Richard


Kurang sedikit lagi semua rak sudah terpastikan rapi, tetapi sesuatu mengganggu ketenangannya. Jauh di bawah sana. Di halaman belakang Manor yang rimbun nyaris seperti hutan, dia melihat kelebat sosok yang mengganggu ketentraman Estate belakangan ini. Tak terlalu jelas siapa karena hanya terlihat punggung saja, tetapi gerak-gerik dan posturnya, tidak salah lagi.

Saat Butler itu sedang mengira-ngira hal mencurigakan apa yang akan dilakukan olehnya, sosok kedua muncul. Orang yang sudah dikenalinya. Orang yang seharusnya bekerja untuk Estate itu juga.

Beberapa Linen terakhir nyaris dijejalkan ke rak. Seharusnya tetap rapi tetapi dia sudah tak ada waktu untuk mengecek.

Langit memerah. Barisan kecil-kecil awan Cirrus makin memantulkan rona jingga kemerahan, warna musim gugur. Sisa dedaunan kering di tanah yang lalai dibersihkan Tukang Kebun Estate bergemerisik renyah, terinjak oleh sepatu pantofel bagus yang selalu tampak licin disemir. Seperti sengaja mengumumkan kehadiran Butler itu pada Richard yang sedang melangkah santai menuju Warehouse.

"Selamat sore, Mr. Gardener," dia menyapa.

"Oh, Butler, ada apa?" balas Richard yang terpaksa berhenti berjalan dan menoleh. Tak lama kemudian dia menguap.

Gaya yang santai, cenderung seenaknya sendiri. Bahasa yang lebih kasar dari Viper. Penampilan yang jauh dari batas minimal yang diterapkan untuk pegawai Estate. Semua itu ditoleransi karena kerja Richard cukup bagus, nyaris bisa dikatakan rajin dan tekun.

"Belakangan di sekitar sini ramai, ya. Biasanya hanya ada Harold yang sesekali melintas dan Anda ...." Pandangannya sedikit beralih pada area luas yang setengah meranggas setengah menguning karena musim dingin hampir tiba. "Berkat para tamu yang datang tiga hari belakangan ini, bukan begitu, Mr. Gardener?"

Sepasang iris gelapnya kembali menatap lurus kepada lawan bicara.

"Yeah," jawab Richard ogah-ogahan. "Si Detektif itu mengacak-ngacak 'lahan' tadi pagi. Nyaris saja dia menemukan 'pupuk' yang ditanam di sana." Richard kembali menguap.

"Merepotkan sekali. Dia sudah kutegur jika itu maksud kedatanganmu kemari."

"Oh," Butler itu bergumam. "Jadi hanya itu yang Anda lakukan ketika Mr. Whetstone mampir kemari sore tadi?"

"Yaaaah, begitulah. Aku juga sudah menutup kembali galian si detektif. Aku berharap mereka segera pergi, kedatangan mereka mengacau saja. Sok bertanya, mengganggu pekerjaan sekarang menambah pekerjaan." Richard berdecak. "Ada lagi? Aku ingin istirahat."

Akio melangkah, sangat hati-hati.

"Mr. Gardener, apakah Anda hanya bicara tentang itu saja, sama sekali tidak mengatakan hal-hal yang membahayakan kelangsungan Estate ini pada Mr. Whetstone, misalnya?"

Mendengar pertanyaan Kai, Richard terdiam. Dia tampak berpikir, mengingat-ingat. Alisnya berkerut tanpa meninggalkan sikap seenaknya.

"Tidak. Aku tidak bilang apa-apa yang membahayakan keberadaan tempat ini." Dia tersenyum miring. "Lagipula, kalau terjadi sesuatu pada tempat ini, aku juga akan kena, 'kan?"

"Kalau begitu, Anda bisa ceritakan ulang kepada saya ... Apa yang tadi dibicarakan, berdua dengan Detective Whetstone?"

Wajahnya masih ramah ketika bertanya. Namun ada kilau aneh yang memantul di pandangan mata Butler itu.

Richard tampak makin capek mendengar permintaan Kai tapi bagaimana pun juga, Kai adalah junjungannya. Dia tidak memiliki pilihan selain menjawab.

"Seperti biasa, si detektif bertanya tentang kasus orang hilang, yada, yada, yada, dia membawa sesuatu yang kelihatan seperti buku." Richard terlihat berusaha mengingat kembali percakapannya dengan Viper. "Buku itu sepertinya punya Dorothy. Entahlah."

