Bonus (Part 2)
ADA seribu alasan mengapa Andrea kehilangan kemampuan bersuara sejenak dan hanya mampu memandangi Lucas Freewell yang saat ini tengah duduk di sebelahnya. Tetapi dia bisa memilah beberapa di antaranya yang paling signifikan:
1. Sully dan Kylie adalah biang keroknya.
2. Matt dan Priscilla, dan Georgia, entah bagaimana sudah tahu tentang semua ini.
3. Lucas di sini. Dia benar-benar di sini.
Ketika akhirnya Andrea dapat menemukan suaranya kembali dan hendak membuka mulut, momen itu terpotong oleh pidato yang dilakukan oleh Sully. Andrea jadi terpaksa memalingkan wajah dan memusatkan perhatian untuk menyaksikan sahabat cowoknya itu mengeluarkan lipatan kertas contekan dari dalam saku jas dan mulai membacakan isinya di depan umum melalui pengeras suara.
Dan saat semua tamu terdiam untuk menyimak Sully, Lucas menyenggolkan buku-buku jemari tangan kanannya ke punggung tangan kiri Andrea, menuntut perhatian. Andrea menunduk, menatap bagaimana tangan-tangan mereka kini telah saling bersentuhan di atas pangkuan, dengan Lucas yang mengaitkan kelingking kanannya ke kelingking kiri milik Andrea.
"Kau nggak tahu betapa aku merasa begitu bersalah padamu karena harus memberitahumu soal pesta pertunangan Sully dan Kylie." Andrea akhirnya berujar, mati-matian berusaha mengabaikan sensasi menggelitik di perutnya karena jemari Lucas sambil berbicara sepelan mungkin demi menghormati Sully yang masih berpidato di hadapan para tamu. "Di tanggal ini. Tanggal spesifik ini."
"Tanggal ketika seharusnya kita menepati janji setahun yang lalu." Lucas balas berujar pelan. Dekat sekali dengan telinga Andrea hingga hembusan napas Lucas terasa di kulitnya, membuatnya merinding dan jantungnya berpacu lebih cepat, "Ngomong-ngomong, maaf aku terlambat, penerbangannya tertunda beberapa jam."
Andrea lalu melayangkan tatapan meminta penjelasan, yang langsung ditangkap Lucas.
"Aku mendapat undangannya melalui Georgia." Lucas menjelaskan, masih sambil berbisik, "Dia bilang aku harus datang. Mulanya, aku bilang aku tidak bisa, karena itu tanggal spesifik kita. Tetapi ketika aku ingat bahwa Sully itu kan teman dekatmu... ditambah, acaranya di Oregon, aku mulai mengendus keanehan."
Andrea memijit pelipisnya.
"Aku hanya menceritakan soal janji itu kepada Sully. Yang rupanya memutuskan untuk membocorkannya kepada Kylie, dan itu menyebabkan praktisnya semua orang tahu soal dirimu. Aku nggak percaya mereka sengaja membuat tanggal pertunangan mereka sama dengan tanggal pertemuan kita!" desis Andrea, semakin kesulitan menahan kejengkelannya.
"Bukankah seharusnya kita merasa beruntung karena sepertinya teman-temanmu begitu bersemangat soal pertemuan ini?" kekeh Lucas pelan.
"Tapi--"
"--dan aku mau mengucapkan terima kasih pada sahabat baikku, Andrea Jacobson." suara Sully yang keras oleh mikrofon memutus protes Andrea, "Karena dia terus mendorong-dorongku untuk menyatakan perasaanku pada Kylie. Andy, kuharap kau puas."
Gadis itu buru-buru mengangkat gelas sampanyenya ke udara, diikuti Sully. "Akhirnya." Andrea berkomentar dan disambut kekehan para tamu.
Baik Andrea maupun Lucas sama-sama kehilangan momen untuk melanjutkan 'diskusi personal' mereka setelah itu. Seusai pidato dari Kylie dan juga dari pihak keluarga, mereka bersulang bersama-sama untuk kebahagiaan pasangan itu, kemudian makan siang akhirnya disajikan dan mereka semua terlalu sibuk menikmati hidangan yang enak-enak.
"Jadi..." Matt menyeletuk pada satu kesempatan kepada Lucas di tengah-tengah hidangan penutup, "...senang akhirnya bisa bertemu dengan cowok yang berhasil melelehkan hati besi milik Andrea Jacobson sang Nona Reporter legendaris."
Andrea merasakan kedua pipinya menghangat sementara Lucas menyahut dari sebelah kirinya, "Senang bertemu denganmu. Kau pasti Matt. Kau juga sama legendarisnya."
"Wah, Andy cerita-cerita soal aku?" sepasang mata Matt berbinar antusias. Andrea rasanya ingin memendam diri saja ke dalam tanah menyadari bahwa Matt pastilah mengira sindiran Lucas adalah semacam sanjungan.
