duapuluh
"Nanti gue bantu ngomong ke Kivia ya, Mbak. Tapi apa pun hasilnya nanti, gue harap kalian menghormati keputusan dia."
"Iya, Kiev." Tari mengangguk pelan, sedih membayangkan kalau penolakan yang akan didapatkannya nanti. Ia tak pernah sangat berharap seperti ini. Kivia bukan termasuk orang-orang yang memiliki keinginan masuk dunia entertain. Meski Tari jelas dapat melihat Kivia berpotensi besar untuk memasuki dunia hiburan.
Jujur saja, dari banyaknya artis papan atas dan orang-orang menakjubkan yang Tari temui, Kivia memancarkan aura yang luar biasa mengesankan. Bahkan hanya dalam balutan pakaian sederhana, Kivia tampak begitu elegan. Menyebut Kivia bagai bidadari saja mungkin Tari tidak akan keberatan. Tari jadi teringat akan istilah di manapun permata berada, ia tetap akan menjadi permata.
Fitur wajah Kivia unik dan Indonesia sekali. Terdapat freckless karena sering bersentuhan dengan matahari. Meskipun tidak termasuk dalam beauty standard yang diagungkan yaitu tanpa noda sedikit pun bak porselen. Well, Kivia cantik dengan caranya sendiri. Dan Tari yakin orang-orang yang bertemu Kivia juga dapat melihat apa yang ia lihat.
Tari percaya diri project ini akan membawa keuntungan yang besar. Namun, sekali lagi Kivia bukan orang yang menaruh minat dalam bidang ini atau bagian dari orang-orang yang kebelet pengin jadi artis. Bahkan ada segelintir orang yang nekat membeli suatu peran pada saat casting karena saking inginnya bergelut dalam dunia hiburan. Rawan sekali adanya penipuan oleh oknum yang mengatasnamakan suatu production house. Tari juga pernah mendengar adanya patokan biaya besar hingga puluhan juta untuk mengikuti casting. Padahal proses casting itu tidak dipungut biaya sama sekali.
Sedangkan mereka bukanlah bagian dari oknum jahat seperti itu. Production house yang terlibat dalam film mereka ini begitu established alias mapan. Davidio Gautama sebagai sutradara juga tidak perlu diragukan kredibilitasnya. Tari sendiri juga sangat meyakinkan sebagai novelis maupun script writer. Piala-piala penghargaan di rumahnya adalah bukti nyata.
Orang lain mungkin tidak akan berpikir dua kali untuk menerima tawaran ini. Walau bagaimana pun, Tari akan menghargai keputusan Kivia. Tari hanya berpikir project ini sangat layak kok. Ditambah lagi, genius actor Kiev Bhagaskara telah setuju sebagai pemeran utama pria.
"Woi, berenti bengong, Tar. Kesambet lu, tau rasa." Dio menyentil kening Tari yang sedari tadi menampilkan raut harap-harap cemas.
"Please deh, Yooo." Tari mendengus, menatap Dio kesal.
"Lo berdoa banyak-banyak supaya Kiev bisa ngeyakinin Kivia. Sekarang mending lanjut tidur. Kemarin malam tuh kita kurang tidur banget. Istirahat yang cukup. Lo ambruk, alamat nggak beres project kita."
Tari mencebik. "Iya deh, bawel."
Dio merangkul leher Tari dan menyeretnya keluar kantin. "Siang nanti kita lanjut. Makin terik makin bagus."
"Huft, moga gue nggak lupa bawa sunscreen deh."
***
Kiev dan Kivia duduk di batu besar menghadap banyaknya pepohonan hijau nan jauh di sana.
"Menurut kamu gimana? Apa kamu nggak ada keinginan sama sekali untuk menerima tawaran Mbak Tari?" tanya Kiev hati-hati.
"Kalau pun ada sedikit niat aku untuk menerima tawaran itu. Mungkin alasannya nggak seidealis kamu, Kiev."
Kivia diam sebentar. Kiev mendengarkan dengan pengertian.
"To be honest, i have a big dreams. Dan impian aku itu memerlukan materi yang terlampau banyak," ujar Kivia jujur.
"Aku bisa bantu kamu kalau kamu bersedia, Ya," tawar Kiev tanpa niat meremehkan sama sekali.
