16. Menerimamu Kembali
Isvara pernah bertemu dengan banyak orang, berbagai macam karakter. Ada beberapa orang yang tidak tahu malu, tapi jika harus dibandingkan ... Rafel akan benar-benar menjadi bajingan tanpa urat malu nomor satu.
Isvara bahkan berani bertaruh memotong telinga kanannya kalau uang asuransinya pasti sudah si kampret itu gunakan. Namun untuk menutupinya, kemungkinan dia akan meminjam uang dari teman-temannya.
Menggunakan umpan kecil untuk menangkap ikan yang lebih besar.
Isvara bertanya-tanya, di masa lalu apa yang membuatnya begitu buta sampai dia jatuh cinta pada Rafel? Tergila-gila padanya, begitu mempercayai Rafel bahkan berani menyerahkan uang yang dia kumpulkan susah payah.
Saat mereka berkencan, Isvara lebih sering membayar, dia tidak berpikir itu hal aneh. Split bill. Walau bagaimanapun mereka kencan bukan hanya untuk membuat Isvara bahagia sendiri, dia kasihan kalau Rafel harus mengeluarkan uang setiap kali mereka pergi.
Tapi sekarang memikirkannya agak lucu. Isvara mengeluarkan uang agar Rafel menghemat, kabar buruknya ... pria ini justru menggunakan uang itu untuk berkencan dengan selingkuhannya.
Ironi.
Namun saat Isvara akan menolak, dia tiba-tiba memikirkan sesuatu.
"Kamu ... serius?" Isvara menatap Rafel dengan sorot ragu. Dia membuka mulut, seolah ingin mengatakan sesuatu. "Rafel ... kamu serius?"
Kenapa Isvara tidak pernah memikirkannya?
Dia mungkin akan kesulitan pergi dari pulau ini sendiri, tapi dengan bantuan Rafel dan teman-temannya, dia mungkin bisa melarikan diri? Selain itu, Rafel saat ini pasti akan mengembalikan uangnya, Isvara bisa pura-pura tidak tahu. Begitu mereka kembali ke Ibukota, Isvara akan tinggal sementara di hotel lalu membawa uangnya lari lagi.
Benar!
Isvara hampir tidak bisa menahan senyumnya. Dia sama sekali tidak merasa bersalah karena menipu orang-orang di depannya, walau bagaimanapun mereka adalah orang yang menipunya lebih dulu.
"Tentu aku serius. Kapan aku pernah bohong sama kamu?" Rafel tidak menyangka Isvara akan mempercayainya begitu mudah. Isvara ternyata masih sebodoh biasanya. Sangat lugu dan mudah ditipu.
Jika Isvara tidak membutuhkannya, saat ini dia mungkin sudah meludahi wajah pria di depannya. Dia melihat Rafel yang berlutut di depan kursi roda, menggenggam tangan Isvara. Hampir membuat Isvara menarik tangan dan menamparnya.
"Kamu ... sama Julia beneran nggak ada hubungan apa-apa?" Isvara masih memiliki ekspresi keraguan. Kalau dia langsung setuju begitu mudah, orang-orang ini pasti akan menemukan ada yang aneh.
"Isvara ... gue dan Rafel emang nggak ada hubungan apa pun. Semua orang bisa jadi saksinya." Julia menjawab. Dia tampak merasa bersalah dan tersenyum malu. "waktu Rafel minta bantuan gue, awalnya gue juga nggak mau. Tapi buktinya terlalu kuat. Sekarang ... kita tahu kalo foto-foto itu editan. Rafel bener-bener ngerasa bersalah. Dia mau menyelesaikan kesalahpahaman di antara kalian berdua."
"Isvara, kami jadi saksinya."
"Hubungan Rafel dan Julia cuma temen."
"Mereka nggak ada hubungan apa pun."
"Selama ini bahkan walau mikir lo selingkuh, Rafel masih terus kepikiran soal lo setiap waktu."
Satu demi satu mulai bersuara. Isvara tersenyum sedih. Dia menatap Rafel dan berbisik, "Kamu bisa tanya sama aku, kenapa kamu justru pilih diam dan langsung pergi?"
Rafel hampir berteriak kegirangan. Julia juga berusaha keras menjaga sudut bibirnya agar tidak mengukir seringaian lebar.
Keledai bahkan tidak jatuh ke dalam lubang yang sama.
Isvara ini ... dia sangat tolol. Dia benar-benar lebih bodoh dari seekor keledai.
Julia sempat mengira setidaknya membutuhkan beberapa hari untuk meyakinkan Isvara, dia tidak menyangka semuanya akan diselesaikan secepat ini.
Julia sudah memikirkan apa yang akan dia lakukan jika semua kekayaan Isvara akhirnya jatuh ke tangan mereka. Dia bisa membeli rumah mewah, sebuah vila, mobil porsche, berlian dan semua barang branded lainnya.
