limapuluh sembilan
"Pagi, sayang," ujar Kiev dengan suaranya yang serak khas orang baru bangun.
Kivia tersenyum meski matanya masih terasa berat untuk terjaga. "Pagiii."
Kiev mengecup kening Kivia singkat sebelum bangkit untuk ke kamar mandi. Sementara Kivia masih bergelung dalam selimut. Kivia mulai membuka mata saat derak pintu kamar mandi terdengar.
Kivia menyipitkan mata dan seolah tersihir dengan apa yang sekarang ia lihat. Mungkin morning view yang tersuguh saat ini adalah salah satu alasan kenapa pernikahan tidaklah buruk. Kiev Bhagaskara is damn so freaking hot pagi-pagi begini.
Rambutnya yang acak-acakan dan wajahnya yang basah sehabis cuci muka membuat Kivia meleleh dengan hati berdesir hangat. Pemandangan yang benar-benar memanjakan mata. Tunggu, apa status pernikahan membuat Kiev kian terlihat tampan di matanya berpuluh kali lipat?
"Kalimantan masih aja sedingin ini ya waktu pagi buta," kata Kiev mengenang masa-masa dirinya menjadi tukang masak di mess Kivia dulu.
"Dan panas banget-bangetan kalau siang-siang," sahut Kivia yang kemudian sedikit tersentak saat Kiev kembali bergabung di bawah selimut bersamanya.
Kiev memeluk Kivia seperti guling. "Dingin banget."
Kivia seolah sulit bernapas dengan posisi sedekat ini. Bahkan tadi malam saja mereka hanya tidur bersama dalam artian yang sebenarnya. Mereka juga tidur dengan posisi normal dan tidak berdekatan sama sekali.
For your information, mereka tidak "melakukannya" tadi malam. Belum. Ya, karena hari yang panjang dari akad, hantaran, ganti pakaian adat Banjar sampai mengunjungi makam mama Kivia.
Akhirnya belum sampai jam sepuluh keduanya tertidur karena kelelahan. Mereka tidur dengan nyenyak. Jauh lebih nyenyak daripada hari-hari menjelang pernikahan yang tidak hanya menguras energi fisik tapi juga mental untuk persiapan ini-itu.
"I love your smell," lirih Kiev sembari membenamkan wajah di leher Kivia.
Kivia mendekap lengan Kiev yang memeluknya. "Kening kamu panas."
"Tapi tangan sama kaki aku beku," kata Kiev mencari kehangatan pada kaki Kivia yang hangat.
Kaki Kiev benar-benar dingin seperti es. "Kayak kulkas, Kiev."
"Aku nggak apa-apa kayak gini?" tanya Kiev sembari menggosokkan kakinya yang terasa beku ke kaki Kivia.
Kivia tertawa. "Nggak apa-apa. Bagusnya ada perapian sih ya biar hangat."
"Nggak perlu. Ada kamu ini," ujar Kiev mengeratkan pelukannya dan tiba-tiba memberondong istrinya itu dengan ciuman di pipi.
"Kiev aku belum sikat gigi," protes Kivia.
Kiev tertawa dan mencium Kivia lagi dengan cepat. Kali ini di tempat yang berbeda. "So?"
Kivia meneguk ludah saat Kiev mengubah posisi, menumpu sikunya menyamping dan perlahan menunduk. Mata Kivia terpejam tatkala wajah Kiev semakin dekat.
Untuk pengantin baru seperti mereka, sepertinya tak ada yang salah mengawali hari ini dengan ciuman selamat pagi.
***
Resepsi pernikahan di Jakarta berlangsung meriah. Berbeda dengan konsep outdoor kemarin, malam ini mereka menggelar acara di dalam ballroom sebuah hotel ternama. Dekorasinya megah dengan sentuhan bunga bermekaran seperti berada dalam musim semi. Juga terdapat chandelier yang tergantung menghiasi ruangan. Tamu undangan kali ini juga tentu berlipat lebih banyak, akan tetapi ballroom tersebut masih tetap terlihat lega.
Kiev dan Kivia mengusung tema international wedding. Kiev mengenakan setelan tuksedo hitam dan sepatu mengilat yang dirancang khusus oleh Bundanya sendiri. Begitu pula dengan wedding shoes Kivia yang diberi sentuhan berkilauan warna broken white.
Kivia tampil memukau dengan gaun pengantin yang minimalis rancangan salah satu dari tiga desainer terbaik dunia. Terpancar aura pure, soft, elegant dan sexy dalam dirinya. Gaun dengan model backless ini menampilkan punggung indah Kivia. Tatanan rambut yang simpel dengan aksen bunga baby's breath di bagian belakang yang terhambur terlihat sangat cantik. Apalagi perpaduan belahan rambut Kivia dan keningnya yang benar-benar menawan.
