duabelas

“Kiev, gue nggak menyarankan lo buat pulang cepet deh. Di sini suasananya lagi rame banget. Malam-malam begini aja kantor kita udah nerima banyak telepon dari wartawan.”

Kening Kiev terkernyit. Ia lalu membuka foto yang Esmu kirimkan. Ya ampun, itu adalah fotonya bersama Kivia beberapa menit yang lalu. Paling lama jika diperkirakan tiga puluh menit yang lalu sebelum ia diminta naik ke atas panggung.

"Gue lupa reaksi foto gue sama cewek selalu seheboh ini."

"Iyalah. Lo nggak pernah mau menanggapi rumor-rumor tentang kehidupan asmara lo. Orang-orang pada penasaran lah. Lo deket sama cewek-cewek juga cuma sebatas karena ada project. Lo bahkan pernah dirumorin punya disorientasi seksual," celoteh Esmu panjang lebar.

Kiev berdecak. "Lo tau kan semua itu nggak bener?"

“Iya, gue tau lo kan masih stuck sama cewek misterius yang lo ceritain selalu setengah-setengah. Nah, sekarang gue yang kaget dengan adanya foto itu. Cantik banget woi, mana pakai pakaian adat gitu. Lo juga liatin kayak gitu banget udah kayak foto prewed. Makanya jadi panas nih berita.”

“Ya mana gue tau. Orang cuma ngeliatin. Hm, dan sebenarnya....” Mata Kiev lalu tertuju pada Kivia yang sedang makan telur gulung di kejauhan. Namun, masih terjangkau dalam rentang pandangnya.

“Sebenarnya apaan?”

“Cewek itu adalah sosok yang sama. Cewek sepuluh tahun yang lalu. Dia sosok dibalik proses kreatif gue selama ini.”

“Apa?! Serius lo, Kiev?! Dia dewi inspirasi lo selama ini?!” seru Esmu yang membuat Kiev menjauhkan ponselnya dari telinga.

“Iya. Santai aja kenapa sih? Lo tadi bilang gue nggak usah pulang cepat, kan? Terima kasih banyak, Bapak Esmu.”

Esmu nun jauh di sana terdiam sejenak. Seperti menelaah omongan Kiev kata demi kata.

Astagadragon, sama-sama, Big Boss. Project film lo juga masih butuh waktu. Masalah perusahaan lo tinggal pantau dari jauh. Yang terpenting sekarang perjuangin kisah cinta lo, Kiev. Duh, nggak nyangka gue denger lo sesemangat ini ngomongin cewek. Selamat PDKT yak. Semoga sukses hingga janur kuning melengkung!"

Kiev terkekeh sebelum menutup panggilan dari Esmu. Waktu sudah menunjukkan pukul dini hari. Cowok itu juga tak lupa melayani permintaan foto bersama dari beberapa orang yang masih belum pulang dari acara Karasminan Banua.

Kiev lalu mengejar Kivia bersama teman-temannya. Pi'i yang paling antusias melihat kedatangan Kiev. Kiev memperkenalkan diri sambil menyalimi Pakde Bambang, Mas Paijo, dan juga Pi'i.

“Oh, jadi kamu teman lama Kivia?” tanya Pakde Bambang dengan nada menginterogasi.

“Iya, Pak. Kita ketemu sepuluh tahun yang lalu.”

Pembicaraan berlanjut. Topik yang dibicarakan tak jauh tentang masalah pekerjaan. Dari semua rekan kerja Kivia, Kiev merasa paling cocok dengan Pi'i. Selain karena kepribadian Pi'i yang suka bercanda, Kiev juga banyak membahas tentang alat musik panting yang akan menjadi bagian dalam instrumen musik nusantara yang termuat di album barunya.

Kiev bahkan meminta Pi'i untuk menjadi tutor pribadinya. Selain karena Pi'i adalah pioneer grup Kahada Taduh. Cowok itu juga memiliki skill yang luar biasa dalam memainkan alat musik panting.

“Sayangnya, besok sore kita bakal balik ke tempat kerja, Mas Bro.” Pi'i menjawab dengan raut bersalah.

“Boleh saya ikut ke tempat kerja kalian?” tanya Kiev setelah mengumpulkan segenap keberanian.

“Saya sih oke banget Mas Kiev!” Mata Pi'i berbinar-binar seperti tokoh anime. “Eh, gimana Pakde?” 

Pi'i baru sadar ia harus menanyakan ini kepada Pakde Bambang sebagai tetua di antara geng mereka. Pakde mengusap dagunya yang memiliki janggut tipis. “Hm.... boleh-boleh saja. Tapi kamu harus punya alasan untuk berada di sana. Selain minta ajari Pi'i.”

Jawaban Pakde Bambang membuat Kiev meneguk ludah seketika. Pakde Bambang memang dari tadi begitu memperhatikan interaksinya dengan Kivia. Laki-laki paruh baya itu seperti seorang ayah yang tak merestui anak perempuannya didekati laki-laki mana pun.

“Eh, bukannya ada lowongan di kantin mess? Ibu kantin butuh pegawai tuh.” Jawaban Mas Paijo seolah memberikan pencerahan pada kekalutan hati Kiev.

