duapuluh lima
Sekarang Kiev dan Kivia kembali melakukan take di atas tempat tidur. Namun, kali ini mereka tidak hanya berdua. Tetapi bersama bayi berumur sepuluh bulan yang sudah mulai bisa merangkak. Bayi itu tidur di atas box yang terhubung dengan kasur mereka, tepatnya di samping Kivia. Sedangkan Kivia dan Kiev berbaring di tempat tidur mereka dengan saling memeluk.
Kiev mengatur lengannya agar menjadi bantalan yang nyaman bagi Kivia. Sungguh, jarak mereka sangat minim, bahkan Kiev bisa merasakan hangat napas Kivia di wajahnya. Mereka saling mengobrol dalam posisi stand by menunggu arahan dari sutradara.
Kivia memundurkan kepala ketika berbincang dengan Kiev. Menatap mata itu dalam jarak sedekat ini membuat jantungnya berdebar-debar. Ah, semua scene yang terkait dengan pria di sisinya ini memang membuat jantungnya berfungsi tak wajar. Bagaimana tidak? Saat kata action belum terdengar dan masih mendengarkan arahan sang sutradara pun mereka tetap dalam posisi saling peluk seperti ini.
Awalnya memang gugup, tapi bukan berarti tak nyaman karena Kivia bisa merasakan Kiev benar-benar memperhatikan kenyamanannya. Cowok itu juga gentle dan penuh manner. Bukan hanya kepadanya tapi pada semua kru dan pemain lainnya. Seruan action terdengar, Kiev dan Kivia lantas menjalankan peran mereka sebagai Citra dan Bagas.
Bagas dan Citra tidur begitu pulas meski matahari telah menyingsing. Wajah Citra terbenam di ceruk leher suaminya dengan lengan yang mendekap tubuh Bagas seperti sedang memeluk guling. Sementara Bagas juga lelap sambil menggenggam lengan Citra di dadanya. Kemudian keduanya sama-sama bergerak, Citra dengan satu tangan ke atas bantal dan satu tangan lainnya terkulai begitu saja di atas perut. Juga Bagas yang nyenyak dengan posisi tidur yang lebih rapi dan teratur dibanding istrinya.
Bagas terbangun lebih dulu dan mengecup kening Citra yang melengkungkan senyum samar tapi perlahan kembali tidur. Keduanya begadang karena sang bayi sempat rewel dini hari tadi.
Bagas menatap bayi perempuannya yang berguling ke kanan dan ke kiri. Senyumnya terangkat dan menghampiri bayi bernama Kaia itu untuk dicium. Bagas memeriksa popok Kaia lalu menggendong bayi dengan pipi gembil itu lalu bergerak cekatan mengganti popoknya.
Bagas meletakkan Kaia di tengah-tengah dirinya dan Citra. Citra terbangun dan mengeliat, tersenyum melihat suami dan putri kecilnya yang tengah tertawa. Namun, mata Citra masih begitu berat dan memutuskan untuk terpejam kembali. Meski begitu, ia masih bisa merasakan Bagas merebahkan kepala di atas pinggangnya dan mendengar suara tawa Kaia saat digelitiki sang ayah. Sungguh, paginya yang begitu indah....
Tatkala bangun, Citra langsung datang ke dapur saat indra auditorinya menangkap suara Bagas yang dibuat-buat seperti kekanakan saat bicara dengan Kaia. Citra mendapati suaminya yang sedang menyuapi putri mereka bubur bayi. Citra sedikit membungkukkan badan, mencium pipi Bagas.
"Terimakasih, ayah...."
Bagas tersenyum lebar dan membiarkan Citra mengangkat Kaia dari kursi bayinya sebelum meletakkan gadis kecil itu di pangkuan.
"Aaaaaaaa," ujar Bagas seraya memainkan sendok makan Kaia seperti pesawat terbang.
"Anak pintaaar," puji Citra saat Kaia memakan sarapannya dengan lahap.
Makanan Kaia akhirnya habis tak bersisa. Bagas mengambil kamera dan memotret Kaia yang sedang menggapai-gapai wajah Citra. Kemudian mengatur timer dan meletakkan kamera di atas meja makan. Bagas segera mendekat pada Citra dan Kaia. Merangkul istrinya erat lalu mencium pipi Citra. Atau Bagas yang menggendong Kaia di atas pundak dan Citra tertawa lepas di sampingnya.
