enam
Kivia dan Kiev datang beriringan ke ruang tamu, menghampiri Dewi dan Kinar yang langsung berdiri melihat kehadiran mereka berdua.
Dewi dan Kivia lantas saling berpelukan sebagai salam perpisahan.
"Maaf dan terimakasih banyak, Bunda. Kivia nggak tau gimana nasib Kivia kalau nggak ketemu sama Kiev dan Bunda." Kivia mengendalikan diri untuk tidak terisak.
"Sama-sama, sayang. Kalau ke Jakarta jangan sungkan untuk mampir ke rumah Bunda ya?" ujar Dewi seraya menyelipkan rambut Kivia ke belakang telinga.
Kivia mengangguk meski tak tau apakah hal itu akan terjadi mengingat sang ayah yang selalu membatasi geraknya. "Iya, Bunda. Bunda jaga kesehatan ya."
"Kamu juga ya, sayang."
Kinar lalu menyampaikan rasa terima kasih sekali lagi dan membawa Kivia bersamanya. Kivia menoleh pada Kiev dan Bunda. Kiev berusaha mengulas senyum kala Kivia memandangnya dari kaca mobil yang diturunkan.
Butuh waktu dua hari setelah perpisahan mereka, Kiev baru menerima email dari Kivia.
---- ------ ---- ----
from: [email protected]
to : [email protected]
subject: ini kivia
hai, kiev! maaf lama ya baru bisa ngirim email ke lo. gue agak gaptek dan minta ajarin tutor gue dulu buat bikin email. apa kabar? bunda gimana? salam ya buat bunda dan bi hani. ehmmm, syukurnya perjodohan gue dibatalin. seneng banget deh. ayah juga walaupun masih cuek dan emang selalu begitu, seenggaknya nggak maksa-maksa gue lagi.
oh iya, kiev. lo kan udah lulus SMA, jadi apa rencana lo ke depannya?
ps: gue lagi makan indomie rasa soto banjar.
regards, Kivia.
-- --- ---- --
Kiev pun begitu antusias untuk membalas email Kivia saat itu juga.
--- --- --- --
from : [email protected]
to : [email protected]
Akhirnya, Kiviaaa. Gue takut banget lo nggak sengaja buang notes gue dan nggak bisa ngehubungin email gue. Syukur deh kalau perjodohan lo dibatalin. Jangan kabur-kabur lagi lo ya. Kalau ada apa-apa curhat aja ke gue. Oh, iya. Gue udah apply jurusan musik di US. Doain yaaa, Kivia ^^
ps: lagi nonton bola, tapi keknya akan gue anggurin kalo lo bales cepet
- kiev
-- -- -- -- ---
from: [email protected]
to : [email protected]
Ini gue bales cepet :p
Gilaaa. Cool banget, Kiev! Semoga lancar jaya yaa, semangat! Gue yakin lo pasti bisa ^^
Astaga pengin kuliah juga :(
- kivia
-- -- --- -- --
from: [email protected]
to: [email protected]
Ayo ikut gue aja, Ya. Jujur gue sempet mikir mau nikahin lo tau nggak? kalo ayah lo nggak bisa diajak kompromi.
- kiev
-- -- --- -- --
from: [email protected]
to : [email protected]
sembarangan pikiran lo emang. becanda lo nggak lucu. kita baru ketemu sehari woi. emang yakin gue bakal jadi istri yang baik buat lo gitu? :p
eh btw gue punya pertanyaan nih.
- kivia
-- -- -- -- ---
from: [email protected]
to: [email protected]
yakin kok. orang gue serius. lagian kayaknya bunda seneng kalau lo jadi mantunya :D
nanya apaan? nanya mah nanya aja kali, Ya.
- kiev
-- -- --- ----
from: [email protected]
to : [email protected]
ngomong lagi ke gue kalau udah jadi sarjana musik hahaha ;)
bunda bilang seneng lo banyak temen. perasaan lo emang banyak temen deh. kok gue ngerasa ada yang lain ya dari maksud bunda?
- kivia
-- -- -- --- --
from: [email protected]
to: [email protected]
challenge accepted ;)
oh itu.... iya, gue emang sulit punya temen sebelumnya. gue juga homeschooling, sama kayak lo. kayaknya lo juga temen pertama yang gue bawa ke rumah. temen-temen sekolah cuma pernah datang ke studio musik gue.
- kiev
-- -- -- -- ---
from: [email protected]
to : [email protected]
oh ya? maaf ya kalau gue buat lo nggak nyaman sama pertanyaan gue....