Richard mengangkat bahu. "Aku tidak membukanya dan kau tahu aku tidak bisa membaca. Dia mengira aku tahu ke mana Dorothy pergi, aku jawab yaaaa, kemana pun dia pergi, dia pasti ada di tempat lebih baik. Yeaaah, you know."

Richard memberi gestur menunjuk ke langit.

"Tentu saja aku tidak menunjuk langit." Dia merendahkan suaranya, berbisik, "Yah, hanya kita yang tahu hehehe~"

Mendengar nama lain yang sangat dikenalinya. Nama yang mengundang para tamu datang ke Estate Myrtlegrove. Ekspresi Akio mengendur.

"Ah, Miss Dorothy Herring," ucapnya. Pelan tetapi cukup bisa didengar. "Sungguh sangat disayangkan. Dia anak yang rajin, dan bagus dalam menyelesaikan pekerjaannya."

Kemudian rahangnya mengetat.

"Seandainya saja orang itu ..." Harold Wayne "tidak ...." Memilihnya.

Butler itu mengembalikan perhatiannya pada Richard.

"Mr. Gardener, Anda ... masih tetap berada di pihak Estate Myrtlegrove, pada Master Henry, bukan?"

Richard menyeringai. "Ya, untuk sementara. Semoga saja polisi itu tidak lagi menggangguku. Kau tahu, aku kan hanya tukang kebun tidak berpendidikan yang bisa saja keceplosan berbicara jika terus ditanya. Jadi, Tuan Butler, lebih baik Anda segera mengusir para pendatang menyebalkan itu."

"Mengusir, ya ....?"

Akio menurunkan pandangannya. Berbagai macam suara mulai berbisik dalam kepalanya. Berisik. Sungguh menjengkelkan.

"... Richard, apa kau punya tempat bila keluar dari sini?"

Richard mengangkat bahunya. "Entahlah. Mungkin tidak ada, mungkin ada manor lain yang butuh tukang kebun. Atau mungkin ada tuan lain yang membutuhkan tukang bersih-bersih," lanjut Richard dengan seringai yang makin besar.

"Kamu tahu sendiri aku bisa bekerja banyak hal."

"Begitu," Akio mulai menanggapi dengan ringan. "Sungguh, menyenangkan sekali. Seandainya ... Hal itu benar-benar bisa terjadi. Seberapa besar Anda menginginkannya?" tanyanya dengan intonasi yang berbelok, menjadi tajam.

Perlu satu tarikan napas yang dalam sebelum dia bisa melanjutkan, "Apa, yang akan Anda korbankan untuk mendapatkannya?"

Alis Richard berkerut mendengar pertanyaan Kai. Dia yang terlalu bodoh atau junjungannya ini sedang berbicara teka-teki?

"Hah? Menginginkan apa? Berkorban apa?" tanya sang tukang kebun kebingungan.

Butler itu melangkah lagi. Aneh bagaimana dia bisa memilih pijakannya bisa nyaris tidak menimbulkan suara.

"Tempat lain. Pekerjaan lain. Manor lain ...." Dia berhenti sejenak untuk meneliti gerak-gerik lawan bicaranya. "Majikan lain ... Seberapa besar kau menginginkan itu semua, Richard?"

Richard tetap menyunggingkan senyumnya, tanpa rasa takut pada Kai. Entah dia tidak merasa terintimidasi atau pintar menutupi.

"Tergantung bagaimana kamu memperlakukan orang-orang di sini, Tuan Butler. Kalau memang kamu merasa memperlakukan kami dengan baik, Tuan Butler bisa merasa tenang, atau justru sebaliknya?" balas Richard tanpa perubahan ekspresi. "Kamu merasa telah gagal sehingga bertanya?"

Akio terdiam. Ekspresinya tak berubah, tetapi pandangannya kembali turun.

"Saya tidak tahu."

"Berkali-kali sudah saya tanyakan pada semuanya. Satu-persatu, setiap orang. Berkali-kali berusaha saya perbaiki. Satu-persatu, setiap masalah ..."

Ingatannya berputar mengulang.

Sampah yang pertama, Wilton Green. Tukang Kebun juga, seperti Richard. Dia sudah memeras keuangan Manor dengan ancamannya untuk melapor, pun tidak mengerjakan tugas dengan baik.

Sampah yang kedua, Douglas Curtis. Pencuri tak tahu diri. Pegawai lain melaporkan kelakuannya yang mencuri barang-barang di Annex pada Akio, tetapi ketika dia menawarkan kenaikan gaji atau meminjamkan uang bila membutuhkan lebih banyak dana, anak itu menolak. Mengira masalahnya sudah selesai, Akio memutuskan untuk tak mengejar masalah itu.