Kivia memakai make up tipis yang masih memperlihatkan freckless alami miliknya itu membuat Kivia seperti peri negeri dongeng. Benar-benar breathtaking.
Sebuah hand bucket cantik digenggamnya saat berjalan bersama Kiev dan teman-teman di kanan-kiri menghambur kelopak bunga pada mereka. Permainan saxophone mengiringi langkah keduanya. Tiba di atas venue, Kiev dan Kivia disambut oleh MC kondang yang memandu acara mereka pada hari ini.
"Silakan Kiev untuk menyampaikan satu dua patah kata untuk Kivia," ujar MC tersebut sambil mengulurkan microphone untuk Kiev dan Kivia.
"Rembulan Kivianisya. Terimakasih sudah bersedia melangkah bersama. Menjadi pendamping dan teman berjalan untuk mengarungi kehidupan ini. Semoga hidup kita selalu dalam limpahan keberkahan. I love you," tutur Kiev dengan mata yang berkaca-kaca. Namun, senyum indah tak lepas membingkai wajah tampannya.
Kivia mendekatkan microphone ke mulutnya usai mengusap air mata haru di ujung matanya dengan ibu jari.
"Kiev Bhagaskara .... Kiev ... aku ... aku cuman mau bilang... Thank you for coming to my life ..." Kivia mengusap tangan Kiev dalam genggamannya, "...as my husband."
Kiev sempat tercenung akan kalimat yang dilontarkan Kivia. Ketulusan dalam setiap katanya memberikan kehangatan pada hati Kiev. Kiev lalu mengangguk dan menipiskan jarak mereka untuk mengecup kening Kivia.
Malam kian larut dan lagu-lagu romantis yang dibawakan oleh musisi kenamaan yang memang dekat secara personal dengan Kiev, turut memeriahkan acara. Mini orkestra mengiringi suara indah para penyanyi itu.
Kiev dan Kivia sibuk berkeliling untuk menyapa tamu undangan. Kini mereka sedang berada di tengah-tengah tim film Senja di Pelupuk Borneo.
"Congrats sayang-sayangku, OMG akhirnya sah juga," kata Early setelah cipika-cipiki.
"Senangnya Citra dan Bagas berlayar di dunia nyata," timpal Tari semringah.
Dio sang sutradara menepuk-nepuk pundak Kiev, "Kalian berdua sempat backstreet kan kalian waktu syuting? Ngaku aja deh."
Kiev dan Kivia cuman tersenyum melirik satu sama lain. "Backstreet nggak ya..."
"Selamat ya kalian, kalian beruntung memiliki satu sama lain. Tetap saling menguatkan di situasi apa pun," ujar Bu Maisha.
Kivia dan Kiev berterimakasih dan memeluk Bu Maisha secara bergantian. Kemudian mereka mengambil foto bersama.
Undangan berdatangan silih berganti, salah satu yang paling heboh adalah teman-teman Kiev semasa SMA.
"Ya ampun, happy wedding Kiev-Kivia," ujar Gina ceria.
"Selamat ya, Bro." Dion memeluk Kiev mengucapkan selamat. Sementara Gina cipika-cipiki dengan Kivia.
"Selamat juga untuk gelar Phd lo, Yon," kata Kiev menepuk pundak Dion bersahabat.
"Nggak kebayang deh anak kalian nanti mewarisi kecantikan dan ketampanan surgawi orang tuanya," kata Gina dengan berdecak kagum.
Gina berasa mabok visual. Kiev dan Kivia yang sudah good looking dari sananya semakin berkilau pada momen ini. Seperti raja dan ratu kerajaan.
Kiev dan Kivia tertawa kecil mendengar pujian itu. Kemudian mengaminkan doa-doa baik yang dituturkan teman-teman mereka.
"Dulu jadi teman prom nite sekarang alhamdulillah bisa jadi teman hidup," ujar Udin cengengesan.
"Makasih udah dateng ya temen-temen. Jangan lupa makan yang banyak," pesan Kiev.
Udin mengangguk. "Kita yang makasih, Kiev. Kapan lagi bisa ketemu para artis di sini."
Sebenarnya nggak cuman artis papan atas, tapi para taipan alias konglomerat juga kumpul di sini. Udin nggak kaget sih soalnya relasi keluarga Bhagaskara dan Nararya emang semenakjubkan itu.
"Tapi kalau masalah makan sih yang utama ya," lanjut Udin alias Jaenudin Jaja Miharja yang disambut gelak tawa teman-temannya. Soalnya mau gimana lagi, makanan kelas hotel berbintang ini emang rejeki tak terkira.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top