empat puluh
Kivia menggigit bibirnya. "Mama ... benar-benar meninggal karena sakit?"
Beberapa waktu berselang dan Kumara tak juga bersuara.
Keheningan berakhir ketika terdengar suara pintu yang diketuk. "Tuan, ada telepon dari Mr. Benedict," ujar Sean.
Kumara mengangguk pada Sean kemudian menepuk pundak Kivia. "Kita lanjutkan nanti, kamu istirahat."
"Hm, Ayah juga," ujar gadis itu.
Kivia pun menuju kamarnya dengan perasaan yang masih tak karuan. Kemudian tertidur setelah menghabiskan waktu dengan membaca hampir setengah buku.
Keesokan harinya, setelah mandi, Kivia yang mengenakan bathrobe menggosok rambutnya menggunakan handuk. Setelah itu, tangan Kivia tergerak menutup bukunya yang masih terbuka dan tergeletak di atas kasur setelah memastikan pembatas bukunya terselip dengan baik.
"Nona Kivia." Suara Bu Mia terdengar disertai dengan ketukan pintu.
"Iyaaa," sahut Kivia sembari membukakan pintu dan mempersilakan Bu Mia memasuki kamarnya.
"Tuan Besar pergi bersama Sean menemui Mr. Bennedict. Mereka sepertinya akan bermain golf," kata Bu Mia.
"Oh ... okay. Aku tidur cukup larut kemarin, jadi kesiangan."
Bu Mia bersin hebat. Hidungnya juga tampak merah. Beliau buru-buru mengeluarkan sapu tangan lalu menutup hidung dan mulutnya.
"Bu Mia, nggak apa-apa?" tanya Kivia cemas dan mendekati Bu Mia.
Bu Mia lantas mencegah dan mengambil langkah mundur. "Jangan, Non. Nanti Nona ketularan."
"Aku antar ke rumah sakit, ya?" tawar Kivia buru-buru.
"Nggak usah, Non. Cuma flu kok ini. Udah minum obat juga. Maaf tadi saya belum sempat masak untuk Nona. Jujur, saya juga kesiangan. Tuan besar tadi makan di bawah bersama Sean. Saya panggilkan room service ya, Nona mau sarapan apa?"
Kivia menarik napas. "Bu Mia nggak perlu khawatirkan itu. Aku bisa masak sendiri kok. Ibu sendiri udah makan?"
"Udah, Non. Saya udah makan. Non, nggak perlu cemas begitu. Saya juga nggak demam kok ini...." Bu Mia merasa, selain bersin dan pilek dirinya memang baik-baik saja.
Kivia tau, Bu Mia tidak akan mau kalau ia yang mengantar. "Tapi harus tetap ke dokter, Bu. Kalau nggak mau aku antar, nanti biar ditemenin Pak Wahyu."
"Baik, Non," sahut Bu Mia tidak bisa menolak lagi.
"Ya udah ibu siap-siap, ya. Nanti habis dari dokter istirahat total. Nggak usah ngapa-ngapain ya? Janji?"
Bu Mia tersenyum. "Iya, Non, Janji...."
"Maaf ya, Bu Mia... Siang nanti harus latihan lagi sama Kiev. Jadi, nggak bisa nemenin Bu Mia di rumah...."
"Saya sehat banget begini, Non. Nggak apa-apa ditinggal. Beneran...."
Kivia meringis sambil menggaruk tengkuknya. "Soalnya Bu Mia jarang sakit, aku jadi panik sendiri."
"Iya, lagi peralihan cuaca gini. Nona juga jaga kesehatan ya. Apalagi jadwal Non lagi padat. Malam nanti lanjut syuting iklan lagi, kan?"
Kivia mengangguk. "Iya, Bu. Doain ya."
"Pasti, Non. Ibu suka banget kalau liat iklan yang ada Nona Kivia."
"Hehe ibu bisa aja."
Tak memakan waktu lama untuk Bu Mia bersiap-siap. Sebelum Bu Mia pergi, Kivia berpesan pada orang kepercayaannya mengantar Bu Mia ke dokter. Kivia kini mengenakan Maxi Dress berwarna putih gading.
"Pak, nanti Bapak urus administrasinya, juga dampingi Bu Mia sampai selesai. Saya titip Bu Mia ke bapak, ya," kata Kivia sambil menyerahkan kartu atmnya.
"Baik, Non," jawab pria itu.
"Lho, Bapaknya udah datang?" tanya Bu Mia sambil menenteng tas tangannya.
Kivia lantas merapikan scarf di leher Bu Mia. Lalu mengancingkan cardigan rajut yang beliau kenakan.