Kivia menggeleng sambil tersenyum. "Terimakasih, Kiev. Tapi ini my dreams project. Aku pengin aku yang ngehandle semuanya. Termasuk masalah finansial. Untuk sekarang, you know, gaji aku lumayan. Aku juga nggak mau ditaruh di posisi lain selain menjadi operasional haul truck karena aku benar-benar suka pekerjaan itu. Sementara gaji aku dialokasikan untuk dana pensiun dan asuransi."
Walau Kivia tidak menyebutkan, Kiev tau gadis itu juga aktif dalam kegiatan amal dan kemanusiaan.
Kivia pernah menjadi seseorang yang memiliki barang bahkan seutas jepit rambut dengan harga ratusan juta. Namun, itu dulu. Sekarang, Kivia lebih banyak menggunakan hartanya untuk membantu sesama. That's why, Kivia tidak berpikir memiliki mobil. Bahkan Kivia masih menabung sedikit demi sedikit untuk memiliki properti. Rumah atau apartemen yang akan ia tinggali kelak ketika sudah tidak bekerja lagi. Ia tidak mungkin bekerja selamanya, kan? Kivia juga tidak pernah berpikir untuk mendapatkan pinjaman karena ya ... ia lebih memilih menabung, walau entah sampai kapan.
"Aku nggak mau ngambil pinjaman dan aku sadar my big dreams project itu kalau nanti terwujud pun, pasti akan memakan waktu yang sangat lama."
"Ya, alasan aku juga nggak idealis ... tapi realistis. Awalnya aku masuk di dunia entertain ini juga karena materi. Perusahaan papaku bermasalah dan mama saat itu pure jadi ibu rumah tangga. Ada tawaran agar aku jadi bintang iklan. Kemudian tawaran-tawaran lainnya berdatangan dan itu sangat membantu untuk finansial keluarga kami. Perusahaan Papa juga terbantu. Namun, akhirnya aku menyadari bahwa selain pendapatan yang menyenangkan, pekerjaan ini juga menyenangkan kok," jelas Kiev sembari menepuk pelan punggung tangan Kivia.
"I know. Kamu sangat mencintai bidang ini, Kiev. Amat terlihat."
Kiev membalas senyuman itu dengan mencubit pelan ujung hidung Kivia. "Aku akan menjelaskan beberapa hal kalau kamu join project ini. Supaya kamu bisa lebih mempertimbangkannya."
Kivia mengangguk dan bersiap untuk menyimak.
"Fee-nya ... sangat lebih dari kata lumayan. Production house ternama. Director yang diakui bahkan skala internasional, script writer merangkap author kesayangan pembaca setianya, novel mega best seller, karakter Citra dan Bagas yang sangat diantisipasi bahkan punya fanbase-nya tersendiri and me ... Kiev Bhagaskara...." Kiev menggenggam tangan Kivia. "Yours."
Kivia mengangkat alis seiring lengkung senyumnya yang juga terangkat. Kiev Bhagaskara. Super hot male lead pada film ini adalah kekasihnya.
"Ya ... we will spend our times together untuk waktu yang lama dan create great memories. Kapan lagi aku bisa lama-lama sama kamu? Sambil kerja pula."
Kivia menggumam. "Hm ... interesting."
"Yup, really interesting. Kalau bukan aku yang akan jadi partner kamu dalam film ini, kayaknya aku nggak akan mempromosikan project ini sebegininya." Kiev terkekeh geli.
"Why?" tanya Kivia tertawa.
"Mungkin film ini genre-nya bukan full romance. Tapi Bagas dan Citra adalah suami istri. So, ada beberapa scene yang ... intimate."
"Really?" tanya Kivia yang tidak pernah membayangkan hal itu.
Kiev mengangguk. "Di sisi lain, aku yakin kamu bakalan mengerti dan menganggap ini hal yang profesional jika aku melakukannya dengan aktris lain, tapi alangkah jauh lebih baik dengan seseorang yang connected di hati aku, right?"
"Kieeeev." Kivia ingin mengumpat pada dirinya sendiri. Kenapa ia mengeluarkan suara yang terdengar manja seperti itu.
"Kamu yakin nggak akan jealous?" goda Kiev lagi.
"No," jawab Kivia.
"Nggak yakin apa nggak akan jealous?"
Kivia mengangkat bahu. "Nggak tau."
Kiev hanya tertawa kecil. "Kamu bisa percaya aku."
"Memangnya intimate kayak gimana? Filmnya nanti ada mature content-nya? Aku liat naskahnya ada label 19+." Kivia jadi makin penasaran.
Kiev tergelak. "19+ ya karena ada darah-darahnya. Action-nya sangat nyata. Adegan kekerasannya juga. Nggak mungkin ditunjukkan untuk anak-anak."
