limapuluh empat

Kumara melayangkan tongkat golfnya dan bola begitu saja masuk ke dalam hole dengan mulus. Ia tersenyum puas dan menoleh saat terdengar suara tepuk tangan.

“Pinggang ayah baik-baik aja?” tanya Kivia takjub saat melihat sang ayah bermain golf dengan baik.

“Jangan meledek,” ujar Kumara dengan nada dan ekspresinya yang datar seperti biasanya.

Tawa Kivia membuncah. Setelah itu baru Kumara tersenyum tipis. Di sampingnya, Kiev turut tertawa kecil tipis melihat interaksi ayah dan anak itu. Sangat melegakan baginya menyadari hubungan Kivia dan sang ayah sangat jauh lebih baik. Kiev masih mengingat bagaimana percakapan antara ayah dan putri tunggalnya itu sebelumnya selalu melibatkan suasana dingin dan mencekam.

Hari ini adalah hari di mana Kiev untuk pertama kalinya menemani Kumara bermain golf sebagai seorang calon menantu.

“Kumara Nararya!” Suara itu datang dari sebuah golf cart yang berhenti di dekat mereka.

“Mr. Bennedict?” tanya Kumara dengan senyum lebar. Lama sekali ia tidak berjumpa dengan rekan bisnisnya itu. Mereka berpelukan hangat dan berbincang mengenai kabar masing-masing.

“Ini putriku, Kivia dan tunangannya, Kiev,” ujar Kumara memperkenalkan saat Kiev dan Kivia berjalan mendekati mereka.

“Salam kenal, Nak,” kata Ben sambil menyalimi Kivia. “Mesmerizing, pantas saja Kiev tidak sabar untuk meminangnya.”

Kumara sedikit terkejut saat Ben menepuk-nepuk pundak Kiev dengan begitu akrab.

“Kiev adalah keponakanku. Sayang sekali aku tidak bisa datang pada pertemuan keluarga kemarin, seharusnya aku mewakili kakakku melamar Kivia untuk Kiev. Maka dari itu aku ke sini untuk menemuimu. Maaf sedikit terlambat.”

Kumara terpana. Jadi, paman yang dibilang oleh Dewi, ibunda Kiev itu adalah rekan kerjanya sendiri. Tapi bagaimana bisa ia melewatkan hal ini? Ia yakin sudah melakukan background check pada Kiev dan nama Bennedict benar-benar nihil.

“Aku benar-benar baru mengetahui hubungan kalian berdua. Istilah dunia benar-benar sempit seperti benar adanya.”

“Begitulah, memang agak rumit, tapi tenang saja kami hidup dengan damai,” ujar Ben sambil tertawa. “Namun, yang kuketahui yang namanya keluarga tidak selalu dikarenakan hanya memiliki garis keturunan darah yang sama. Keluarga kita pun akan menyatu sebentar lagi.”

Jika saja dirinya adalah Kumara di masa lalu, Kumara mungkin akan melonjak senang dan menganggap Kiev adalah jackpot karena terhubung dengan Mr. Bennedict yang sempat menjadi investor terbesar di perusahaannya. Namun, Kumara yang dipikirkan Kumara saat ini hanyalah kebahagiaan Kivia dan itu yang menjadi keutamaannya.

“Meski Anda adalah rekan bisnis perusahaanku, aku benar-benar tidak bersikap lunak jika Kiev membuat kesalahan pada putriku,” kata Kumara melirik Kiev.

Ben tersenyum kecil. “Tentu saja. Mungkin aku akan menambah bebannya dengan turut memarahinya juga. Bisnis adalah bisnis. Kita saling menguntungkan dalam waktu yang lama.  Hubungan mereka tidak ada sangkut pautnya dengan bisnis perusahaan kita.”

Kumara mengangguk-angguk. “Jadi, kapan Anda tahu Kivia adalah putriku?”

“Baru-baru ini, dari istriku. Dia buka infotainment.”

Kumara menghela napas. “Skandalnya cukup buruk saat itu.”

“Ah benar, Kiev sudah bercerita.” Ben lalu mengalihkan pandangan pada Kivia. “I am sorry to hear that, sweetheart.”

“It’s okay, Om, aku baik-baik aja sekarang,” sahut Kivia sopan.

Ben mengangguk. “Syukurlah pertunanganmu dengan Dave dibatalkan sejak lama. Ajibrata benar-benar harus mendidik putranya dengan baik.”

