BAB 36 - Say Sorry

Haloo kemarin aku nulis panjang, tapi kupotong jadi dua. Sekarang bisa update deh 😂😂😂

Mohon maaf belum sempat bales komentar2 nanti aku balesin yaa  sekalian komemtar yg part ini😉😉 keram-keram dah jari 😂😂

Follow ig @indahmuladiatin

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😘

🍬🍬🍬

Caramel bertopang dagu sambil menatap pemandangan di luar kamarnya. Meski tertutupi kaca, tapi itu tidak mengganggu pandangan. Di luar cuaca sedang bagus, jadi bintang juga tidak malu untuk muncul menghiasi langit malam Jakarta. Tidak terlalu banyak seperti di puncak.

Dia kembali ingat saat tadi berpapasan dengan Bara. Apa cowok itu marah. Daritadi tidak ada pesan masuk dari Bara. Yah Bara memang jarang memberi kabar, tapi harusnya kalau memang penasaran, cowok itu bertanya dong meski hanya lewat pesan. Ahh itu cuma harapan, jangan-jangan Bara justru tidak terlalu peduli sekarang.

Ini sudah jam sebelas malam. Ayah dan bunda pulang malam dan langsung beristirahat. Bella juga sudah tidur malang melintang di ranjang. Suasana jadi makin sepi sekarang.

Caramel menatap ponselnya. Notifikasi muncul hanya karena ada chat dari beberapa grup. "Ck bener-bener!" Buru-buru dia mencari kontak Defan. Pasti cowok itu belum tidur.

"Halo Defan," sapa Caramel.

"Yoo kenapa Ra?" tanya Defan.

Caramel diam sebentar, kepalanya menggeleng. Ngapain dia mencari Bara. "Oh haha nggak, gue mau ngasih kabar kalau Bang Arkan masuk rumah sakit."

"Hemm iya gue udah tau dari si Ken, gue kira lo mau nyari dia," kata Defan.

"Haha nggak lah, ngapain gue nyari dia?"  Caramel melipat ujung bukunya sambil berpikir. "Emm Fan, Bara ada sama lo?"

"Yahh haha katanya nggak nyariin?" tanya Defan dengan geli. "Iya dari pagi kita kumpul di rumah Gita. Sekarang Gita udah bisa balik ke rumahnya. Kenapa Ra?"

Caramel menghela nafas panjang. Pantas cowok itu lupa padanya. "Oh, sekarang masih di rumah Kak Gita?"

"Masih, tapi Ken lagi tidur. Mau gue bangunin?"

"Nggak usah," jawab Caramel. "Dia lagi ada masalah?"

Tidak ada jawaban di seberang sana. Mungkin Defan sedang ngobrol dengam yang lain. Tapi tidaka ada suara ngobrol. "Tanya sama Ken langsung aja Ra, gue nggak berhak ngasih tau."

Selalu begitu, semua tahu masalah Bara tapi dia tidak. Caramel meremas kertas yang barusan dia robek dari bukunya. "Oke, thanks Fan."

Caramel menenggelamkan wajahnya di celah buku. Dia mau berteriak karena kesal, tapi takut membuat kaget orang-orang. Nanti dia dikira kesurupan. Menempel pada meja, membuat matanya perlahan memberat dan akhirnya tertidur dengan rasa kesal yang belum mereda.

Esoknya, Caramel tidak bisa sekolah. Kakinya masih sakit dan susah untuk berjalan. Bella juga ikut bolos karena menemani Caramel. Alasan, padahal Bella memang malas masuk karena kegiatan yang tidak penting. Untung yang minta izin adalah bundanya Caramel. Kalau ibunya sendiri sih mana mau.

Di dapur, Meri dan salah satu pekerja sudah sibuk memasak. Caramel dan Bella memilih duduk di pantri sambil menunggu makanan siap. Mereka tidak bergabung untuk sarapan tadi pagi.

"Enaknya kita ngapain yaa?" gumam Bella.

"Gue mau tidur aja deh," jawab Caramel. Badannya sakit semua karena semalaman tertidur di meja belajar.

"Non Kara kenapa? lagi kesel ya?" tanya Meri.