Hari ini Bagas bekerja seperti biasanya. Citra merapikan kerah kemeja Bagas dan berjinjit mengecup rahang suaminya. Citra lalu mencium punggung tangan Bagas. Sementara Kaia begitu nyenyak dalam tidur siangnya. Bagas menunduk dan mencium lembut pipi sang putri cukup lama sebelum akhirnya pamit. Citra mengantar Bagas sampai depan dan melambaikan tangannya.
Kening Citra mengernyit kala suaminya yang sudah memasuki mobil kembali keluar dan berjalan cepat menghampirinya. Bagas mendekap Citra kuat seperti tak ingin pergi. Membenamkan wajah di leher jenjang istrinya. Menghirup aroma tubuh istrinya dalam-dalam. Kemudian membingkai wajah istrinya dengan telapak tangannya yang besar. Mendaratkan kecupan di kening, kedua mata, hidung, pipi hingga bibir juga dagu.
Citra terenyuh dengan mata Bagas yang entah kenapa memerah, seperti menahan tangis. Citra bertanya mengapa Bagas terlihat sedih dan hanya dijawab sambil tersenyum kecil bahwa Bagas agak tidak rela meninggalkan anak dan istrinya di rumah. Meski merasa ada yang ganjil, Citra mencoba menenangkan perasaannya. Bukankah suaminya hanya pergi bekerja sebentar seperti biasanya?
"Semangat ayah," kata Citra sembari mengusap-ngusap punggung Bagas. Ia kembali melambaikan tangan.
Sementara Bagas membalas lambaian tangan istrinya dengan perasaan yang tak karuan. Kedua kakinya begitu berat melangkah ke arah mobil. Bagas bahkan berjalan mundur dan pandangannya tak sedikit pun lepas dari wajah Citra.
Saat memasuki mobil wajah Bagas berubah kaku. Setelah lebih dari satu tahun ia berkelit untuk tidak menerima misi berat, hari ini akhirnya datang.
"Hanya Anda yang bisa kami andalkan," ujar seseorang dari alat komunikasi mikro di yang terpasang di telinganya.
Bagas lantas menghantam kuat setiran mobil dengan kepalan jarinya, meluapkan perasaan yang dipendamnya sejak tadi.
***
Kivia dan Kiev berdiam di dalam mobil Bagas yang benar-benar tipe model lama dan mungkin bisa disebut antik. Warnanya kusam dan ada beberapa bagian yang penyok. Kiev tersenyum di sisi kemudi, syuting sudah berakhir sejak tadi tapi mereka memilih untuk diam di mobil. Mendengarkan musik bersama dan mengobrol ringan. Sementara para kru sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Kivia merebahkan kepalanya di atas paha Kiev sambil membaca naskahnya. Adegan selanjutnya cukup sulit, yaitu menangis. Menangis yang benar-benar menangis. Melibatkan banyak air mata dan perasaan sesak yang sungguh. Kivia menghapus air matanya yang meleleh saat membaca situasi Citra dan Bagas. Membayangkan dirinya berada di posisi Citra, sungguh berat apa yang akan wanita itu hadapi ke depannya.
Kiev yang tadi juga sibuk membaca naskahnya sendiri menunduk mendengar isakan Kivia. Cowok itu lantas meletakkan naskahnya ke atas dashboard dan mengusap lembut rambut Kivia.
"Ya...."
"It hurts, Kiev," lirih Kivia.
Kiev mengangguk pelan. "I know."
"I think i cant lose you like this."
"No, aku nggak akan ke mana-mana."
Kivia mengubah posisinya menjadi duduk dan mencoba mengontrol dirinya untuk tidak menangis lebih keras. Pikiran Kivia jadi kalut karena ke depannya adegan Kiev sebagai Bagas benar-benar akan lebih sulit dan penuh adrenalin. Ingin sekali Kivia berkata bahwa jangan sampai Kiev cedera. Ia sangat berharap Kiev dalam keadaan aman dan syuting adegan-adegan yang cukup ekstrem itu berjalan dengan lancar. Kivia hanya menenggelamkan kekhawatirannya di kepala dan memilih untuk berpikir positif. Mempercayai para kru yang tentunya mengutamakan safety untuk para aktor.
"Aku sayang kamu," ujar Kivia sambil menggenggam kedua tangan Kiev, mencari ketenangannya sendiri.
***
Ada banyak kesulitan dalam produksi sebuah film. Hanya untuk scene beberapa menit saja, harus syuting selama berjam-jam. Pernah juga dari pagi ke pagi. Untuk aktor ambisius seperti Kiev, ia juga meminta retake untuk mendapatkan hasil terbaik. Padahal untuk scene-nya sendiri cukup melelahkan.