"Non, nggak perlu repot," ujar Bu Mia sungkan.
"Ih, mana ada repot." Kivia tersenyum kecil.
"Hati-hati nyetirnya ya, Pak," pesan Kivia lagi. Ia kemudian berjalan mengantarkan Bu Mia keluar.
"Nah, akhirnya datang." Bu Mia menangkupkan kedua tangannya dengan sudut bibir yang melengkung ke atas ketika melihat kehadiran pria tinggi di depan unit Kivia.
Kivia agak terkejut. "Lho? Kiev?"
"Maaf, saya yang minta Mas Kiev datang, Non. Saya takut kalau Nona sendirian. Nanti nona sama Mas Kiev akan pergi sama-sama kan, siangnya? Mas Kiev juga katanya lagi nggak ada kesibukan," jelas Bu Mia sumringah.
Kivia tersenyum dan mengangguk menenangkan. "Nggak apa-apa, Bu. Makasih banyak lho udah datengin tamu dadakan ini."
Bu Mia mengacungkan jempol kemudian pamit dari sana.
Kivia lalu mempersilakan Kiev masuk. Cowok itu tampak santai dengan kaos bergambar One Piece dan celana pendek warna coklat.
"Kamu udah sarapan?" tanya Kivia.
Kiev menganggukkan kepala. "Udah. Emang kamu belum?"
"Udah, roti selai aja tadi. Kamu mau makan lagi, nggak? Aku masakin."
"Serius?" tanya Kiev.
Kivia menyengir. "Dua rius."
Mereka menuju pantry dan Kiev duduk di salah satu stool yang ada di depan minibar.
"Ayah kamu ke mana?"
"Udah berangkat pagi-pagi main golf," jawab Kivia sembari menyiapkan bahan yang akan ia masak.
"Oh ... Kamu masak apa? Mau aku bantuin?" tawar Kiev.
Kivia langsung menahan saat Kiev akan beranjak dari kursinya. "Eit, nggak usah. Kamu cukup duduk manis aja. Kamu udah biasa masakin aku waktu di mess dulu, sekarang gantian."
"Ya udah kalau gitu...." ujar Kiev mengalah.
Secara aktif, Kivia menyiapkan pisau, talenan juga bolak-balik lemari es mengeluarkan bahan yang ia butuhkan. "Hng, tapi maklum ya, aku belajar masaknya lewat youtube doang, bisanya yang simpel-simpel aja."
"Ya ... kamu masakin aja aku udah seneng banget," kata Kiev tak berhenti senyum-senyum sendiri.
"Nih, ada keripik kentang." Kivia mengulurkan toples besar pada Kiev.
"Nganggur begini aku jadi seksi dokumentasi kamu aja ya?" putus Kiev sembari mengeluarkan ponselnya.
Kivia tergelak di depan wastafel mencuci bahan masakannya. "Ih, malu tau."
Kiev mengambil beberapa foto bahkan ia juga merekam video Kivia yang sedang sibuk mencincang bawang putih, memotong bawang merah, tomat, daun bawang, buncis dan bahan lainnya.
Kiev lantas berceletuk. "Kok kamu kayak lagi syuting iklan ya?"
"Mana ada...." kilah Kivia.
"Asli, tinggal tambahin musik latarnya aja."
Kivia tersenyum saja. Selagi ia memasak, ada-ada saja yang Kiev bahas dan membuatnya tertawa.
Aroma harum tumisan Kivia membuat Kiev menatap ke arah wajan dengan penuh minat.
Kivia meraih kotak bumbu dan menambahkan gula juga garam secukupnya. Ia mencicipi masakannya dengan ujung sendok.
Di kompor samping, Kivia memanaskan minyak dan mulai menggoreng ikan yang telah ia bersihkan sebelumnya.
"Aw," ujar Kivia spontan saat minyak sedikit menciprati tangannya.
Mendengar 'Aw' dengan nada super datar itu malah membuat Kiev yang agak panik, tapi Kivia terlihat tenang saja dan memberikan tatapan tegas agar Kiev untuk duduk diam di tempat dan cipratan minyak seuprit itu bukan hal yang harus dicemaskan.
Setelah semua siap, Kiev lantas memaksa membantu Kivia untuk menata hidangan di atas meja makan. Sementara Kivia kini mengambilkan nasi untuk mereka.
"Segini?" tanya Kivia meletakkan piring Kiev yang sudah berisikan nasi yang masih panas.
Kiev mengangguk. "Makasih ya.... duh, jadi enak."
Kivia terkikik geli. Ia menuangkan air pada gelas tinggi dan kembali mengangsurkannya pada Kiev. "Makan yang banyak ya...."
