enampuluh lima
Momen lainnya, Kiev berdiri di ambang kelas memandang lekat Kivia yang sibuk menulis di mejanya yang berada di deretan depan. Ia lalu menghampiri meja Kivia.
Kivia mendongakkan kepala melihat Kiev yang memberi cengiran lebar. Kivia mengangguk dan membiarkan Kiev mengais-ngais kotak pensilnya. Kiev mengambil pulpen Kivia dan dengan riang gembira menggoyangkan pulpen itu sembari berjalan ke kursinya yang berada di bagian belakang. Kiev hobi sekali menghilangkan pulpennya dan lebih memilih untuk meminjam pulpen pada cewek itu.
Saat pelajaran berlangsung, Kivia kemudian dipanggil untuk menjawab soal di papan tulis. Tak lama kemudian, Kiev dipanggil untuk mengerjakan soal lainnya yang ditulis di samping Kivia.
Kiev menahan senyuman dan seperti cowok SMA kebanyakan, Kiev memasukkan bajunya yang awut-awutan ke dalam celana sambil berjalan ke depan kelas. Wajah mesem-mesem Kiev terlihat jelas saat berdiri bersebelahan dengan Kivia yang berusaha tidak terpengaruh akan kehadiran Kiev. Matanya mengerjap dan tangannya sibuk bergerak melanjutkan menjawab soal di papan tulis itu.
Adegan berikutnya, masih bertempat di kelas, secara berlawanan Kiev dan Kivia berjalan mundur, bercanda dengan geng masing-masing. Kiev dan Kivia sama-sama terlonjak kaget saat punggung mereka bertubrukkan.
Kiev terpana saat Kivia menoleh padanya. Tentang bagaimana kuciran cewek itu bergerak melayang dan seraut wajah manis yang terpaku menatapnya. Kiev dengan tanggap menahan lengan Kivia yang agak oleng. Kivia gelagapan dan Kiev melepaskan tangannya pada lengan Kivia. Kiev mengusap lehernya dengan kikuk.
Next, Kiev duduk di tengah-tengah dan di sekelilingnya, teman-temannya termasuk Kivia duduk lesehan di lantai marmer kelas yang dingin. Sebagian ada yang saling merebahkan diri di paha teman yang lain. Sementara Kivia memeluk lututnya sendiri menonton Kiev yang kini memetik sinar gitar dan menyanyikan lagu. Teman-temannya yang lain mengiringi sambil melambaikan tangan ke kanan dan ke kiri seperti sedang menghadiri konser. Kivia menatap Kiev dalam keterkaguman.
Pipi Kivia bersemu dan sejenak menunduk saat beradu pandang dengan Kiev. Terlebih ketika Kivia kembali mendongak, pandangan Kiev masih tertuju lurus padanya. Namun, detik berikutnya Kiev mengalihkan pandangan ke senar gitarnya. Salah tingkah.
Syuting hari kedua, Kiev dan Kivia pakai seragam pramuka lengkap dengan kacu* yang terpasang di leher mereka. Kacu itu disampirkan ke pundak saat Kivia dan Kiev sibuk membuat tandu. Kiev membantu Kivia membuat simpul pangkal dan simpul jangkar. Kivia tersipu saat Kiev tak sengaja meletakkan telapak tangannya di atas punggung tangan Kivia yang menggenggam tongkat.
(*kacu: dasi pramuka berwarna merah putih)
Situasi begitu semarak ketika Kiev digotong menggunakan tandu oleh teman-temannya. Cowok itu tadinya kaget karena diangkat paksa malah kini dadah-dadah ala Miss Universe dengan begitu percaya diri.
Syuting berlanjut di luar sekolah, saat Kiev menjumpai Kivia di koridor dan mengajaknya pulang bersama. Kiev yang cuek menyampirkan jaketnya ke kepala Kivia menyadari matahari yang begitu terik. Mereka berjalan beiringan ke parkiran sekolah. Sambil memegangi jaket Kiev, Kivia tertawa kecil melirik cowok yang sedang menyedot es sachet-an seribuan rasa anggur itu.