Seolah semua hal itu sudah jatuh ke dalam genggaman tangannya, mata Julia beralih ke arloji yang melingkar di tangan kiri Isvara. Pupilnya menyusut.
Itu ...,
Royal Oak Selfwinding Chronograph amethyst!
Jam itu memiliki material pink gold 18 karat. Bezelnya memiliki batu ametis yang dipotong baguette. Batu itu ditata rapi dan memiliki nuansa warna ungu, senada dengan warna dial-nya.
Beberapa kali Julia melihatnya di dalam majalah mode. Harganya ... berapa harganya? Kalau Julia tidak salah ingat, itu sekitar 5,5 M lebih.
Julia sangat iri. Dia yakin kalau jam tangan Isvara itu ori. Mengingat kekayaan kakeknya, mustahil Isvara menggunakan barang branded palsu.
Julia mungkin tidak sadar dengan sorot iri, benci, dan muaknya disadari oleh Isvara.
Isvara tahu ke mana fokus Julia. Namun dia pura-pura tidak menyadarinya. Julia ini ... di permukaan dia terlihat baik dan bersahabat. Tapi dia bahkan tidak ragu untuk menjadi selingkuhan seorang pria. Dia masih merasa dengki pada kekasih resmi dari pria itu sendiri.
Sebodoh apa dirinya di masa lalu sampai tidak bisa melihat apa-apa?
Benar saja, wanita yang jatuh cinta cenderung kehilangan setengah dari akal sehatnya.
"Oke." Isvara akhirnya mengangguk. Jawabannya membuat semua orang menghela napas lega. "tapi kalo kamu mengulanginya, aku nggak akan pernah memaafkan kamu, Rafel. Ini kesempatan terakhir."
"Makasih, Isvara. Makasih!" Rafel langsung menubruk dan memeluknya. Isvara kaku beberapa detik, lalu dia balas memeluk pria itu enggan. Dia benar-benar tidak mau, tapi kalau dia tidak melakukannya, Rafel mungkin akan merasakan ada yang salah.
Karena pria ini begitu sombong dan jemawa, biarkan dia tenggelam dalam euforia. Isvara lebih suka berpura-pura bodoh agar bisa hidup, daripada menjadi pintar dan kehilangan nyawa.
Dia hanya ingin pergi dari pulau ini.
Tapi, Isvara merasa dia melupakan sesuatu.
Sesuatu yang sangat penting.
Apa?
***
Suami iblisnya!
Isvara merasa dia sangat bodoh karena melupakan hal sepenting ini.
Iblis itu selalu mengintainya, menganggap Isvara sebagai pengantinnya yang sah. Hanya karena Isvara ingin pergi, bukan berarti dia benar-benar bisa pergi.
Isvara menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, dia berbaring di tempat tidur dan tidak berani bergerak. Mendengar tawa merdu seorang 'pria' yang saat ini menindih tubuhnya.
"Isvara ... kamu tukang selingkuh." pria itu berbisik lembut. Tangannya menyusup masuk, mengusap perut Isvara, menembus selimut merayap ke punggungnya. "kamu bikin suami kamu sedih."
"Padahal kita pasangan suami istri." ada helaan napas tanpa daya. Suara itu semakin berat dan muram, "tapi kamu justru melakukan hal lovey dovey sama pria lain."
Iblis ini bahkan tahu kata 'lovey dovey'?
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Kamu buat aku patah hati."
"Isvara ... kamu tahu tukang selingkuh itu akhirnya pasti akan dibunuh?"
Isvara tetap tidak bergerak. Dia tidak merespons. Namun tubuhnya yang di bawah selimut masih gemetar, punggungnya berkeringat dingin. Jantung Isvara berdegup erat, saat tangan cabul iblis naik ke belakang lehernya, Isvara kaku.
"Isvara ...,"
Isvara mulai sesak napas. Ada bobot berat yang menindihnya, cekikan di lehernya menguat. Wanita itu mencoba menahan diri, mengepalkan kedua tangan, jangan sampai selimutnya turun. Jangan sampai dia melihat penampilan aslinya.
Isvara takut ... selama dia melihat wujudnya, dia tidak akan punya jalan kembali lagi.
Dia tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri lagi.
"Tukang selingkuh ..." bisikan itu terdengar semakin jelas, ada embusan napas dingin yang meniup cuping telinga Isvara. "bener-bener harus dibunuh."
Bahaya!
Isvara akan bangkit dan melarikan diri, tapi cengkeraman di lehernya semakin kuat. Isvara tercekik, sebelum dia menyadari apa yang terjadi, cekikan itu mematahkan lehernya.
***
Jikininki : Isvara tukang selingkuh, jadi aku patahin lehernya dikit. Slebew~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top