"Aku juga sering cerita-cerita soal Andrea ke ibuku." ungkap Lucas, membuat Kylie si telinga tajam di kursi seberang menyerukan 'awh!' dan memandangi Lucas dengan ekspresi meleleh seolah cowok itu semacam anak anjing yang imut. "Begitu dia tahu aku hendak terbang ke sini untuk menemui Andrea, dia langsung menyeretku ke toko jas."
Mungkin itulah salah satu alasan mengapa Lucas terlihat begitu cute hari ini. Sepasang mata birunya masih begitu memesona, cerah dan bersorot jenaka, serta bintik-bintik pada puncak hidung dan pipinya terlihat semakin jelas. Tetapi rambut ikal pirangnya sedikit lebih panjang dari yang terakhir kali diingat Andrea, kali ini sudah menyentuh bahu. Dan dia mengenakan double-breast suit kotak-kotak cokelat muda berpotongan gaya dengan setangkai bunga hias warna putih kekuningan terselip di saku jasnya, dipadu oxford shoes hitam yang membuatnya agak terlihat seperti model suatu blog indie fashion.
Atau mungkin, meningkatnya level keimutan Lucas murni karena fakta bahwa sudah setahun Andrea tidak bertemu dengannya.
Georgia tersenyum pada Lucas, "Kapan-kapan ajaklah ibumu berlibur di Cotswolds. Aku kepingin sekali mengobrol dengannya."
"Tentu saja, tapi mungkin harus datang ketika off-season. Sekarang kan penginapan sudah semakin populer saja."
Georgia tertawa, "Kalianlah penyebabnya!"
Semakin sore, euforia para tamu tidak memudar. Hawa menjadi sedikit lebih sejuk dan langit tak lagi seterik tadi karena matahari sudah semakin turun. Pesta berlanjut ke perjamuan makan malam. Rupanya keluarga Queen menginginkan pesta yang berlangsung hingga matahari terbenam. Menu-menu didominasi hidangan berbasis daging, serta pencuci mulut dan wine-wine enak turut disajikan.
Sebuah band menyuguhkan pertunjukan instrumen live usai makan malam, dan hampir semua orang berdansa di area rerumputan terbuka. Sully dan Kylie berada di pusat, berayun mengikuti irama dikelilingi para tamu. Awalnya lagu-lagu yang dibawakan bertempo cepat dan riang. Kemudian berganti ke lagu-lagu melankolis bertempo lambat, lalu berganti lagi ke instrumental.
Pada salah satu lagu yang hanya melibatkan instrumen gitar dan biola, Lucas bangkit dari kursinya dan berputar menghadap Andrea. Satu tangannya berada di belakang punggung, sementara satu tangan yang lain terulur kepada gadis itu.
"Untuk merayakan pertemuan-kembali kita yang berhasil terwujud?" tawar Lucas dengan senyum jenaka.
Andrea memutar bola mata, sebal namun tersanjung.
"Tentu." dia menyambut uluran tangan Lucas.
Selama berjalan menuju arena dansa, Lucas tak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Andrea. Genggaman itu terasa lembut dan ringan, namun menjalari Andrea dengan gelitik aneh di sekujur tubuhnya yang membuatnya diliputi antusiasme, ekspektasi, dan... kegembiraan.
Ketika keduanya akhirnya berdiri berhadap-hadapan, Andrea melingkarkan kedua lengannya di leher Lucas dan membawa dirinya lebih dekat. Lucas tersipu, dia meletakkan kedua tangannya di pinggang Andrea. Kemudian keduanya berayun mengikuti irama musik yang pelan.
"Kau cantik sekali hari ini. Aku mencari-cari waktu untuk mengatakannya dari tadi siang." puji Lucas dengan suara pelan.
Andrea merona, "Trims, kau juga sangat ganteng hari ini. Aku lihat beberapa cewek mencuri-curi pandang ke arahmu dari tadi siang."
Keduanya saling nyengir.
"Kau sadar teman-temanmu sedang memperhatikan kita?" Lucas bergumam. Matahari di latar belakang telah nyaris hilang di balik horizon. Langit merupakan perpaduan lembayung, biru, dan jingga pucat, berhias awan yang menyebar seperti gulali-gulali tipis. lampu-lampu kecil yang menghiasi pergola dan batang-batang pohon di sekitar mereka telah dinyalakan, menghidupkan deretan titik-titik cahaya yang cantik.
"Siapa saja?" pancing Andrea.
"Um..." Lucas mengedarkan pandangannya, "Bukan Sully, dia terlalu sibuk mengagumi tunangannya. Tapi Kylie malah memperhatikan kita... oh, dia baru saja melemparkan kedipan menyemangati padaku."