Bayangkan saja, Kiev harus melakukan adegan fight, melompat dari ketinggian dan cekatan memainkan senjata api. Terdapat banyak jenis senjata api yang digunakan dalam film ini. Untuk para gangster, tim SWAT dan tentunya Kiev sebagai pemeran utama.
Kiev berlatih secara khusus, entah itu dalam mengendarai mobil dengan kecepatan penuh, martial arts juga menggunakan senjata api. Laki-laki itu juga rutin berolahraga untuk tampil maksimal. Makanan yang dikonsumsi Kiev juga diatur sedemikian rupa oleh ahli gizi.
Banyak effort yang harus mereka kerahkan untuk suatu produksi film ini. Bukan hanya para talent, namun juga para kru yang turut andil. Budget yang digunakan dalam sebuah produksi film action itu mencapai puluhan milyar. Setting lokasi, wardrobe dan properti, bahkan mereka juga melibatkan dua crane untuk pengambilan gambar.
Sebisa mungkin, Kiev lebih memilih mengambil adegannya sendiri daripada menggunakan stuntman. Apalagi adegan kejar-kejaran seperti saat ini, ia hanya berdua Dio, sang sutradara yang memegang kamera dan duduk di kursi penumpang samping kemudi. Kiev memacu mobil dalam kecepatan maksimal. Menghindari mobil-mobil yang mengejar di belakang. Wajahnya tetap kaku dan dingin selayaknya karakter Bagas, meski Kiev sendiri gugup setengah mati karena kecepatan mobil yang memicu adrenalinnya. Dio saja beberapa kali meloloskan umpatan dari mulutnya. Namun, secara keseluruhan adegan itu diambil dengan sangat baik.
Begitu keluar dari mobil, Dio lantas bertos-tosan ria dengan Kiev walau setelahnya cowok itu malah batuk-batuk hebat. Kiev menyeka peluhnya lalu tangannya berkacak pinggang, bersandar di badan mobil sembari mengatur napas dan detak jantung yang masih menggila.
"Kita break dulu. Thanks, Kiev." Dio menepuk-nepuk bahu Kiev lalu berlalu untuk istirahat.
Kiev mengangguk dan beristirahat sejenak. Ia ingin menelepon Kivia yang jadwal syutingnya lebih dulu selesai tetapi tidak ingin mengganggu waktu istirahat gadis itu. Sehingga, Kiev hanya bisa membuka galeri, melihat-lihat kembali beberapa foto Kivia yang ia ambil secara candid atau foto mereka berdua saat bersama.
Kiev tersenyum, melihat potret Kivia yang tertawa bersama Bu Maysha. Kivia yang sedang menggendong bayi mungil yang sempat syuting dengan mereka kemarin. Foto selanjutnya ada Kivia yang tampak serius saat mengepang rambut Liora. Kivia yang memasang wajah datar lalu merekahkan senyum ketika melihatnya, Kivia menutup mata dan mengerucutkan hidungnya. Ah, Kiev jadi ingin mencubit hidung Kivia gemas.
Lalu ada foto mereka berdua, dari foto zaman dulu. Foto yang Kiev dapatkan dari grup kelas dan untungnya saat itu foto Kivia bersamanya saat prom night, yang beredar di media sosial tidak begitu jelas. Foto-foto mereka di photo box dulu, juga foto candid mereka di mal yang Kiev ambil dari internet. Lucu juga sih, baru kali ini Kiev mendownload fotonya sendiri di internet, itu juga karena ia bersama Kivia. Meski wajah Kivia juga tak terlalu jelas tapi melihat pemandangan dirinya dengan Kivia bersama dari berbagai sudut membuat Kiev senang.
Oh ya, salah satu yang paling Kiev suka fotonya dengan Kivia saat mereka pertama kali bertemu di Gedung Kesenian Balairung Sari Taman Budaya Banjarmasin sehabis menyaksikan pagelaran Karasminan Banua. Kivia mengenakan pakaian adat, cantik sekali.
Kemudian beberapa foto mereka di berbagai tempat wisata di Banjarmasin, di dalam truk atau saat menghabiskan waktu di mess. Lainnya hanya screenshot-an saat video call. Ya, seperti pasangan LDR pada umumnya. Kiev bersyukur saat melihat foto-foto mereka ketika mulai masa syuting. Ia ingat perkataannya saat meyakinkan Kivia.
"Ya ... we will spend our times together untuk waktu yang lama dan create great memories. Kapan lagi aku bisa lama-lama sama kamu? Sambil kerja pula."