Caramel menggelengkan kepala. "Nggak, badan Kara sakit-sakit Mbak."

"Mau dipijit?" tanya Meri.

"Bisa?"

Meri tersenyum bangga. "Iya bisa dong, dari dulu Bundanya Non juga saya yang mijit kalau lagi capek."

Jadilah hari ini Caramel dipijit oleh Meri. Di kamarnya, dia berbaring sambil memejamkan mata. Pijatannya lumayan enak apalagi untuk kondisi badannya sekarang. Di samping Caramel, Bella cuma membolak-balikan komik milik sahabatnya itu.

"Kakinya kenapa Non sampe lebam-lebam gitu?"

"Jatoh Bi," jawab Caramel asal. Dia cuma malas kalau nanti ditanya-tanya lagi.

Karena terlalu asik dipijat, Caramel jatuh tertidur. Semalam tidurnya memang kurang. Sekarang dia ingin tidur saja seharian agar tidak memikirkan apa-apa.

Lama dia tertidur, sampai Bella membangunkannya. Caramel membuka mata dengan terpaksa. "Jam berapa?"

"Udah jam dua, makan siang dulu sono! gue udah makan tadi," kata Bella.

Caramel berdecak kesal, kepalanya agak pusing sekarang. Dia beranjak dari kasur dan mengambil kunciran. Rambut mengganggu pandangannya yang masih buram.

"Lo nggak ganti baju?" tanya Bella.

"Nggak lah, ngapain?" tanya Caramel. Dia memang hanya menggunakan tank top hitam dan celana pendek karena tadi kamarnya sangat gerah meski pendingin ruangan sudah menyala.

"Tapi di baw-"

Dengan mata setengah terpejam dia menuruni tangga menuju dapur. Tadi Bella bicara apa yaa, dia belum sempat dengar. Perutnya sudah berdemo. Cacing-cacing sedang asik melakukan konser seperti sedang menggalang dana agar mendapatkan asupan nutrisi.

"Mbak Meri??" panggilnya. "Pada kemana sih!"

Caramel meraba lemari tempat menyimpan kotak susu cokelatnya. Matanya masih belum sanggup untuk benar-benar terbuka. "Mbak Meri, Kara laper," rengeknya.

Kakinya tersandung dan hampir jatuh sampai pinggangnya dirangkul seseorang. Mata Caramel langsung terbuka lebar. "Astaga! untung nggak jatoh." Kalau jatuh kepalanya bisa terbentur meja pantri.

"Starla! bisa nggak mata lo dipake!" bentak Bara.

Caramel membuka mulutnya, dia langsung berbalik. "Bara?"

Bara mengalihkan pandangan dengan wajah memerah. "Ganti baju dulu sana!"

"Kenapa?" tanya Caramel. "Lagian lo dari kapan di sini?"

"Makanya lo pake mata!" jawab Bara. "Udah nggak usah banyak nanya! sana ganti baju!"

Caramel berdecak kesal dan langsung berlari menaiki tangga.

"Nggak usah lari!" kata Bara.

Caramel menghentikan larinya dan berjalan menaiki tangga. Dia langsung ganti baju sambil terus merutuki cowok itu. Baru datang sudah nyuruh-nyuruh. Dia juga mau saja disuruh-suruh.

"Ngapa lo?" tanya Bella.

"Di bawah ada Bara!" kata Caramel.

Bella memutar bolamatanya. "Kan tadi gue mau ngomong. Ehh lo kabur!"

"Ck nyebelin. Udah dateng-dateng langsung nyuruh gue ganti baju! emang kenapa sih?" tanya Caramel.

"Bagus dong, berarti dia nggak niat macem-macem," jawab Bella santai.

Caramel mengerutkan keningnya. Dia kembali berdecak kesal dan langsung keluar dari kamar untuk menemui cowok itu. Untuk apa yaa Bara datang. Kemarin tidak ada kabar sama sekali.

"Ngapain ke sini?" tanya Caramel.

"Kata Bayu lo sakit," jawab Bara.

Caramel duduk di samping Bara dan menggelengkan kepalanya. "Nggak, gue cuma susah jalan."

"Kenapa harus dia yang gendong lo?" tanya Bara lagi.

