2. Hari Pertama Menjadi Senior
SMA Blackwood, Portland
September, tingkat senior, sembilan bulan lalu
ADA yang tidak biasa dengan kondisi kantin SMA Blackwood siang itu. Mungkin karena ini hari pertama kembali-ke-sekolah setelah libur musim panas yang lembap dan menyenangkan, jadi semua orang sibuk bertukar cerita soal kegiatan liburan mereka.
Andrea hendak membawa nampan makan siangnya di tengah keriuhan itu ke salah satu meja, namun dia dihadang oleh dua sosok cantik yang membuatnya pangling.
"ANDY!" si pemilik suara tinggi melengking itu memekik heboh dan berusaha memeluknya, membuat Andrea harus buru-buru meletakkan nampannya di atas meja terdekat, "Aku merindukanmu!"
Kylie Queen, semuanya. Cewek berambut keemasan, bertubuh proporsional bak model, dan memiliki pipi dan bibir yang-entah bagaimana-selalu terlihat merona setiap saat.
"Hei, Kye." Andrea balas menyapa pekikan antusias dari sahabatnya itu. Dengan agak susah payah, karena pelukan Kylie yang kelewat erat.
"Hentikan Kye, Andy nggak bisa napas." ujar satu lagi cewek yang membawa nampan makan siang sambil tersenyum. Priscilla White. Kontras dengan Kylie, Priscilla berambut hitam bergelombang, darah separuh Turki membuatnya memiliki garis wajah khas-terutama alis dan hidungnya-yang membuatnya terlihat sangat seksi.
Kylie dan Priscilla merupakan perwujudan sempurna cewek-cewek yang kembali ke sekolah dengan kulit tan mengagumkan hasil aktivitas luar ruangan yang alami-bukan karena mesin salon. Dan saat ini, bukan hanya membuat Andrea pangling, mereka juga sukses membuat kepala cowok-cowok yang lalu lalang di sekitar mereka tertoleh.
Andrea menatap kedua sahabatnya dengan sorot menghakimi, "Aku nggak lihat kalian di kelas sepagian ini. Bolos di hari pertama?"
"Kau sendiri, bertugas di hari pertama, wahai Nona Reporter Koran Sekolah?" Kylie balas mencibir seraya menunjuk kamera yang dikalungkan di leher Andrea, "Tebakanku paling-paling Mrs. Ellis masih belum memulai pelajarannya di kelas tadi karena sibuk menceritakan liburan musim panasnya yang eksotis ke Mesir atau semacamnya..."
"Kami bolos ke Chumps, Andy." jelas Priscilla sementara mereka akhirnya menempati meja terdekat, "Tadinya kami kepingin mengajakmu tapi begitu sampai ke depan rumahmu, ibumu bilang kau sudah berangkat duluan."
Andrea mengangguk pada Priscilla. Sejujurnya, Andrea masih merasa agak canggung terhadap Priscilla sejak 'insiden' sebulan yang lalu. Namun melihat Priscilla bersikap seolah tak terjadi apa-apa, Andrea memutuskan untuk mengesampingkan kecanggungannya.
"Kami kepingin coba panekuk krim tiramisu baru mereka lebih awal dari siapapun, dan kalau menunggu istirahat makan siang, tahu sendiri antreannya bakal segila apa." Kylie menghela napas berat seraya merogoh-rogoh tasnya dan mengeluarkan bungkusan kertas cokelat yang kemudian diserahkannya ke Andrea, "Oleh-oleh."
"Kalian dimaafkan." Andrea membukanya dengan sukacita dan mendapati donat kentang berbalut gula halus favoritnya dari Chumps di dalam bungkusan itu.
Kylie kini memandangi rambut Andrea dengan tatapan nelangsa, "Pris, menurutmu apakah rambutku bakal kelihatan bagus kalau kucat merah-gelap? Dan apakah aku harus mengeritingnya?"
Andy mengernyit, "Sejak kapan kau terobsesi dengan rambutku?"
Priscilla mendesah letih, seolah sudah berkali-kali meladeni pertanyaan Kylie, "Rambut Andy bergelombang alami, sementara kau ekstra lurus... terlalu sayang untuk dikeriting. Lagipula kau sudah sangat cantik dengan warna rambutmu yang sekarang, Kye."
Kylie memutar bola mata, "Ih, lupakan saja. Dasar Cewek-Cewek Keren Yang Pura-Pura Nggak Sadar Akan Kekerenannya."
Andrea dan Priscilla hanya bisa saling mengangkat alis.
Kemudian Kylie merogoh tasnya dan menarik keluar sesuatu, "Ngomong-ngomong, hampir lupa adikku meminjamkanku ini, lagu baru band-nya. Kalian bisa membantuku memberi review?"