"Yap, we did it, Ya," ujar Kiev pelan sambil mengulas senyumnya yang menawan.
***
Awal-awal yang begitu manis dalam perjalanan kisah Bagas dan Citra. Namun, cahaya kelam mulai merenggut cerita rumah tangga sepasang suami istri itu. Mobil Bagas ditemukan ringsek dan hangus terbakar di lereng jurang yang curam. Beberapa hari tim SAR sudah melakukan pencarian korban, akan tetapi Bagas tak kunjung muncul. Bahkan dalam bentuk telah menjadi raga tak bernyawa pun tidak. Mayat Bagas tidak ditemukan dan orang-orang bilang, amat mustahil bisa selamat dalam situasi mengenaskan seperti itu.
Citra berjalan terseok, membelah kerumunan yang menonton jalannya evakuasi mobil yang telah hancur terbakar itu. Pihak kepolisian setempat memeriksa jejak korban, namun tidak ditemukan apa pun. Lutut Citra sungguh lemah dan mungkin akan ambruk jika Aziza tidak menahannya. Melihat mobil yang setiap hari dikendarai oleh suaminya hangus dan lebur seperti itu begitu menyesakkan batinnya. Citra sampai tidak bisa menangis saat mendapat kabar ini. Ia tidak bisa berkata-kata. Berharap apa yang ia lihat di depan mata saat ini hanyalah bagian dari mimpi terburuknya. Kemudian, saat bangun nanti, Bagas masih ada di sisinya. Semuanya akan baik-baik saja. Suaminya dalam keadaan sehat dan Kaia masih memiliki ayahnya.
Namun, harapan Citra musnah kala melihat foto yang tergantung di dashboard mobil suaminya. Foto keluarga mereka yang bagian bawahnya telah hangus dilahap oleh api. Potret keluarga bahagia miliknya, bahkan Kaia yang saat itu masih 3 bulan tersenyum dengan sangat lebar seperti kedua orang tuanya.
Aziza tidak bisa lagi menahan beban tubuh Citra hingga turut meluruh, memeluk Citra yang tersimpuh di atas batuan tanah yang kasar. Mulai meraung dan berulang kali tersengal karena tangisnya sendiri. Citra memukul-mukul dadanya yang begitu sesak. Aziza ikut menangis dalam diam sembari memeluk bahu Citra erat.
Kivia memejamkan mata, mencoba mengontrol emosinya sendiri. Dio bilang ia melakukan adegan ini dengan sangat bagus. Beberapa kru wanita, tak ketinggalan Tari, sang script writer menitikkan air mata menyaksikan akting Kivia yang benar-benar breath taking. Hati mereka terasa teriris melihat betapa memilukannya Kivia memerankan Citra yang secara tiba-tiba kehilangan suaminya. Padahal, sebelum berangkat, Bagas benar-benar baik-baik saja.
"Ya, you okay?" tanya Early yang tetap mengusap-usap bahu Kivia.
Kivia mengangguk meski dadanya masih terasa sesak. "Thank you, Ly."
"Anytime."
Maya datang untuk memberikan Kivia botol minum, mata Maya juga merah karena turut menangis.
"Mbak, sumpah ini aku nyesek abis. Mbak bagus banget aktingnya. Untung tadi sempat liat Bos Kiev seliweran, kalau nggak, kayaknya aku nggak percaya ini cuman akting."
"Makasih ya, May." Kivia tersenyum tipis. Ia memang tidak melihat Kiev sementara ini karena jadwal mereka yang bentrok. Mendengar perkataan Maya tentang Kiev hatinya jadi tenang sebab pria itu baik-baik saja.
Panjang umur, sosok yang ia pikirkan sejak tadi muncul di kejauhan dan mengacungkan dua jempol ke arahnya. Kivia hanya tertawa kecil memandang Kiev. Di kesibukan mereka masing-masing, semua orang entah sadar atau tidak bahwa ada dua orang yang sedari tadi saling curi-curi pandang walau dari kejauhan.
Bersambung
Bagasnya emang kenapa-napa tapi Kiev nggak kenapa-napa kok, di film kan banyak trik, hehehe. Referensiku untuk kisah Bagas dan Citra ini adalah film-filmnya Iko Uwais, Jackie Chan dan beberapa drama action Korea. Jadi memasuki waktu syuting ini, aku bikin dua plot ya, jadi ada plot Kiev dan Kivia juga plot karakter yang mereka perankan yaitu Bagas dan Citra. Oke, jangan lupa dikomen hihi.
Tiktok : inkinayo
Ig : inkinayo/inkinaoktari
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top