Mereka pun mulai makan bersama. Kivia sedikit gugup. Apa ikannya matang merata atau malah overcooked?
"Gimana?" tanya Kivia harap-harap cemas.
Kiev terlihat berpikir sembari mengunyah. "Hm...."
"Keasinan ya?" tebak Kivia.
Kiev tersenyum setelah menelan makanannya. "Nggak kok. Pas, enak."
"Masa sih?" tanya Kivia tetap sangsi.
"Tadi kamu cobain gimana?" tanya Kiev balik.
Kivia mengedikkan bahu. "Nggak tau, aku nggak terlalu peka sama rasa. Kecuali asin banget atau hambar banget."
Mendengar jawaban Kivia, Kiev tertawa dan mencubit pelan pipi Kivia. "Enak beneran, Ya...."
"Ceritanya kita lagi brunch gini ya. Sarapan enggak, makan siang juga belum," kata Kiev melihat jam yang baru menunjukkan jam 10.
Kivia tertawa lagi. "Brunch-nya tumis buncis sama ikan goreng. Tapi aku lebih sering kalau masak tuh tumisan, simpel menurutku. Walau lebih simpel order pesan antar sih."
Kiev mengerlingkan matanya. "Mau masak atau order di luar, kalau sama kamu sih ya seneng terus."
Kivia mengerucutkan hidung mancungnya lucu. "Dasar chessy."
Usai makan, Kiev kembali bersikeras untuk mencuci piring. Tak hanya itu, Kiev juga menggosok wajan dan beberapa alat masak yang berada di wastafel cuci piring
Kivia cuma bisa geleng-geleng. Namun, detik berikutnya Kivia mengambil ponselnya dan merekam momen Kiev saat mencuci piring.
"Anak rajin anak rajin...."
Tidak seperti Kivia yang malu-malu, Kiev malah penuh gaya dan menebar senyum penuh pesona walau tangannya dipenuhi busa. Kivia tertawa dan nyaris berteriak saat Kiev mengedipkan sebelah matanya singkat, tapi memiliki damage yang amat besar.
Cowok itu lalu dengan gaya tengilnya menyanyikan sebuah lagu, meski sudah nggak diragukan lagi kalau suara Kiev emang indah dan enak sekali didengar.
Salah satu lagu dari One Direction terpilih untuk Kiev lantunkan dengan begitu merdu saat mencuci piring.
People say we shouldnt be together
We're too young to know about forever
But i say, they dont know what
they talk talk talkin' about
(talk talk talkin' about)
Kiev memencet sabun cuci piring ke spons dan kembali menarikannya ke piring kotor.
Cause this love is only getting stronger
So i dont wanna wait, any longer
I just wanna tell the world
That you're mine girl
Kivia duduk di atas stool bar sambil terus merekam Kiev. Tangannya yang bebas bergerak melambai ke atas layaknya penggemar Kiev atau Kiev Fans Club yang super supportif mendengar Kiev bernyanyi.
Oh! they dont know about the things we do
They dont know about the i love you's
But i bet you if they only knew
They would just be jealous of us
Tubuh Kiev berputar-putar setelah selesai melakukan tugasnya lalu mengeringkan tangan. Mulutnya masih terus bernyanyi dan menghampiri Kivia.
"Ya ampun, ya ampun," seru Kivia heboh saat Kiev mengambil ponsel Kivia dan menyandarkannya pada microwave yang tak jauh dari sana agar masih bisa merekam kebersamaan mereka.
Kiev menarik tangan Kivia dan mereka secara random berdansa dengan iringan lagu yang Kiev nyanyikan.
They dont know about the up all night's
They dont know i've waited all my life
Just to fall in love it feels this right
Baby they dont know about
They dont know about us
Tawa Kiev dan Kivia mewarnai suasana. Apalagi saat kaki Kivia yang tak sengaja menginjak kaki Kiev.
Kivia tau Kiev memang punya sense of humor yang nyambung dengannya. Kiev juga terlihat karismatik saat serius. Kiev yang lemah lembut dan penyayang. Kiev yang juga cheesy.
Tapi Kivia baru menyadari, Kiev juga kadang bisa sangat tengil dan bobrok. Bisa membuat Kivia yang jarang tertawa lepas, bisa tergelak hingga sakit perut dengan berbagai tingkah lakunya.
bersambung
hai! support The Celebrity CEO dengan review kesan kamu waktu baca cerita ini di insta sory instagram kamu yuk. jangan lupa tag @inkinaoktari yaaahh. terimakasih ^^
komen yg banyak plis T.T
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top