Caramel menyipit kesal. "Terus siapa lagi? Bang Rafan nggak masuk nemenin Bang Arkan. Lo? lo aja lupa sama gue. Bayu ada pas gue ke UKS, dia nawarin bantuan yaa gue terima lah."

Bara terdiam dan menyandarkan badannya di sofa. Dia tahu kalau kemarin memang dia harus sibuk mengurus kepulangan Gita. Ditambah ada beberapa urusan. Dan saat datang ke sekolah yang dilihat justru Caramel dengan Bayu.

"Maaf," kata Bara.

"Ck gue mau makan dulu, laper," kata Caramel sambil pergi ke dapur.

Caramel terpaksa membuat susu cokelat sendiri karena sepertinya para pekerja di rumah ini sedang sibuk entah dimana. Bara menyusul ke dapur dan duduk di pantri sambil bertopang dagu melihat kesibukan cewek yang sedang kelaparan ini.

Makanannya sudah disiapkan di piring. Jadi Caramel langsung bisa makan ditemani dengan susu cokelatnya. Karena Bara ada di pantri jadi dia pun makan di pantri.

"Lo masih marah?" tanya Bara.

"Nggak," jawab Caramel singkat. "Kalau mau makan ambil aja sendiri."

"Gue udah makan," jawab Bara.

"Ohh sama Kak Gita?" tanya Caramel.

Bara tersenyum geli dan menggelengkan kepala. "Sama Tio di kantin sekolah."

Caramel lanjut makan, sebenarnya dia tidak nyaman dilihat begitu apalagi ini Bara. Wajahnya memanas tapi dia masih berusaha untuk makan dengan santai. "Gue colok mata lo kalau masih liatin gue terus!"

"Sadis," kekeh Bara.

Caramel meletakan piringnya yang isinya sudah kandas. Dia meminum susu cokelat yang dibuat sendiri. "Ihh nggak manis!" ringisnya. Padahal susu cokelat buatan yang lain pasti enak.

"Lo mau langsung balik?" tanya Caramel.

"Ngusir?" tanya Bara.

Caramel menggeleng cepat. "Nggak, nanya doang. Siapa tau lo mau ke tempat Kak Gita."

"Nggak, gue di sini sampe Rafan pulang," jawab Bara.

Sebenarnya Caramel senang, saking senangnya dia ingin meloncat-loncat. Tapi, karena gengsi jadi dia masih bersikap seperti biasa. Mereka memilih untuk nonton film di ruang santai. Kalau diingat-ingat, dia tidak pernah pergi nonton bareng dengan Bara. Ke mall juga tidak pernah. Bara memang lebih banyak menghabiskan waktu untuk kerja.

"Film apaan nih?" tanya Bara.

"Horor! jangan takut ya," ledek Caramel.

"Cih, sana ngomong sama kaca!" jawab Bara.

Caramel terkekeh geli dan menyalakan filmnya. Ahh kemarahannya memang payah. Dia duduk di samping Bara sambil menyilangkan kaki. Beberapa makanan sudah siap di dekatnya. "Oh iya si Umbel ada di atas, pinjem hp lo dong."

Bara menyerahkan ponselnya ke Caramel dan kembali fokus pada layar televisi di depannya. Dia lupa kapan terakhir kali nonton film. Waktu luangnya minim.

"Halo mbel, ke bawah sini! gue lagi nonton film sama Bara," sapa Caramel.

"Ogah ah, ntar gue jadi obat nyamuk! gue lagi seru baca novel nih udah yaa bye!" jawab Bella langsung.

Caramel mendengus geli. "Nggak mau diajak ke sini."

Caramel dan Bara sama-sama fokus menonton. Tidak, Caramel tidak fokus. Sesekali dia melirik Bara yang sepertinya sangat serius melihat televisi. "Lo ngapain tadi ke sekolah?"

Bara tidak menjawab, cowok itu justru fokus pada film itu sampai mengerutkan kening.

Caramel cemberut kesal. "Baraaa!"

"Ehh ya apa? lo ngomong apa?"

"Huhh nggak jadi," jawab Caramel.

Bara tersenyum kecil dan mengubah duduknya agar menghadap Caramel. "Maaf, tadi gue fokus sama filmnya. Lo ngomong apa?"

