empatpuluh tujuh
Hampir satu minggu semenjak Kiev dan Kivia go public. Akan tetapi keduanya seolah menghilang. Permintaan wawancara mengenai hubungan keduanya belum ada yang disetujui.
Karena jadwal mereka sudah diatur ulang, satu minggu ini keduanya sepakat untuk rehat dan tidak tampil di depan publik meski wartawan begitu gencar memburu keduanya. Untuk saat ini media hanya bisa menjangkau pernyataan official yang diwakili oleh pihak manajemen dan karena alasan privasi, wartawan yang dipenuhi rasa ingin tahu harus berpuas diri dengan batasan yang dibuat.
Kiev sendiri sibuk dengan internal K-Entertainment juga mencicil untuk projek albumnya. Sementara Kivia bersama sang ayah sedang berdiskusi intens mengenai K-Corporation. Kumara bicara dengan Kivia dan meminta putrinya itu mempertimbangkan untuk terlibat dalam perusahaan keluarga mereka itu. Kumara membutuhkan Kivia untuk mengisi posisi kosong di perusahaan pusat.
Kivia diminta untuk meninjau kasus salah satu anak perusahaan.
"Perusahaannya hampir failit?" Mata Kivia melebar kaget mendengar fakta tersebut.
Kumara mengangguk-angguk.
"Aku handle dari dulu jauh aja ya, Yah? Sepertinya sekarang ini nggak memungkinkan kalau langsung terjun ke perusahaan," kata Kivia setelah menimbang-nimbang. Terlebih ia baru saja terlibat skandal walaupun sudah reda saat ini.
"Oke, Ayah setuju. Sekarang ayah harus conference meeting. Sean akan menjelaskan rincian masalahnya," kata Kumara sebelum akan beranjak ke ruang kerjanya.
Sementara itu, Sean dan Kivia tinggal di sofa ruang tengah.
“Menurut tim audit internal yang baru, selain korupsi besar-besaran dari oknum tertentu ... ada permasalahan lain yang harus Nona ketahui dari anak perusahaan itu," jelas Sean.
Sean menyesap kopi yang tersedia sebelum kembali melanjutkan pembicaraan. “Mereka punya masalah pajak dan reklamasi.”
Kivia berdecak kecil. “Kenapa bisa kita sampai kecolongan sebesar ini?”
"Mereka memanipulasi data dan kucuran dana tersebar luas. Termasuk mengalir ke tim audit yang harusnya mencari kesalahan, beberapa juga kabur begitu saja membawa uang perusahaan," ujar Sean menambahkan.
Kivia mengusap wajahnya gusar. "Kita harus menindak sampai ke akar. Pada kenyataannya mereka hanya memperkaya diri sendiri. Sementara masyarakat sekitar dibuat menderita karena ketidakadilan yang perusahaan lakukan.”
"Maka dari itu. Nona orang yang tepat untuk menanganinya."
Kivia menatap Sean gamang. "Aku ... sedikit tidak yakin...."
“Aku paham sebenarnya Nona selalu tidak ingin terlibat dengan perusahaan ini dan lebih memilih berusaha dari awal sendiri tanpa campur tangan Tuan Besar. Namun, tidak ada yang salah dalam membantu perusahaan keluarga. Nona tidak sendiri, kami juga akan mempertimbangkan jadwal Nona di dunia entertain. Terlebih Nona memiliki kompetensi dan pengetahuan di bidang ini dan orang yang benar-benar bisa Tuan Kumara percaya. Saham atas nama Nona juga akan benar-benar memberikan dukungan bagi Tuan Besar."
"Sekarang adalah waktunya. Aku akan selalu membantu Nona di posisiku," tambah Sean lagi meyakinkan Kivia.
“Beri aku semua data yang kalian punya," ujar Kivia setelah sunyi yang cukup lama.
***
Definisi rehat bagi Kivia selama satu minggu ini adalah menganalisis data anak perusahaan K-Corporation yang bermasalah serta beberapa kali menggelar rapat intens dengan Sean, Kinan dan Harya Danuatmaja juga ayahnya sendiri. Kivia bahkan tidak bisa bertemu Kiev sama sekali karena Kiev kembali pergi ke Korea Selatan untuk memantapkan kerja sama dengan perusahaan hiburan yang ada di sana.
"Ya ampun kangeeen! Hang out yuk, Ya!" seru Ganis melalui telepon saat weekend tiba. "Kamu free nggak hari ini? Ngegym yuk?"
"Boleh. Aku free sampai sore. Malamnya aku ke Nayalaka," sahut Kivia sambil membereskan dokumen di meja kerja pribadinya.
"Nayalaka? Festival musik tahunan itu ya?" tanya Ganis.