"Terus, intimate-nya?"
"Paling jauh deep kiss, Ya. Nggak lebih-lebih kok," ujar Kiev tanpa merasa itu hal yang luar biasa.
Sedangkan Kivia....
Deep kiss... like ... WHAT?!
Pipi Kivia lantas memerah. Jika mengambil peran ini, ia yang akan melakukannya. Jikalau tidak, Kiev akan melakukannya dengan orang lain. Dulu tidak pernah kepikiran sama sekali. Ia mengerti bahwa ini tersangkut dengan professional thing bla bla bla bla. Tapi kok ... membayangkan Kiev bermesraan dengan orang lain.... Ih, ini dia jealous beneran?
"Kamu sering ada scene begitu-begitu sebelumnya?" tanya Kivia mati-matian agar nggak terdengar cemburu.
"Kissing scene? Nggak pernah," jawab Kiev polos.
"Serius?" Kivia agak skeptis. Tatapannya seperti bersuara panjang lebar. Hei, Kiev Bhagaskara. Kamu aktor dalam kurun waktu yang cukup lama. Masa nggak pernah?
"Aku nggak bohong, Ya." Kiev tampak berpikir. "Lips on lips, nggak pernah. Tapi di pipi. di kening. Pernah."
Meski nggak di bibir, hati Kivia kok tetap panas ya?
"Kalau di bibir, nggak nempel. Cuman pakai teknik pengambilan kamera. Terus begini." Kiev meletakkan jempolnya di bibir Kivia dan menciumnya singkat.
Kiev menjauh dan mendapati wajah Kivia yang dihiasi oleh semburat kemerahan. "Ya....?"
Kivia mengerjap-ngerjap. "Kenapa harus dicontohin segala sih?"
Kiev tersenyum agak feeling guilty sambil mengangkat bahu. "Sorry. Spontan."
Kivia berdeham canggung. "Tell me, apa yang akan aku hadapi seandainya ngambil project ini?"
"Hm... kamera ada di mana-mana, jadi pusat perhatian, privacy kamu jadi agak terganggu, fanservice kayak permintaan foto bareng atau tanda-tangan, berurusan dengan temen-temen media termasuk akun gosip, komen netizen dan tentunya ... haters."
"Untuk yang terakhir, aku nggak terlalu peduli dunia maya, so go on."
Kiev menghela napas lega karena Kivia benar-benar tidak menjamah sosial media apalagi menghabiskan waktu untuk membaca komentar yang seringkali bernada nyinyir. Apalagi untuk public figure perempuan.
"Be a public figure, selain dari sisi komersil, pendapat kamu punya kesempatan besar untuk didengar dan koneksi yang amat bagus dari berbagai bidang. Manajer dan bodyguard akan selalu siap untuk bantu kamu, jadi kamu jangan terlalu khawatir. Pokoknya selalu confident sama diri kamu sendiri, be humble dan tentu aja ... i got your back."
"Thank you, Kiev." Rasanya, benar-benar lega dan mengharukan menyadari Kiev yang siap menyokongnya. "Tapi ... gimana tentang acting skill aku? Aku bener-bener 0% tentang ini."
"Selain acting coach, aku selalu bersedia untuk kamu ajak latihan. Kapan pun itu. Proses reading sendiri juga akan makan waktu sebulan penuh dan itu sangat berguna untuk kita mendalami peran, juga membangun chemistry antar pemain. Aku yakin kamu pasti bisa deliver karakter Citra dengan baik ke penonton nantinya."
"Hm ... oke," ujar Kivia akhirnya.
Mata Kiev langsung melebar. Menebak indera pendengarannya benar-benar berfungsi baik atau tidak. "Apa?!"
Kivia tersenyum lebar. "Ya ... oke, i'm in."
"Seriously?!"
Kivia tertawa ringan saat Kiev tiba-tiba bersorak sambil memeluknya erat.
---
Kalau Kiev saja sudah antusias bukan main, seorang Oktarianti Naina pasti akan bereaksi lebih dahsyat. Mungkin penulis itu sudah akan koprol sambil menari riang kalau saja Dio nggak menenangkannya. Sementara rekan kerja Kivia sangat amat mendukung gagasan itu. Pi'i bahkan berkata mengapa tidak sejak dari dulu saja Kivia masuk dalam dunia entertain, yang langsung diamini oleh Pakde Bambang dan Bang Juned.