"Lo ngapain ke sekolah tadi?" Ulang Caramel dengan sabar. Harus sabar, karena dia juga lelah marah-marah.

Bara diam sambil tersenyum kecil. Dia tidak mungkin bilang kalau ke sekolah cuma untuk menghajar Bayu karena kemarin menggendong Caramel. Caramel bisa ngamuk lagi nanti. Sebenarnya tangannya sudah gemas sejak kemarin, jadi dia menahan diri untuk menghajar cowok itu.

"Ada tugas," jawabnya bohong.

"Ohhh."

Bara gemas dan menarik Caramel agar bersandar padanya. "Kemaren lo ngobrol apa aja sama Bayu?"

"Banyak, dia minta maaf soalnya udah nuduh lo pas si Beni itu nyerang. Terus abis itu yaudah kita ngobrolin apa aja," jawab Caramel jujur. Dia menyipit curiga. "Lo jealous yaa?"

Bara mendengus kesal dan menyandarkan dagunya pada bahu Caramel. "Awas ntar lo baper."

"Emm gimana rasanya jealous?" tanya Caramel. "Itu yang gue rasain kalau lo lagi sama Kak Gita," lanjutnya sambil menggenggam tangan cowok itu.

Bara diam mendengarkan keluhan Caramel. Dia sadar kalau sudah keterlaluan, tapi sekarang kondisi Gita juga tidak bisa diabaikan. Semua sedang fokus pada Gita. Bukan hanya dia saja.

"Tenang aja, gue sama Bayu cuma temen sekarang," ucap Caramel.

"Lo nganggep gitu, tapi Bayu?" tanya Bara.

Caramel tertawa geli. "Yaa biarin aja, urusan dia. Ehh lo nggak nyium bau minyak pijet?"

"Kecium, lo kan? pantes daritadi gue kayak deket sama nenek-nenek," jawab Bara asal. Caramel langsung menghadiahi Bara pukulan di tangan.

"Gue abis dipijet sama Mbak Meri," cerita Caramel.

"Masih sakit?"

"Nggak sih." Caramel menceritakan kegiatannya kemarin di sekolah. Termasuk saat Raya menolongnya keluar dari lapangan. "Dia kesambet?"

"Sembarangan, setiap orang bisa berubah."

Film di hadapan mereka jadi kehilangan fungsi, karena dua orang ini justru asik ngobrol tanpa memperdulikan teriakan histeris para  pemain yang sedang di kejar hantu. Caramel masih bersandar pada Bara, sambil bermain game di ponsel cowok itu. Sedangkan Bara, dia hanya ikut melihat game itu.

"Sebenernya Kak Gita itu kenapa sih?" tanya Caramel setelah bosan bermain game.

Bara diam memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan. Untuk sekarang sepertinya kondisi Gita harus dirahasiakan khususnya dari Caramel yang memang sedang kesal-kesalnya pada Gita. Hanya untuk menghindari perubahan mood Caramel lagi.

"Nggak, dia baik-baik aja. Sekarang dia udah balik ke rumah," jawab Bara.

Caramel menghela nafas lega. "Bagus deh, gue kira ada apa-apa. Abis lo aneh banget kemaren."

"Aneh gimana?" tanya Bara bingung.

Caramel menoleh sedikit agar bisa melihat wajah Bara. Cowok ini benar-benar lupa atau memang sedang meledeknya. "Lo lupa? lo bilang kalau lo ngejauh, gue bakal gimana."

Bara kelihatan kaget. Dia benar-benar lupa kalau bicara begitu. Mungkin kemarin karena pikirannya sedang sangat kacau jadi dia linglung dan tidak sadar bicara yang aneh-aneh. Untung tidak sampai bicara kondisi Gita.

"Jangan-jangan pas kemaren lo kesambet? Makanya nggak nyadar?"

Bara terkekeh geli dan mengangkat bahu. "Siapa tau sekarang yang meluk lo juga hantu."

"Baraaa!!" omel Caramel.

🍬🍬🍬

Rafan pulang dengan wajah ngantuk. Mungkin karena kerjaannya cuma duduk menunggu di rumah sakit. Dia duduk di dekat kaki Caramel.

