengajian kemarin, Kumara akhirnya benar-benar tak bisa menahan air matanya untuk menghadapi hari ini.
“Ayah ...” Kivia mendekat dan memeluk Kumara erat.
“Cantik sekali anakku,” ujar Kumara sembari menghapus air matanya menggunakan sapu tangan.
Kivia berusaha untuk tidak menangis keras, tapi tidak berhasil.
Kumara menghapus air mata Kivia hati-hati. “Sudah-sudah, ayo kita siap-siap.”
Halaman belakang mansion keluarga Nararya itu disulap dengan dekorasi yang menawan. Nuansa serba putih dan rangkaian bunga-bunga hidup yang terlihat begitu indah dan menenangkan. Taman bunga itu tampak sangat cantik dan megah. Kumara mengerahkan pasukan keamanan secara maksimal pada hari bahagia ini.
Kiev dan Kivia memang memutuskan menikah di Kota Baru, Kalimantan Selatan dan tamu undangan juga sangat dibatasi.
Kiev sendiri hanya memboyong keluarga terdekatnya yakni Bunda, Om Ben dan istri, Esmu juga beberapa orang dari pihak manajemen seperti Mbak Vanya, Bang Jarwo dan Maya. Selebihnya akan hadir saat acara di Jakarta.
Pihak keluarga Kivia juga terhitung sedikit, yang Kiev familiar hanyalah Bu Kinar, Om Harya Danuatmaja dan juga Sean. Di sana hadir rekan kerja Kivia saat masih menjadi operator truck haul seperti Pakde Bambang, Mas Paijo, Pi’i dan Bang Juned.
Sahabat Kivia yang datang jauh-jauh ke Kalimantan hanyalah Ganis yang kemungkinan tidak bisa hadir pada acara resepsi Kiev dan Kivia di Jakarta nanti karena harus kembali ke New York.
Kumara sendiri hanya mengundang beberapa kolega terdekat, satu-dua orang pejabat daerah dan pemuka agama.
Momen mendebarkan dan dinanti-nantikan itu pun akhirnya tiba. Kiev begitu tampan mengenakan jas pengantin berwarna putih senada dengan kebaya Kivia.
Kiev membasahi bibirnya, beberapa kali menarik napas gugup. Mungkin ia bisa menghadapi banyaknya wartawan dan lautan penggemar, juga rekan bisnis dari berbagai negara tanpa perasaan gugup berlebih. Terakhir kali Kiev merasa sangat gugup kala menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk pembukaan acara keolahragaan tingkat dunia. Namun, kali ini Kiev merasa kesulitan mengontrol detak jantungnya.
“Rileks, Kiev. Tegang banget kamu,” ujar Dewi sambil mengusap pundak putranya.
“Bun, ini nyata, kan?” tanya Kiev.
Dewi tertawa kecil. “Iya, ini bukan mimpi, Kiev. Ini kenyataan.”
Maka saat pukul sepuluh tepat, Kiev berdeham gugup saat duduk berhadapan dengan ayah Kivia juga penghulu serta saksi pernikahan. Di sekeliling Kiev, tamu undangan menyambut antusias. Para fotografer juga sudah siap di posisi masing-masing.
Setelah beberapa rangkaian yang dijelaskan penghulu, akhirnya tiba waktu Kiev menjabat tangan ayah Kivia. Kumara menjabat tangan Kiev dengan mantap.
“Saya terima nikah dan kawinnya Rembulan Kivianisya Nararya binti Kumara Nararya dengan maskawin tersebut. Tunai,” jawab Kiev dalam satu tarikan napas.
Semua yang ada di sana menghaturkan rasa syukur secara bersamaan saat kata sah terdengar. MC kondang yang memimpin prosesi pernikahan mereka meminta para hadirin bersiap akan kehadiran pengantin perempuan yang begitu cantik di ujung sana.
Kivia berjalan diapit Bu Mia dan sahabatnya, Ganis. Melihat Kivia yang telah resmi sebagai istrinya, Kiev menghapus air mata haru yang memupuk di pelupuk mata. Kiev menatap haru sejenak pada Kumara saat pundaknya diusap oleh ayah mertuanya itu.
Kivia kemudian duduk di samping Kiev. Mereka kemudian menandatangani buku nikah dan saling bertukar cincin.