***
Ada beberapa adegan yang diambil ketika mereka menjadi mahasiswa. Kiev yang menjemput Kivia di kampus atau mereka yang belajar bersama di perpustakaan. Mereka yang bercanda di warung kaki lima atau kejar-kejaran di lapangan.
Semua itu tentu diambil dengan memperhatikan detail karakter mereka di video klip itu. Kiev yang menggunakan kacamata bening. Cowok itu seringkali menggunakan jeans dan kemeja flanel.
Sementara Kivia kini tak lagi menggunakan wig dan menampilkan rambut panjangnya yang asli. Rambut Kivia saat kuliah lebih banyak dijepit menggunakan jeday dan mengenakan sweater atau cardigan.
"Duh, cantiknya yang pake kebaya," puji Kiev setelah Kivia selesai dirias.
"Aw, makasih hubby." Kivia tersenyum dan bisa melihat ketulusan yang dalam dari perkataan suaminya itu.
Pada make up Kivia kali ini, alis dan perona pipi juga highlighter yang mendapatkan perhatian sedikit berlebih. Hair do Kivia sangat rapi dan anggun karena ceritanya ia dan Kiev akan hadir ke acara wisuda.
"Sini aku bantu." Kiev membantu Kivia memasangkan toga. Sedangkan cowok itu sudah menggunakan toga. Sementara untuk topi toga, Kivia dibantu oleh make up artist yang menjepitkan beberapa pin di rambutnya agar tidak mudah lepas.
Kivia sebenarnya sudah cukup senang dengan mengenakan seragam SMA. Namun, beberapa hari ini ia dapat merasakan menjadi remaja SMA juga mahasiswi meski hanya sekadar akting singkat. Ia juga terkenang saat pertemuan dirinya dan Kiev untuk pertama kali. Saat mereka ke prom nite dan bergabung dengan teman-teman Kiev yang lucu dan kocak-kocak.
Menjelang akhir video, alias penghujung lagu saat editing nantinya, terdapat kompilasi Kiev dan Kivia berdiri di bawah pohon menghadap danau yang indah.
Ada mereka saat menggunakan seragam SMA berlarian sambil tertawa lepas, selanjutnya Kiev dan Kivia yang mengenakan toga kemudian memeluk satu sama lain. Kiev yang mengecup kening Kivia saat mereka memakai setelan kerja.
Berganti baju dengan yang lebih kasual, Kiev dan Kivia yang berinteraksi manis dengan dua orang anak kecil menggemaskan.
Terakhir, dua orang di usia senja menatap lekat danau indah di depan mereka, sosok sepasang orang tua itu diperankan oleh Om Lukas dan sang istri yang saling merangkul. Tersenyum satu sama lain dengan tatapan penuh cinta. Om Lukas lalu mendekatkan hidungnya ke pipi sang istri yang tersenyum lebar.
Everlasting love.
"Indahnya...." gumam Kivia setelah kata cut terdengar. Mereka seluruhnya bertepuk tangan atas selesainya proses pembuatan video klip itu.
Kiev tersenyum dan tentunya memanjatkan doa dalam hati semoga kisah cintanya bersama Kivia juga bertahan kuat sampai nanti. Sampai rambut mereka memutih. Hingga keduanya didekap oleh bumi kemudian berjumpa lagi di tempat yang kekal.
Om Lukas beserta Istri juga Kiev dan Kivia saling berpelukan. Mengucapkan terimakasih karena sudah bekerja keras.
"Kiev, konser di GBK progressnya udah sampai mana?" tanya Om Lukas.
"Masih latihan terus sih nih, Om, nyiapin teknis di lapangan juga gimana," jawab Kiev.
Om Lukas tersenyum bangga. "Waah, Kivia nanti juga perform nggak?"
Kivia tersenyum kecil dan menggaruk belakang kepalanya. "Satu segmen nari kontemporer sih, Om."
"Semoga lancar ya acaranya. Om sama Tante usahakan dateng," ujar istri Om Lukas.
"Aamiin, terimakasih, Om, Tante."
"Oke, sehat-sehat ya kalian. Ditunggu banget karya-karya kalian selanjutnya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top