Namun sampah satu ini melunjak. Bahkan berani untuk mencuri barang-barang dari Manor. Jika tidak dicegah Harold, Akio sudah menebas lehernya di kala terpergok  mencuri oleh mata kepalanya sendiri.

Sampah yang ketiga, Annette Mullins mengadu-domba sesama pegawai. Menjelek-jelekkan pegawai lain di depan Jane dan menaikkan namanya sendiri. Akio menawarkan rekomendasi kerja di tempat lain padanya bila sebegitu tak menyukai rekan-rekan yang sekarang, tetapi Sampah itu malah memamerkan hubungannya dengan Harold dan menyatakan kebal dari sanksi. Itu bohong tentu saja.

Sampah keempat, Timothy Greer. Mengambil bahan-bahan dapur. Awalnya sedikit, hanya cukup untuk camilannya sendiri. Lama-kelamaan dia berani menjual semua hasil masakannya dan terlalu asyik, hingga teledor memasak untuk Manor. Bahkan nyaris meracuni Master karena salah mengolah bahan.

Sampah kelima, Joanne Glover. Dia rajin dan patuh. Hanya saja ternyata dia diam-diam mencuri surat-surat bisnis Master untuk dijual pada perusahaan pesaing, dengan masuk ke kamarnya untuk mengambil cucian. Sudah membongkar kamarnya pun Akio masih belum menemukan di mana dia menyimpan surat-surat berharga itu.

Ah, Mitford yang menemukan kotak persembunyiannya. Sekarang dia paham mengapa rekan mungil detektif itu tiba-tiba menanyakan hal-hal berkaitan dengan bisnis.

Lalu yang terakhir, Dorothy Herring. Perempuan itu sama sekali bukan sampah. Namun apapun yang ditawarkan Akio padanya untuk berdamai tak pernah diterima. Dorothy malah terlihat semakin ketakutan. Bahkan ketika Harold sudah mengambilnya untuk dijadikan kelinci baru, uluran tangan Akio tetap ditolaknya.

"... Saya tetap tidak paham. Apa yang kurang? Di mana salahnya?"

Kemudian matanya tiba-tiba nyalang, menatap lurus pada Richard.

"Mengapa kalian tak pernah ... bisa ... merasa cukup?"

Richard mengembuskan napas. "Yeah, kamu bertanya pada orang yang salah." Richard terlihat kesal karena tiba-tiba dia merasa disalahkan.

"Aku kan hanya tukang kebun, kalian kasih perintah, aku jalankan."

Seperti tersadar oleh sesuatu, ekspresinya melunak.

"Anda benar. Saya minta maaf."

Kemudian Butler itu tersenyum dan kembali memulai, "Anda ... menuruti perintah, bukan?"

"Kalau begitu, saya beri satu perintah, Mr. Gardener. Apabila prediksi saya benar, akan datang sebuah kekacauan besar. Sudah mulai terjadi dan perlahan akan mencapai puncaknya ... Apabila anda selamat hingga kekacauan ini berakhir, Mr. Gardener, saya minta Anda bawa serta semua pegawai yang lain."

Butler itu mengeluarkan buku catatan kecil dari sakunya. Menuliskan beberapa hal di sana. Lalu kembali memasukkan ke dalam saku.

"Ini, saya simpan dulu. Semoga saja bisa kuserahkan pada yang lain sebelum terlambat."

Lalu dia melirik pada Richard.

"Atau kau bisa ambil dari mayatku saat semua ini berakhir," dia menambahkan.

Kemudian membalikkan badan dan pergi dari situ.


Cerita tambahan ini terjadi di Hari Ketiga para tamu menginap di Manor. Persis setelah Akio selesai mengerjakan tugas Gaela Adeline di Line Room. Namun karena berlangsung di luar waktu yang tersedia untuk para pemain, juga karena menyangkut peran Akio Kai sebagai villain dalam cerita, tidak disertakan dalam rekap sebelum RP berakhir.

Hari ini cerita RP NPC 2023 resmi berakhir. Ijin untuk memunculkan bagian pertemuan rahasia Akio Kai dengan Richard pun turun dari admin.

Terimakasih banyak pada admin NPC2301 yang bersedia mengisi peran sebagai Richard si Tukang Kebun, PhiliaFate. Sampai rela menyempatkan diri di sela-sela kesibukan bahkan rela ikut begadang, walau pada akhirnya kami sama-sama ketiduran dan harus menyelesaikan percakapan di hari berikutnya ^^;

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top