Kivia sendiri seolah disadarkan dari rasa takjub dirinya telah sah berada dalam ikatan pernikahan tatkala ia mencium punggung tangan Kiev dan Kiev yang kini mengecup keningnya. Senyum membingkai wajah mereka berdua yang berseri-seri. Aura pengantin begitu menguar pada paras indah keduanya.
Usai prosesi akad, Kiev dan Kivia melakukan acara hantaran. Lalu setelah istirahat sejenak, Kiev dan Kivia mengganti pakaian pengantin putih-putih mereka dengan pakaian pengantin Banjar. Baju adat Banjar dengan perpaduan warna hijau dan kuning keemasan itu tampak luar biasa membalut tubuh keduanya.
Kivia juga memakai hiasan kepala yang cukup berat dan tak lupa anyaman daun kelapa muda berukuran panjang yang disebut dengan halilipan teruntai di belakang kepalanya.
Sementara Kiev memakai penutup kepala tradisional Banjar yang disebut dengan laung.
"Pertama kali kita ketemu lagi setelah sekian lama, kamu pakai baju Galuh Banjar," kata Kiev sembari sedikit menyibak untaian bunga di sisi kepala Kivia.
"Sekarang kita pakai baju pengantin Banjar," sahut Kivia tersenyum tipis.
Kivia kemudian melingkarkan tangannya ke lengan Kiev bersiap-siap keluar. Keduanya lalu berjalan beriringan disambut dengan shalawat dan dihamburi beras kuning menuju pelaminan.
Pelaminan yang menjadi singgasana mereka ini mengingatkan Kiev dengan yang pernah ia dan Kivia duduki saat menyambangi Rumah Anno di Siring Tendean. Bedanya, pelaminan mereka berukuran lebih besar dan gemerlap. Juga terdapat taman bunga kecil beserta air mancur di tepi bawah pelaminan.
Kiev dan Kivia mengikuti arah tetua adat yang meminta mereka saling bertukar bunga di tangan. Hal ini disebut dengan bahurup palimbaian. Saling memberikan bunga tangan atau rangkaian palimbaian itu diartikan sebagai rasa optimis untuk menjalani lembaran hidup yang baru dan akan dilalui dengan ringan hati seperti rangkaian bunga palimbaian yang Kiev dan Kivia bawa saat ini.
Dilanjutkan dengan bertukar sekepal nasi ketan yang terbungkus dengan daun pisang. Hal ini memiliki filosofi agar pernikahan mereka lengket dan damai serta rukun, menyayangi satu sama lain. Kiev dan Kivia terlihat malu-malu saat diminta untuk saling bersuap-suapan. Kiev dan Kivia mengikuti arahan dari para tetua adat dan ditutup dengan prosesi batapung tawar.
Secara bergantian, Ayah Kivia dan Bunda Kiev serta tetua adat memercikkan air tapung tawar pada Kiev dan Kivia. Telapak tangan kedua pengantin itu diletakkan di atas pangkuan. Tetua adat mengarahkan Kumara dan Dewi untuk manapungtawari Kiev dan Kivia dengan memercikkan air pada ubun-ubun, bahu kanan dan kiri serta telapak tangan sembari memberikan doa-doa baik kepada kedua mempelai.
Acara adat itu berlangsung meriah diiringi oleh lagu-lagu Banjar dan musik tradisional panting yang ditampilkan oleh Kahada Taduh yang digawangi oleh Pi’i dan teman-teman. Lagu Kambang Goyang karya H. Anang Ardiansyah terlantun dengan indah saat ini sembari Kiev dan Kivia menyalami tamu undangan.
Surui kambang kambang malati
Pakayakan di malam arba
Kambang goyang di ujung galung
Pengantinnya sudah batimung
Uu uu
Waktu Raja duduk basanding
Kambang goyang di ujung galung
Amas murni pakaian Putri
Adat kawin dalam istana
Uu uu
Urayakan mayang nang sakti
Umpatakan balarut banyu
Adat raja bamandi-mandi
Uu uu
Urayakan mayang nang sakti
Umpatakan balarut banyu
Adat raja bamandi-mandi
Uu uu
bersambung
semoga nggak ada yang penasaran berapa uang jujuran Kivia 😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top