--- --- -- ---
from: [email protected]
to: [email protected]
kata siapa gue nggak nyaman? nggak apa-apa, Ya. santai ajaaa.
- kiev
-- -- -- --- ---
Semenjak itu, Kiev dan Kivia rajin berkirim email di tengah kesibukan masing-masing. Menceritakan hari-hari mereka. Saling mendukung juga mendo'akan.
Meski tak bertemu langsung, Kiev dan Kivia merasa sangat cocok satu sama lain. Hingga suatu ketika keadaan mengurangi intensitas mereka dalam berkirim email. Kiev selalu menyempatkan untuk mengirim pesan pada Kivia. Namun, Kivia perlu waktu berhari-hari untuk membalasnya.
Pada libur musim panas, Kiev kembali ke tanah air dan mengambil satu project web series sebagai penawar rindu untuk penggemarnya. Saat itu pula, Kivia tak sengaja mengetahui bahwa Kiev Bhagaskara, seseorang yang pernah membantunya dan teman online-nya selama ini adalah seorang idola. Ketika Kivia berselancar di dunia internet untuk membaca jurnal tentang eksplorasi coal mining atas perintah tutornya, sebuah artikel di laman depan pencarian mengalihkan perhatian Kivia.
Biasanya, Kivia tak pernah tertarik dengan artikel gosip. Namun, artikel itu memuat foto seorang Kiev Bhagaskara. Tak sendiri, Kiev berfoto dengan seorang cewek dan mereka tampak begitu mesra. Artikel itu juga memuat tagline yang sungguh menarik perhatian.
[BREAKING] Kiev Bhagaskara dan Delisa Pratiwi, Cinlok?
Tanpa banyak pikir, Kivia langsung mengklik berita itu. Ia menggulir permukaan layar i-pad sembari membaca artikel itu dengan saksama.
Jakarta, (05/07) 12:30 wib.
Dilansir dari laman lambe-lambean.com. Aktor sekaligus musisi, idola remaja Kiev Bhagaskara kini tengah santer diisukan menjalin hubungan asmara dengan Delisa Pratiwi, lawan mainnya dalam web series "Falling". Sebelum itu, Kiev dan Delisa pernah bekerja sama dalam berbagai judul film sebelumnya dan sering dijodohkan oleh para netizen. Beberapa kali membantah sebelumnya, kabar kencan mereka kini kembali merebak. Apakah kedekatan keduanya di lokasi syuting berlanjut ke kehidupan nyata?
Kivia lalu menekan link yang tersambung pada video wawancara dengan aktris Delisa Pratiwi itu terkait kedekatannya dengan Kiev. Kivia menarik napas panjang sebelum menonton video tersebut.
Aktris itu cantik, terlihat jelas memiliki darah blasteran. Dan cewek itu terlihat serasi dengan Kiev.
"Pacaran?" Delisa lalu tersenyum manis menanggapi pertanyaan wartawan yang mengikutinya berjalan menuju mobil.
Kivia mendesah pelan. Delisa tidak menjawab maupun membantah kabar itu. Sedangkan pihak Kiev tidak berkomentar apa pun. Dan itu membuat Kivia tidak nyaman.
Tunggu, kenapa Kivia harus merasa begitu?
Apa ia mulai berharap dengan Kiev?
Kivia menggelengkan kepala. Membantah semua itu. Mengelak rasa sesak yang ada di hatinya.
Batin Kivia berbisik....
Congratulation, Rembulan Kivianisya. Kamu mendapat pengalaman patah hati pertamamu.
Dan itu ... karena seorang Kiev Bhagaskara.
Kivia mendesis tidak suka, matanya memanas. Ingin menangis tapi ia tahan mati-matian. Ia tak menyangka patah hati bisa membuatnya kalut seperti ini. Perasaannya seperti terombang-ambing dan memilih mengabaikan email Kiev. Kivia bahkan tak berniat mengonfirmasi berita itu. Kiev juga tak pernah bercerita tentang Delisa padanya atau kegiatan syutingnya. Kiev hanya bilang bahwa ia kembali ke Indonesia.
Mata Kivia memandang lekat foto polaroid dirinya bersama Kiev yang ia sembunyikan di laci meja belajar, takut ayah atau pun Sean, tutornya melihat foto itu. Kivia mengelus permukaan foto itu. Salahnya yang terlalu berharap. Kivia ... begitu asing mengenai perasaan ini.
Namun, jika Kiev adalah patah hati pertamanya. Otomatis bisa dikatakan bahwa Kiev adalah ... cinta pertamanya?