"Bang Rafan udah makan?"

"Udah," jawab Rafan sambil melepas sepatunya. "Abang ke kamar dulu. Mau mandi."

"Ehh sekalian ajak turun Umbel yaa Bang? Dia tadi nggak mau ke sini katanya takut jadi obat nyamuk," jawab Caramel.

Rafan memutar bola mata, jengah. Jelas siapa yang betah kalau ada di dekat pasangan yang sedang pacaran. Dia juga malas. "Iya."

"Bang Rafan udah pulang, berarti lo pulang juga?"

Bara berpikir sebentar, yang lain pasti sudah ada di rumah Gita. Kemarin juga dia sudah seharian di sana. Mungkin kalau hari ini dia di sini, itu bukan masalah. Dia masih merasa bersalah pada Caramel.

"Gue balik nanti," bisik Bara.

Caramel tersenyum senang. "Oke! ayo kita nonton film!"

"Tadi gue nonton lo ganggu," kata Bara dengan ekspresi geli.

Caramel beranjak ke samping agar bisa menghadap Bara. "Abis lo serius banget, lagian lo masa mikir? itu kan film hantu."

"Emm? filmnya aneh, nggak masuk akal," jawab Bara dengan polos.

Kali ini Caramel dan Bara benar-benar serius nonton film. Masih dengan genre horor, tapi ini film horor lama yang katanya seram. Caramel menutupi wajahnya dengan bantal, sesekali dia mengintip saat setan muncul.

Bella menuruni tangga dan langsung menyusul Caramel. "Wahhh asik nih! gue juga belom sempet nonton." Dia duduk di samping Caramel dan ikut mengambil bantal.

Rafan juga menyusul dengan pakaian rumahan yang terlihat santai. Wajahnya kelihatan lebih segar sekarang. "Ngapain ni anak dua nutup muka?"

"Nggak tau, gue bingung mana hantunya," jawab Bara dengan ekspresi seperti sedang berpikir.

Rafan memilih duduk di atas karpet dan membaca-baca majalah otomotif. Dia sudah pernah nonton film ini, dan menurutnya tidak ada yang menakutkan. Dia selalu berpikir, hantu itu hanya orang yang sengaja di make up menjadi jelek.

"Huaaaa!!" teriak Caramel dan Bella dengan kompak saat hantunya muncul mendadak.

Bara dan Rafan sampai kaget karena teriakan itu. Padahal hantunya tidak seram, tapi dua orang ini sangat heboh. Film ini kalah mengagetkan daripada teriakan Caramel dan Bella.

Setelah film selesai Caramel langsung pergi ke kamarnya untuk mandi. Bella juga ikut di kamar. Masih nuansa takut karena film tadi.

"Udah baikan sama Kak Bara?" tanya Bella setelah Caramel selesai mandi.

"Hemm, lo tau kan gue nggak bisa marah lama-lama," jawab Caramel.

Bella terkekeh geli dan langsung mandi sebelum waktunya makan malam. Sepertinya malam ini dia akan menginap lagi. Nanti biar bang Dirga yang membawakan pakaiannya.

Makan malam ini mereka hanya berempat. Sepertinya ayah dan bunda pulang malam lagi. Raka juga beberapa hari ini menginap di rumah opa.

"Bang Arkan kapan boleh pulang?" tanya Caramel.

"Lusa," jawab Rafan.

Caramel tersenyum senang. "Bagus deh." Dia mengerutkan kening melihat Rafan yang sepertinya sedang banyak pikiran. Perasaan tadi saat pulang masih seperti biasa.

Bara pulang setelah makan malam. Caramel mengantarkan cowok itu sampai depan. "Besok lo sekolah?"

"Nggak, gue sama Defan ke tempat Gita. Lo nggak apa-apa kan?"

Caramel menghela nafas panjang. Setidaknya cowok ini bilang padanya. "Oke nggak apa-apa."

"Besok gue jemput," kata Bara.

Caramel menggeleng cepat sampai meringis kecil. Sebenarnya ada ide untuk pergi ke tempat Gita, karena dia penasaran. Pasti ada yang disembunyikan lagi.