Alhasil, Kivia diberikan waktu untuk mempelajari naskah sebelum maju casting resmi di depan Bang Renald, sang casting director. Support dari Tari, Dio dan Kiev sudah Kivia kantongi. Juga rekan kerja bahkan dari perusahaan tempat ia bekerja. Namun, mereka lebih berpendapat secara personal. Sedangkan Renald dinilai akan lebih objektif. Apakah Kivia benar-benar punya potensi meski hanya berbekal mau belajar?
Renald, sang casting director telah tiba bersama casting department dan kru lainnya. Sedangkan actor dan aktris yang telah fix untuk terlibat akan menyusul. Kini salah satu titik di area mess sudah disetting sebagai tempat casting. Ada kamera dan lighting yang telah diatur sedemikian rupa.
Selain Kivia, akan ada beberapa extras alias figuran yang akan dicasting di tempat ini. Menghemat budget, untuk mengisi beberapa karakter tambahan pada lokasi ini akan mengincar talent yang tinggal di sekitar Kota Baru atau karyawan yang ada di sini mungkin lebih baik lagi. Mereka hanya muncul beberapa menit untuk keperluan film. Meski begitu, kecocokan karakter sangat dipertimbangkan karena semua yang terlibat dalam film ini nantinya tidak ada yang hanya sekadar lewat, tetapi memberi makna dan kesan yang kuat untuk menghasilkan film yang berkualitas.
Di tempat casting itu, Renald Baskara, sang casting director tampak berdebat dengan Tari. Sementara Dio dan Kiev hanya menyimak argumen keduanya.
"Lo gambling Tar, lo kasih kesempatan untuk pendatang baru itu dan lo nggak mikirin risikonya?! Kita udah punya pemain dengan nama besar dan pengalaman akting mumpuni," semprot Renald.
Tari mengacak rambutnya sampai berantakan. Sesuatu yang dilakukannya ketika menahan emosi. "Lo masalahin gue nggak sreg sama Delisa lagi? Lo nggak ngerti berapa kali gue bilang dia nggak cocok?"
"Tapi dia yang paling mendekati," sahut Renald sengit.
"Ren, lo belum ketemu orang yang gue maksud tapi udah menutup kesempatan. Apa masalah lo sih sebenarnya? Lo lebih pro ke Delisa karena lo ada hati sama dia?"
"Tari!" tegur Dio.
Tari mengibaskan tangannya. Mendengus kesal.
Kiev yang sedari tadi diam memecah keheningan. "Setau gue, lo selalu profesional, Bang. Kalian tau Kivia temen deket gue. Dan gue udah pastikan kalau karakter Citra belum deal sama aktris siapa pun. Gue ngebujuk dia juga karena Tari dan Bang Dio ngerasa dia cocok sebagai Citra."
Renald menghela napas lalu mengangguk. "Sorry, Kiev. Tapi kalian tau yang gue omongin itu bener. Menggunakan aktris pendatang baru dengan segala risikonya. Dramatis banget pula stuntwoman Tari comot jadi female lead. Skill acting-nya bukan cuma pas-pasan tapi nol besar, tanpa pengalaman sama sekali. Wajar kan kalau gue sangsi?"
"Wajar. Tapi gue nggak asal comot. Gue tau dia punya potensi," ujar Tari setenang mungkin.
"Lo bener, gue kekeuh langsung menutup pintu tanpa beri dia kesempatan. Kalian tau gue nggak akan mencampurkan masalah personal gue ke dalam kerjaan. Kalau aktingnya ancur, gue bakalan bilang ancur. Kalau dia ada potensi gue bakal pertimbangkan. Supaya pendapat gue nggak bias, sekalian aja Pak produser jadi juri casting. Toh, ini tokoh sentral yang akan jadi fokus cerita."
"Oke, deal!" sahut Tari bersemangat.
"Maaf-maafan dulu. Gue nggak mau kalian lama-lama slek," ujar Dio sambil menepuk bahu Tari pelan.
"Hm ... maaf gue ngegas," cicit Tari.
Renald mengangguk. "Gue juga."
Para sineas muda itu lalu memeluk satu sama lain. Dio lalu menarik Kiev untuk bergabung membuat Tari tenggelam oleh pelukan tim sekaligus teman-temannya itu.
bersambung
UWOWOOOOOWOOOW
BISAKAH KIVIA MEMBUKTIKAN BAHWA IA PANTASSS UNTUK MENJADI FEMALE LEAD? Uwowoooowowowowowowo
JAN LUPA KOMENS BEBBBB
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top