---- --- ----
- -- -- -- -- --
from: [email protected]
to: [email protected]
Hai, Ya. Ketemu, yuk. Mumpung gue di Indonesia. Kira-kira bisa nggak? Kalau lo nggak bisa, gue nggak masalah datang ke kota lo. Oh iya, nomor hape lo kok susah dihubungin? Lo nggak kenapa-napa, kan?
-- --- ---- ----
Kivia tertegun membaca email dari Kiev yang meminta untuk bertemu dengannya. Sebenarnya mudah saja bagi Kivia untuk terbang ke satu kota ke kota lain. Namun, izin ayah yang susah ia raih. Apalagi ada sosok baru yang hadir dalam hidupnya.
Seorang cowok bernama Dave. Kivia tau Dave bukan orang sembarangan. Ia adalah pewaris tunggal salah satu partner perusahaan ayahnya. Kivia harus mengikuti undangan makan malam yang diatur ayahnya bersama Dave.
Tak seperti cowok-cowok yang dikenalkan oleh sang ayah sebelumnya yang memiliki age gap yang jauh dengan Kivia, Dave hanya satu tahun lebih tua dan begitu humble dan easy going. Tidak kaku dan mulutnya tidak digunakan hanya untuk membicarakan bisnis.
Dave sepertinya ahli dalam mengambil hati perempuan. Kivia tak mengatakan hatinya telah tercuri, namun sejauh ini ia baik-baik saja di sekitar Dave. Sepertinya cowok ini baik. Sikapnya juga sopan. Ayah begitu menyukainya.
"Kamu pasti males banget ya ikutan dinner semacam ini?" tanya Dave ketika ia dan Kivia berada di restoran bagian luar. Membiarkan para orang tua bicara di dalam.
"Nggak juga kok, biasa aja," sahut Kivia tak enak.
Dave tersenyum manis. "Jujur aja, ekspresi kamu nggak bisa bohong awal-awal tadi. Sekarang sih ... kayaknya udah nggak apa-apa."
Kivia melirik Dave, lalu tersenyum. "Iya, nggak apa-apa."
"Cantik kalau senyum begitu. Jangan jutek-jutek, Bu."
Kivia mendengkus geli. "Ya emang gini mukanya."
Dave tertawa lalu mengacak rambut Kivia. "Sering-sering senyum ya, princess."
Mata Kivia membesar, menatap punggung Dave yang beranjak masuk ke dalam restoran mewah itu. Menyadari tak ada tanda-tanda Kivia mengikuti langkahnya, Dave menoleh ke belakang. Menatap Kivia, Ia mengulas senyum hangat. "Yuk, dingin di luar."
Kivia mengangguk dan menghampiri Dave, memasuki restoran itu bersama-sama.
"Mereka terlihat serasi, bukan begitu Tuan Kumara?" tanya Renata, ibu Dave. Matanya tak lepas memperhatikan Dave dan Kivia yang berjalan bersisian.
"Sepertinya rencana keluarga kita akan berhasil," timpal ayah Dave menyetujui perkataan istrinya.
"Ya, kukira begitu." Kumara ikut tersenyum memandang Kivia yang tersenyum selagi bicara dengan Dave saat mereka berjalan.
Semoga, harap Kumara.
***
"So, lo udah move on dari your sweet superman Kiev Bhagaskara ke your fiancee-soon to be-Dave Ajibrata?" tanya Sean, tutor Kivia sekaligus putra dari Harya Danuatmaja, yang berperan sebagai tangan kanan ayah Kivia.
"Move on?" tanya Kivia keheranan.
Sean tak segan-segan menjitak kepala Kivia. "Berpindah hati."
Kivia mendengkus sebal. "Apaan sih?! Aku nggak suka keduanya. Dan terlalu cepat nyebut Dave calon tunangan aku."
"Gitu deh. Nggak apa-apa kali, Ya. Perasaan itu harus divalidasi. Gue tau gue bukan cewek, tapi lo juga bisa curhat sepuasnya ke tutor lo ini. Gini-gini gue lumayan berpengalaman dalam hubungan asmara, lho. Jangan sampai lo salah pilih," ujar Sean menasehati.
"Apaan sih? Nggak usah dibahas!"
Nggak. Kivia nggak bakalan cerita ke Sean. Malu!
Kivia mengerucutkan bibir. Jujur saja ia masih mengenang Kiev. Masih sering memikirkannya dan begitu ingin bertemu dengannya lagi. Sedikit banyaknya, Kivia takut menghadapi kenyataan tentang kebersamaan Kiev dan Delisa. Apakah ia bisa bersikap sewajarnya jika hal itu benar-benar terjadi? Kivia tidak siap tersakiti. Kivia bahkan belum membalas email Kiev.