"Kenapa?"

"Gue mau mampir ke kantor Ayah sama Umbel," jawab Caramel.

"Ohh oke, yaudah gue balik."

Caramel tersenyum dan menganggukan kepala. "Nggak usah ngebut, rumah lo nggak bakal ilang."

Bara cuma mendengus geli dan memakai helmnya. Dia mengangkat tangan sebelum menjalankan motornya. Besok dia akan di rumah seharian menemani Gita dengan Defan karena yang lain sedang ada urusan.

🍬🍬🍬

Seharian ini kelas lumayan sepi karena murid-murid sedang asik di lapangan untuk melihat beberapa pertandingan final antar kelas. Caramel sejak masuk sudah memilih untuk tetap di kelas dengan Bella. Dia sudah menceritakan rencananya pada sahabatnya itu, dan menurut Bella itu bukan ide yang buruk. Jadi Bella mau menemaninya.

"Parah! masa kelas dua belas ngeborong gelar," keluh Kevin yang baru saja masuk dengan Deni dan teman-temannya.

"Loh Ra gue kira lo nggak masuk," kata Deni. Caramel memang datang telat tadi.

"Nggak masuk mulu," kata Caramel.

Deni tertawa dam duduk di kursi depan Caramel. "Weh gara-gara lo, si Bayu bonyok noh."

"Hah? Bonyok kenapa?" tanya Caramel.

"Lo nggak tau? dia kan kemaren kena hajar cowok lo, hehe lagian berani-beraninya," kekeh Bimo.

Caramel membuka mulutnya dengan wajah syok. Bara secemburi itu sampai menghajar Bayu. Dia jadi panik sendiri, merasa tidak enak karena niat Bayu cuma menolong.

"Aduh gimana nih? Bara ngapain pake mukulin Bayu sihh."

"Yaa gue juga gitu kali kalo cewek gue digendong cowok lain," kekeh Kevin.

"Ck terus si Bayu masuk nggak?" tanya Caramel.

"Masuk, tadi masih main basket," jawab Deni.

Caramel langsung bangkit dari kursinya dan berlari keluar kelas. Dia mencari Bayu, karena merasa benar-benar bersalah. Pantas kemarin Bara tanya macam-macam.

"Bayu!" panggil Caramel dari ujung koridor.

Bayu yang sedang berjalan dengan temannya menoleh. Cowok itu maaih menggunakan seragam basket sekolah. Dia melambaikan tangan.

Caramel berlari mendekat dan memeriksa wajah Bayu. Benar ada lebam di pipi kanan. "Lo dipukulin Bara?"

Bayu tertawa dan mengangkat bahu. "Wajar sih, tapi aku nggak apa-apa. Oh iya kaki kamu masih sakit?"

"Ck gue serius! lo bener nggak apa-apa?"

Bayu menghela nafas dan menepuk lengan temannya. "Duluan! ntar gue nyusul," katanya sebelum kembali pada Caramel. "Duduk bentar Ra."

"Sorry yaa gara-gara nolong gue," kata Caramel dengan wajah menyesal.

"Yaelah, aku enggak apa-apa beneran! suer! santai aja," jawabnya. Lagian lukanya memang tidak parah. Cuma lebam-lebam dan nyerinya juga sudah hilang karena dikompres ibunya semalam.

"Ck gue nggak enak, gue minta maaf yaa."

"Iyaa."

Caramel kembali berdiri. Dia tidak mau lama-lama dengan Bayu. Bisa ada gosip baru, dan nanti kalau sampai Bara dengar bisa gawat. "Maaf banget Bayu, yaudah gue balik ke kelas. Jangan lupa kompres luka lo!"

Pulang sekolah Caramel dan Bella langsung naik angkot ke tempat tinggal Bara sesuai dengan rencana. Ini memang dekat dengan bengkel tapi dia kan tidak ke bengkel, jadi dia tidak melanggar ucapannya ke bunda waktu itu. Ahh karena masalah sekarang dia jadi lupa bagaimana kabar om Satrio sekarang.

"Langsung dobrak apa gedor aja?" tanya Bella.

Caramel tertawa geli dan menggelengkan kepala. "Jangan lah! brutal amat. Kita pake cara halus."