Kivia mengangguk. "Iya, kamu ke sana juga?"
"Sayangnya enggak, aku ada jadwal lain malam ini. Aku sempat liat iklan Naylaka di videotron di jalan. Seru tuh banyak musisi yang dateng. Kiev juga manggung ya?"
"Iya, sama Shea juga."
"Wih, rame banget. Btw, kita pergi jam berapa? Aku jemput apa gimana?"
"Oke, sekitar jam sepuluh? Aku kayaknya sama Kiev sekalian dia pergi GR*."
(*gladiresik)
"Ohhh okaaaay, Ya. Sampai ketemu yaaa."
"Okay, see you, Ganis...."
Kivia meletakkan ponselnya saat sesi teleponnya dengan Ganis berakhir. Tak lama kemudian, bel berbunyi. Kivia pun bergegas.
Kivia memandang monitor dan nampaklah wajah Kiev di sana. Kivia segera membukakan pintu untuk Kiev. Kiev masuk membawa beberapa paper bag di tangan. Kivia segera membantu Kiev membawakan jaket yang tersampir di tangan penuh cowok itu.
Kiev dan Kivia mendudukkan diri di sofa ruang tamu Kivia. Kiev tampak tampan menggunakan sweater rajut pagi ini. Wajahnya tetap terlihat fresh meski baru melalui penerbangan yang cukup lama.
Kiev mengeluarkan dua box makanan yang ia beli dari restoran. Mereka memang brrsepakat untuk sarapan bersama.
Kivia membuka kemasan sumpit dan sendok garpu yang tersedia. "Selamat makan...."
"Selamat makan...."
"Ayah kamu kapan pulang?" tanya Kiev.
"Lusa kayaknya," sahut Kivia. Ayahnya bersama Sean sedang berada di Singapura saat ini.
"Siang ini aku mau jalan sama Ganis,"
"Mau ke mana?"
"Ngegym,"
"Yah, aku nggak bisa ikut."
"Iya, kamu sama Shea kan latihan."
"Have fun ya sama Ganis. Jarang banget kamu hangout begitu."
"Makasih, yaaa. Iya, biasanya di rumah aja soalnya."
"Nanti kapan-kapan kita ngedate yuk, Ya?"
"Ha?" Kivia terbatuk-batuk.
Kiev tertawa sambil mengangsurkan air mineral untuk Kivia. Mereka memang jarang sekali keluar untuk berkencan.
Kivia sendiri bukan tipe social butterfly. Kivia bukan anak yang sering bergaul. Mungkin sedikit tertutup, jadi ia menghabiskan waktu dengan membaca. Dengan Kiev juga paling masak di apartemen atau delivery order. Jarang sekali mereka berkencan di luar. Seringnya mereka keluar bersama karena sedang ada jadwal berdua atau Kiev yang datang menemani Kivia.
Kalau mengalokasikan waktu dengan benar-benar berkencan tanpa bekerja sepertinya jarang sekali. Dulu sewaktu keduanya belum sesibuk sekarang, mereka seringkali jalan-jalan sore mengelilingi kota. Sekarang jadwal mereka kerap bentrok.
"Nanti kita atur jadwal ya? Ada tempat yang pengin kamu datengin? Atau ada yang mau kamu lakuin?"
"Sebenernya aku pengin lakuin sesuatu sih...."
"Hm... apa?"
Kivia mengulum senyum. "Nanti aku bilang, aku maluuu sekarang...."
Kiev tak kuasa mengacak rambut Kivia gemas. "Apa hayo?"
"Nanti, nanti.... Nggak siap bilang sekarang." Tawa Kivia semakin geli.
Kiev mencubit pipi Kivia pelan. "Oke oke, nanti kalau udah siap bilang yaaa."
Kivia mengangguk-angguk kembali menyendok makanannya. Ia tersenyum lebar pada Kiev. Membuat Kiev gemas bukan main.
***
"Aku turun dulu ya," kata Kivia sembari mengambil tas olahraganya yang terletak di jok belakang.
"Semangat latihannya, yaaa."
Kiev mengangguk lalu mengecup pelipis Kivia singkat. "Sampai ketemu nanti malem."
Kivia tersenyum. "Sampai ketemu."
"Nah, itu Ganis," kata Kiev menunjuk Ganis yang juga baru saja turun dari mobil.
"Oke dadah, sayang." Kivia membuka pintu mobil dan menghampiri Ganis.
"Pinjem dulu ya, Kiev!" ujar Ganis merangkul Kivia.
Kiev melambaikan tangan. "Haha iyaaaa. Have fun ya."
"Siap, hati-hati di jalan."
Kiev tersenyum menatap Kivia yang melambaikan tangan. Mobil Kiev pun berlalu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top