“Saya bisa melamar kerja di sana? Selain bantu-bantu, saya juga bisa memasak.” Gigi Kiev terderet rapi usai mengutarakan hal itu. Kiev tidak membual, ia pernah mengambil kursus memasak di libur musim panas saat kuliah dulu. 

Kiev menoleh pada Kivia. Apa pun. Apa saja. Kiev akan membuat alasan untuk terus bisa dekat dengan Kivia.

So, chef Kiev Bhagaskara is coming very soon.

***

Pagi-pagi sekali, Kiev sudah siap untuk check out. Kemarin Kiev diajak oleh Pi'i bergabung dengan rekan kerjanya yang lain (Kivia, Pakde Bambang dan Mas Paijo) untuk menyambangi beberapa objek wisata di Banjarmasin. Sebelum sorenya mereka pergi jauh ke tempat kerja.

Kiev mengenakan jam tangannya dengan ponsel yang dijepit di antara telinga dan bahunya. "Iya, Bun. Iyaaa.... Nanti aku bilangin ke Kivia pesan Bunda."

"Oke deh. Jadi, kamu mau ke tempat kerja Kivia? Di Kota Baru?" tanya Dewi penasaran.

"Iya, Bun. Kota Baru. Kira-kira 5-6 jam lah dari Banjarmasin."

"Hm, iya deh Bunda ngerti. Ada yang bakalan betah banget di sana tuuh." Dewi begitu senang meledek putra semata wayangnya.

Kiev tertawa geli. "Yeee, tau aja." 

Dewi juga tak kuasa menahan senyuman, tak menyangka Kiev akan berkata jujur seperti itu. "Terus project film kamu gimana?"

"Masih proses casting untuk pemeran utama wanita sama peran-peran yang lain, Bun."

"Perusahaan kamu?"

"Aku bisa handle dari jauh kok."

"Oke, Pak Bos. Semangat ya di sana. Hati-hati, jaga kesehatan. Bunda tunggu kabar baiknya ya...."

Meski merasa lucu atas harapan Bunda, tak pelak Kiev juga mengamini perkataan Bundanya itu. "Iya, Bun. Bunda juga sehat-sehat ya. Tidur yang cukup."

"Iya, anak Bundaaa."

Usai menelepon Bunda, Kiev memastikan bawaannya sudah siap dan tidak ada lagi yang ketinggalan. Hari ini Kiev tampak santai dengan kaos polo dan celana pendek selutut juga sneakers. Kiev memakai masker dan kacamata hitam. Lalu mengenakan topi baseball di kepalanya.

Setelah selesai dengan urusan check out, tepat saat Kiev keluar dari hotel, ponselnya berbunyi. Dari Kivia. Ya, mereka sempat bertukar nomor ponsel malam itu. Nomor gadis itu memang sudah berubah. Karena nomor lama Kivia telah tidak aktif bertahun-tahun yang lalu.

Kiev juga tak tau alasan mengapa Kivia hilang begitu saja dan memutuskan kontak dengannya. Mungkin nanti Kiev dapat menemukan jawabannya seiring waktu berjalan.

"Hei, Kiev. Arah jam dua." Suara lembut Kivia menyapa pendengaran Kiev. Lantas Kiev menoleh sesuai petunjuk Kivia dan ia langsung tersenyum ketika Kivia melambaikan tangan dari dalam Jeep yang dikendarai oleh Pakde Bambang. 

Kiev tak menyangka Kivia dapat mengenalinya meski dengan topi, masker dan kaca mata hitam. Kiev segera masuk ke dalam mobil. Cowok itu duduk di bagian tengah bersama Kivia dan Mas Paijo. Sedangkan Pi'i bersama Pakde Bambang di depan.

"Ke mana tadi?" Kiev menoleh pada Kivia, memastikan nama tempat tujuan yang diperbincangkan oleh Pakde Bambang dan Pi'i.

Kivia menyimpan buku Madilog karya Tan Malaka ke dalam tasnya lalu mendongak menatap Kiev. "Pantai jodoh."

"Kita mau ke pantai?" tanya Kiev bingung.

Kivia mengulum senyum. "Liat aja nanti."

Matahari masih belum terlalu menampakkan diri. Hampir pukul 6 pagi, mobil Jeep berhenti di objek wisata Pantai Jodoh. Jaraknya cukup dekat dari hotel tempat Kiev menginap.

"Jadi tempat ini namanya Pantai Jodoh tapi sebenarnya bukan pantai?"

Kivia mengangguk. "Iya, disebut pantai mengacu ke tepian dan ini tepian Sungai Martapura. Kalau jodoh...."

"Soalnya banyak orang ketemu jodoh di sini," timpal Pi'i.

"Interesting." Kiev melengkungkan senyuman dan mata Kivia seperti bulan sabit ketika balas tersenyum.

"Nah ini namanya patung Bekantan," jelas Pi'i. Kiev memandangi patung Bekantan, monyet hidung panjang, fauna khas Kalimantan.

Mereka mengambil foto di sana sebagai kenang-kenangan. Kiev berbekal kamera di lehernya tak bisa berhenti memotret objek menarik yang ada di tempat itu. Tentunya, Rembulan Kivianisya yang juga tak luput dari jepretan kameranya. Ah, ya. Ada bulan yang belum kembali ke peraduan menemaninya.



Bersambung

lanjut? komen dulu dooong 😁😁😁😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top