Mereka turun di tempat yang tidak jauh dari gedung tempat Bara dan teman-temannya tinggal. Tinggal jalan sedikit. Sengaja untuk menyiapkan mental dulu.

Di dekat pintu masuk mereka melihat Gita yang sedang berjalan sendirian dengan menenteng plastik. Sepertinya cewek itu baru membeli sesuatu. Baguslah, Caramel jadi tahu alasan yang tepat kalau nanti tiba-tiba Bara bertanya.

"Ayo samperin Kak Gita," ajak Caramel.

Caramel melebarkan matanya melihat Gita tersandung dan jatuh. Dia langsung berlari menghampiri cewek itu. "Kak Gita! lo nggak apa-apa??"

Gita meringis kesakitan sambil memegang lututnya. Saat tangannya terangkat, darah sudah mengalir. Tadi lututnya membentur batu.

"Ya ampun Kak! sini gue bantu," kata Caramel.

"Jangan!" larang Gita.

Caramel mengerutkan keningnya. Dia melirik Bella yang juga memasang wajah bingung. Memang apa salahnya kalau mau membantu. Kenapa harus dibalas bentakan.

"Emm maaf tapi kaki Kakak-"

"Gue nggak apa-apa," jawab Gita cepat. Dia langsung menutupi lukanya yang berdarah. "Jangan ngedeket."

Caramel makin bingung. Jangan-jangan Gita kesal karena sikapnya kemarin. Tapi harusnya jangan segitunya, dia kan cuma mau menolong. Kalau tidak mau ditolong kan bisa bicara baik-baik. Lagian kemarin dia bersikap begitu juga karena sikap Gita pada Arkan.

"Kak maaf tapi kita cuma mau nolong," kata Bella.

Sekarang Gita justru menangis, makin membuat bingung saja. "Gue nggak butuh bantuan."

Satu kesimpulan Caramel. Gita aneh. Tidak tahu kenapa dengan cewek itu. Apa efek menggunakan narkoba itu bisa begini, membuat orang menjadi aneh. Bilang tidak butuh bantuan tapi menangis membuat orang lain makin kasihan.

Caramel langsung mengirim pesan pada Bara untuk turun ke bawah. Dia kehabisan akal karena Gita tidak mau dibantu. Mungkin kalau Bara sendiri yang turun tangan, Gita akan lunak. Biasanya juga begitu, Gita cuma mau ditolong Bara.

"Gue udah ngasih tau Bara, Kakak maunya ditolong sama dia kan?" tanya Caramel sinis.

Bella mengusap bahu sohibnya ini. "Sabar-sabar."

Beberapa menit, Bara benar-benar turun dengan Defan. "Starla! lo apain Gita?"

"Gue nggak ngapa-ngapain!" bentak Caramel. Enak saja main tuduh.

"Gue jatoh sendiri Ken!" jawab Gita.

Bara menghela nafas dan mendekati Gita. "Ayo gue bantu."

"Jangan! kalau lo mau bantu gue lo diem! gue bisa bangun sendiri," kata Gita.

Caramel mengerjapkan mata. Dengan Bara juga Gita tidak mau. "Kenapa sih? tadi gue mau nolong Kakak nggak mau? sekarang Bara mau nolong Kakak juga nggak mau?"

Bara mengerti maksud Gita sekarang. Ada darah di luka Gita, cewek itu pasti tidak mau ambil resiko untuk menularkan penyakitnya. Gita tahu sekarang hidupnya harus lebih waspada. Bahkan makan pun Gita lebih memilih menggunakan tempat sekali pakai. Gita tidak mau penyakit ini menular pada orang lain.

"Oke lo bangun sendiri," jawab Bara menuruti ucapan Gita.

Caramel ternganga, dengan bicara begitu Bara langsung nurut. "Apaan sih? itu lo nggak liat dia bangun aja susah?"

Bara menoleh dan mengusap kepala Caramel. "Kita bahas nanti."

🍬🍬🍬

See you in the next chapter 😘😘😘


Jangan lupa follow ig mereka yaa

@kennethaldebaran

@caramelstarla

@rafansafaraz

@umbrellakirei

@arkanlazuard

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top