Sementara Dave, Kivia cukup nyaman saat bersamanya. Namun, bukan berarti Kivia menyukai Dave seperti perasaan yang ditujukannya pada Kiev.
-- --- -- --
from: [email protected]
to: [email protected]
kenapa akhir-akhir ini email gue nggak dibalas. lo nggak apa-apa, kan, Ya?
- kiev.
-- -- ----
Kivia menimang-nimang apakah harus membalas pesan Kiev atau tidak. Tidak nyaman juga membuat Kiev cemas seperti itu. Ia lalu mengetikkan balasan.
-- -- -- --
from: [email protected]
to: [email protected]
gue baik kok, kiev.
- kivia
--- --- --- --
from: [email protected]
to: [email protected]
syukur deh, gue kira lo lagi ngehindarin gue :(
btw, how's life?
- kiev
----- ----- ------
Kivia berpikir menimbang-nimbang menjawab pertanyaan Kiev. Apa dia jujur saja tentang kehadiran Dave pada Kiev? Toh, ia selalu menumpahkan segala cerita kehidupannya pada Kiev. Kecuali tentang perasaannya pada cowok itu.
-- -- --- ----
from: [email protected]
to: [email protected]
life is good. ayah ngenalin gue ke seseorang. namanya dave. awalnya gue kira sama aja kayak cowok-cowok pilihan ayah yang ihw banget serius-serius gitu, menurut gue si dave ini lumayan. smooth gitu cara deketinnya dan nggak bikin gue risi, dave juga bikin gue bisa dapat izin ayah buat bersosialisasi lebih luas. mungkin gue harus coba membuka diri
- kivia
--- --- ---
Di seberang sana, Kiev membeku membaca serentetan pesan Kivia. Jadi, Kivia sedang dekat dengan seseorang? Astaga, kenapa ia tidak pernah memikirkan hal ini? Lalu bagaimana dengan mereka?
Sebenarnya, apa yang Kiev harapkan?
Kiev lalu mengetikkan balasan dengan perasaan sedikit tidak rela.
--- --- --- --
from: [email protected]
to: [email protected]
oh. i am happy for u, Ya.
- kiev
-- -- --- ----
"Idih, happy for you, apa-apaan?! Ya elah, bullshit, Kiev!" maki Kiev pada dirinya sendiri. Namun, kenapa Kiev seolah tidak memiliki nyali untuk menegaskan perasaannya pada Kivia?
Meyakinkan gadis itu bahwa jarak bukanlah masalah. Memberi kejelasan bahwa ia berharap lebih dari sekadar teman?
Tapi ... setidaknya untuk saat ini mereka harus bertemu secara langsung, kan? Iya, kan?
Akhirnya Kiev menelepon ponsel Kivia lagi. Ia harap ponsel itu tak lagi susah dihubungi seperti sebelumnya.
"Halo, Kiev?"
Kiev menghela napas lega kala telepon itu akhirnya tersambung.
"Oh, hai. Halo, Ya." Kiev mengatur debaran jantungnya. "Kita ... bisa ketemu? Gue bisa usahain ke Banjarmasin kok."
"Eh? Kebetulan gue lagi di Jakarta kok, Kiev. Baru pagi tadi landing."
Kiev terkesiap mendengar fakta itu. "Oh? Oh ya. Syukur deh kalau begitu. Tapi lo nggak sibuk, kan? Bunda juga kangen banget sama lo."
"Hm, oke. Malam ini gimana?"
Pertanyaan Kivia hampir membuat Kiev melonjak kegirangan.
"Bisa-bisa, enaknya kita ketemu di mana? Gue jemput ya?" tawar Kiev.
"Nggak usah repot, Kiev. Kita ketemu di GI aja gimana? Gue sama Bu Mia rencananya mau ke sana."
"Oh, iya. Siap. Makasih banyak yaaa."
"Iya, see you, Kiev," ujar Kivia lembut.
Kiev tersenyum lebar. "See you, Ya."
Yes!
Akhirnya dia dan Kivia akan bertemu lagi setelah sekian lama. Bukan via suara atau berbalas pesan, tapi beneran face to face. Kiev harus bersiap dari sekarang. Lalu mengabari Bunda tentang hal membahagiakan ini. Masalah Dave bisa Kiev urus belakangan.
***
bersambung
find me on instagram : inkina oktari
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top