Andrea menahan tawa, "Lalu?"
"Lalu..." Lucas menatap sekeliling lagi, "Georgia. Lalu mantan suaminya. Priscilla juga sesekali menoleh ke arah sini."
Kemudian ekspresi Lucas berubah kaku. Kedua tangannya yang berada di kiri-kanan pinggang Andrea tiba-tiba berpindah ke belakang tubuh gadis itu, sehingga posisi mereka sekarang nyaris seperti berpelukan. Andrea mengangkat alisnya bingung.
"Matt." gerutu Lucas sembari mengeratkan pelukannya, "Dari tadi dia memandangimu terus."
Andrea mencuri pandang ke arah Matt yang sedang berputar dengan Pris di salah satu sudut dansa. Matt memang terlihat tengah mengamati ke arah sini. Namun sesekali dia tersenyum dan berbisik-bisik dengan Pris.
"Kalau menurutku, mereka sedang membicarakan kita." Andrea berputar di bawah lengan Lucas yang terangkat, "Mungkin mereka-reka seberapa besar kecocokan kita."
"Hmm." Lucas masih mengawasi Matt dari sudut matanya, tampaknya masih tak puas.
"Hei." Andrea menyentuh pipi Lucas untuk memalingkan wajah cowok pirang itu agar menghadapnya, "Bisa fokus ke sini saja? Kita kan sudah setahun nggak ketemu."
Lucas menghela napas, tubuhnya merileks, "Kau benar. Maafkan aku."
"Jadi." Andrea tersenyum lembut, "Bagaimana kabarmu?"
"Aku akan berikan dua jenis jawaban; versi detail dan versi singkat." Lucas berkata, "Versi detail adalah, segalanya... berangsur membaik. Mungkin sebagian besarnya kau sudah tahu melalui surat-surat dan telepon kita. Sesi terapiku sudah jauh berkurang. Aku main tenis meja dan biliar dengan Korn sesekali di luar urusan 'bisnis', dan ternyata dia pria yang cukup asik. Belum lama ini dia mengundangku dan ibuku ke rumahnya, istrinya koki restoran cina yang piawai sekali. Anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar sangat lincah. Lalu aku juga mendatangi pesta pertunangan Trissy dan Cliff. Dan mendapati fakta bahwa kami rupanya... baik-baik saja. Plus, aku semakin produktif. Koleksi lukisan baruku semakin menumpuk di gudang. Aku sedang berencana membuka toko daring untuk menjual apa yang bisa dijual."
Selama mendengarkan cerocosan Lucas, senyuman Andrea terkembang semakin lebar tanpa disadarinya.
"Aneh. Rasanya menyenangkan mendengarkan segala perkembangan positif yang terjadi dalam hidupmu. Aku jadi ikut merasa bersemangat." gadis itu mengakui.
Senyuman Lucas turut merekah, "Yeah?"
Andrea mengangguk, nyengir, "Lalu, apa versi singkatnya?"
Lucas tak langsung menjawab.
"Jawaban singkatku adalah," katanya, sepasang mata biru cerahnya mengamat-amati wajah Andrea dengan sorot terpukau, "...aku belum pernah merasa sebahagia ini."
Perkataan Lucas membuat sengatan panas menjalari tengkuk dan kedua pipi Andrea. Tatapan Lucas masih tertuju padanya, tulus, tanpa putus. Andrea merasakan jantungnya berpacu semakin cepat ketika Lucas mengeratkan lengan-lengannya yang melingkari pinggang Andrea, membawa tubuh-tubuh mereka semakin rapat satu sama lain.
"Dan bagaimana kabarmu, Cewek Roti?" senyuman samar terulas di wajah Lucas, napasnya yang hangat menyapu pipi Andrea dengan lembut.
"Versi detail..." Andrea menirunya, "...yang mungkin sebagian besarnya kau juga sudah ketahui. Aku semakin terbiasa dengan kehidupan lamban di Cotswolds. Aku masih mengunjungi Cedrus sesekali. Lalu aku ikut kursus patisserie profesional beberapa bulan belakangan. Aku juga membantu paman Matt mengelola konten media sosial dan website, dan cukup menikmati prosesnya. Aku senang hobiku fotoku sudah memiliki nilai komersil sekarang. Dan... aku akan mengikuti ujian masuk universitas gelombang ketiga di tahun ini. Aku masih mantap dengan jurusan manajemen bisnis."
"PSU?" tebak Lucas, nadanya terdengar tidak seceria tadi.
"Ya." Andrea merasa kemuraman Lucas sedikit menularinya karena menyinggung topik ini, "Versi singkat; aku berencana kembali ke Cotswolds setiap liburan musim panas."
Keduanya berayun mengikuti irama musik dalam diam selama beberapa saat.