"Aku sudah memberi peringatan pada mereka,” jawab Kumara dengan rahang mengeras, emosinya masih menggelegak ketika mengingat betapa kurang ajarnya Dave.

"Amazing,” sahut Ben mengacungkan jempolnya.

Setelah itu Ben dan Kumara bermain golf bersama. Kiev dan Kivia berdiri cukup jauh dari dua orang pria paruh baya itu. Kiev mengulurkan botol minum pada Kivia. Cowok itu lalu membuka topi yang dikenakannya dan menyugar rambutnya dengan jari.

“Jadi, apa maksudnya Om Ben dan papa kamu nggak punya hubungan darah?” tanya Kivia penasaran.

"Ceritanya agak panjang dan rumit. Awalnya nenek akan mengajukan adopsi, tapi orang tua Om Ben tiba-tiba tidak menyetujui hal itu. Perusahaan yang dipimpin oleh Om Ben sekarang memang perusahaan yang didirikannya bersama papa. Long short story, papa dengan perusahaan yang sekarang di-handle sama Bunda, dan om membangun bisnis di bidangnya sendiri,” kata Kiev.

Kedua perusahaan itu berkembang secara terpisah dan Mr. Bennedict tidak sering berada di tanah air. Mereka juga hidup rukun dan tidak ada pertikaian keluarga dengan karakter antagonis karena memperebutkan harta dan tahta seperti di film-film.

Kiev secara mandiri membangun K-Entertainment dan jaringan bisnis di bidang yang disukainya meski tak dapat menampik ia memiliki bagian saham di perusahaan-perusahaan besar keluarganya itu.

“Ayah kamu benar, kerjasama beliau dan Om Ben sudah terjalin lama sebelum kita saling terhubung,” jelas Kiev meyakinkan Kivia bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kiev mengerti Kivia mempunyai issue mengenai topik itu.

“Pernikahan kita ... bukan pernikahan bisnis,” cicit Kivia.

Kiev mengusap puncak kepala Kivia. “Tentu aja. Ayah dan Om Ben sangat sehat dan cemerlang dalam memimpin perusahaan mereka.”

***

Kivia memasang anting-anting panjang sembari melihat cermin. Gaun nude dengan potongan off shoulder menampilkan bahunya yang mulus. Rambut sepunggung Kivia digerai begitu saja. Ia tampak begitu elegan dengan make up soft yang natural. Sentuhan warna peach di pipinya juga bibirnya yang merah membuat penampilannya kian bersinar.

Malam ini ia akan menghadiri sebuah pesta bersama sang ayah. Senyum Kivia mengembang melihat cincin di jarinya. Selain lamaran Kiev secara pribadi dan pertemuan antar keluarga tiga minggu yang lalu, mereka akan melangsungkan acara lamaran secara resmi dan beberapa rangkaian adat sebelum pernikahan yang terhitung satu minggu lagi.

“Sudah berdandannya?” tanya Kumara yang menengok dari balik pintu kamar Kivia yang memang sudah terbuka.

Kivia tertawa geli. “Memangnya aku dandannya lama?”

"Tidak juga,” sahut Kumara datar seperti biasa.

“Bagaimana?” tanya Kivia sambil berputar pelan.

“Putriku selalu cantik.”

"Ayah bisa aja.” Kivia dengan cepat meraih blazer warna hitam dan tas tangannya kemudian tanpa canggung menggandeng lengan sang ayah yang sudah siap mengenakan setelan jas. Meski beberapa helai uban sudah mendominasi rambutnya, sosoknya tetap segagah Tom Cruise.
Kivia berjalan beriringan dengan sang ayah. Memperhatikan langkah pria tua di sampingnya.

Mereka akan pergi ke acara ulang tahun pernikahan salah satu rekan bisnis sang ayah. Kiev juga akan berhadir di sana dan mungkin akan datang sedikit terlambat karena masih ada urusan di kantor.

Kivia tak menyangka rekan bisnis sang ayah yanv satu itu punya publisitas yang cukup tinggi pada acara ulang tahun pernikahannya. Bayangkan saja ada red carpet dan para wartawan yang hadir untuk memotret mereka ketika baru turun dari mobil. Kemewahan dan kesemarakan acara ini mungkin setingkat atau bahkan lebih dari acara penghargaan besar kebanyakan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top