"Luke," Andrea memutuskan untuk berterus terang, "Bagaimana dengan surat penerimaanmu? Sudahkah kau merespon?"
Lucas tidak menjawab. Andrea tahu bahwa satu minggu lalu, Lucas mendapatkan surat penerimaan dari Oxford untuk mulai bergabung dalam jurusan seni di September ini. Cowok itu meneleponnya tengah malam setelah menerima surat itu, tetapi di telepon dia tidak kedengaran begitu antusias.
Andrea menjauhkan diri sedikit agar bisa memperhatikan ekspresi Lucas. Tetapi dia menghindari tatapan Andrea.
"Aku... aku masih memikirkannya." gumamnya. Kemudian dia menambahkan dengan nada suara yang diliputi keraguan, "Andy... apakah menurutmu sebaiknya aku menunda kuliahku lagi?"
Gadis itu mengernyit keheranan.
"Mengapa?"
Lucas akhirnya membalas tatapan Andrea. Dia mendesah.
"Entahlah... sulit membayangkan lagi-lagi harus terpisah ratusan mil jauhnya darimu."
Sejujurnya, pengakuan manis itu membuat hati Andrea terenyuh dan berbunga-bunga. Tetapi dia tidak ingin bersikap egois bila itu menyangkut masa depan seseorang yang begitu disayanginya.
"Luke, Oxford hanya satu jam perjalanan dari Cotswolds. Kita bisa bertemu setiap liburan musim panas." Andrea berujar lembut, "Kita sudah membicarakannya, kan?"
"Aku tahu." lagi-lagi Lucas mendesah. Lucas meletakkan dagunya di atas bahu Andrea, kini mereka semakin terlihat seperti berpelukan sambil berputar alih-alih berdansa.
"Apa kau yakin kau ingin menyia-nyiakan Oxford?"
Lucas menghela napas lagi, "Aku nggak ingin menyia-nyiakan waktu bersamamu."
Andrea menyerah.
Oke, ini mungkin saat yang tepat.
"Luke... pada tahap ini, kau pasti sudah sadar kan bahwa aku jatuh cinta padamu?"
Andrea dapat merasakan tubuh Lucas menegang ketika mendengar perkataan mengejutkannya. Lucas menjauhkan wajahnya, memandangi Andrea dengan tampang syok.
"A-apa?"
"Perasaanku terhadapmu tidak memudar selama setahun ini. Justru rasanya semakin kuat." Andrea mengakui, setengah mati berupaya mengabaikan gengsi dan wajahnya yang serasa terbakar, "Dan aku cukup percaya diri bahwa perasaan ini akan bertahan bahkan jika kita terpisah jauh. Sekarang tinggal kau. Bagaimana perasaanmu terhadapku? Apa kau nggak cukup percaya diri--"
"Bukan seperti itu!" Lucas memotong cepat, wajahnya semerah tomat rebus, "Aku... ugh, demi Tuhan, Andy... aku tergila-gila padamu! Kau pikir bagaimana lagi?!"
"Lantas, apalagi yang ditakutkan?" tantang Andrea, dalam hati menikmati kepanikan dan frustasi pada pengakuan Lucas, "Kita nggak akan kalah oleh jarak maupun waktu. Kita sudah membuktikan itu setahun belakangan. Dan kita akan membuktikannya di tahun-tahun mendatang."
"Kau tahu ada begitu banyak distraksi yang mungkin akan me--"
"Aku ini tipe cewek yang fokus." potong Andrea semakin gemas, "Nggak tahu deh, kalau kau bagaimana, apa kau bisa fokus?"
"Kau nggak perlu ragu bila itu tentangmu." Lucas cemberut.
"Ya sudah. Karena kita sama-sama bisa fokus, apakah komitmen terdengar bagus bagimu?"
"Tentu saja bagus. Tetapi memangnya kau mau menjadi kekasihku?"
"Setuju saja."
Lucas terbengong-bengong.
"Betulan?"
Andrea menghela napas tak sabar, "Mengapa kau bebal sekali?"
Lucas menelan ludah gugup, "Jadi, um... mulai sekarang kita sepasang kekasih?"
"Duh, Cowok Pohon. Tentu saja..."
Tahu-tahu, terdengar sorakan dan tepukan dari sekitar mereka. Band yang mengiringi dansa mereka entah sejak kapan telah berhenti bermain dan ikut menontoni percakapan Andrea dan Lucas. Baik Andrea dan Lucas sontak saling menjauhkan diri. Wajah Lucas entah sudah semerah apa sekarang dan Andrea--untuk kedua kalinya dalam hari ini--rasanya ingin mengubur diri saja ke dalam tanah.
Suitan dan seruan menyebalkan Matt terdengar dari arah kerumunan, "Kupikir aku sedang nonton semacam drama! Ngomong-ngomong, semoga langgeng!"
🌳
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top