Tiba-tiba, sebuah tangan merampas CD dari tangan Kylie. Sully, yang rupanya telah keluar dari antrean makanan sambil membawa nampannya, tahu-tahu menyelinap duduk di sebelah Kylie.
"Sophomore Slump or Comeback of The Year." cowok itu membaca keras-keras judul yang tertera di CD demo yang ditunjukkan Kylie barusan, lalu semakin menyipit melihat judul berikutnya. "I've Got A Dark Alley And A Bad Idea That Says You Should Shut Your Mouth. Apa kau yakin ini lagu baru mereka?"
"Halo juga, Sully." Priscilla menyapa Sully, setengah menyindir.
"Lama nggak ketemu, girls." cowok itu nyengir, lalu sebelum Andrea sempat memprotes, Sully menambahkan. "Kau nggak termasuk, Tetangga."
Kylie tampak agak terkesiap mendapati kehadiran Sully. Namun dia segera menguasai diri dan meneruskan kebawelannya, "Kenapa memangnya? Memang sih judulnya kepanjangan, tapi kayaknya memang itu... aku akan coba tanya lagi ke Kean kenapa dia kasih judul panjang banget."
Sully meringis dan mengembalikan CD itu kepada Kylie, "Harusnya kau tanya ke Fall Out Boy. Itu lagu mereka."
Andrea mengabaikan teman-temannya dan celingukan memandangi area sekitar pintu kantin.
Tidak ada...
Kylie memandangi CD di tangannya selama beberapa saat, kemudian pemahaman perlahan menjalari wajahnya, "Sekarang aku paham mengapa kemarin dia memintaku memberikan penilaian terhadap 'versi ini'. Aku pikir mereka bikin versi akustik lagu original mereka juga atau apa. Rupanya ini lagu band lain!"
"Lihat, Andy? Aku nggak percaya cewek sekuper ini bisa jadi kapten tim pemandu sorak." Sully terkekeh sambil mencuri kentang dari nampan Andrea.
Di mana sih, dia?
"Bumi memanggil Andrea Jacobson!" Kylie melambai-lambaikan tangannya di depan hidung gadis itu, "Halo! Ngapain sih kau?"
Andrea berkedip, "Apa?"
Perhatian Sully teralih pada kantung kertas berisi donat di nampan Andrea. Dia mengernyit, "Jangan bilang kalian habis bolos ke Chumps lagi."
"Cuma aku dan Kylie." Priscilla terkekeh, "Sori, nggak beli oleh-oleh untukmu."
Sully bersungut-sungut, "Aku jadi kepingin donat. Segera kembali."
Ketiganya mengawasi cowok itu beranjak pergi untuk kembali memasuki antrean makanan. Segera setelahnya, Kylie mengerang.
"Menurutmu Sully bakal kecewa kalau aku ngaku aku nggak pernah dengar Fall Out Boy sebelumnya? Aku takut dia semakin berpikir aku ini culun parah." cewek pirang itu memasang tampang ngeri.
Priscilla hanya menghela napas, "Kye, kau ya kau. Nggak perlu berusaha 'menjadi keren' hanya demi seorang cowok..."
"...yang sembilan puluh sembilan persen kemungkinannya juga balik naksir kau." Andrea menambahkan seraya mengedip jahil pada Kylie, membuat pipi cewek itu semakin merona pink.
"Aku nggak yakin pendapat kalian benar." Kylie lagi-lagi memasang ekspresi nelangsa, dia mencuri pandang ke arah cowok jangkung berambut ikal dan berkulit gelap itu, "Tentang Sully yang punya perasaan sama denganku. Aku iri padamu, Andy, kau tetanggaan dari kecil dengannya! Maksudku... kami seringnya cuma ngobrol di chat, itu pun kalau aku yang menyapa duluan. Kenapa dia nggak pernah video-call? Kan terkadang aku sangat membutuhkan komunikasi intens secara visual... tahulah... selain aku bisa mendengarkan logat Inggrisnya yang imut-imut itu, aku jadi bisa menikmati wajahnya, dan sesekali mungkin mengintip otot perutnya..."
Andrea dan Priscilla sama-sama mengerang, "Iiihhh!"
Kylie hanya tersenyum simpul sambil menyeruput sodanya lagi, "Sully hot banget sih."
"Uh... makasih, Kye. Aku dan Pris sudah mendengar itu kira-kira dua ratus kali darimu..." Andrea menggeleng-geleng tak percaya, "Kami nggak butuh detailnya."
Serombongan murid cowok dari kelas senior melewati meja kami saat itu dan satu di antaranya tersenyum pada Priscilla dan menyapanya, "Hei, Pris."
Priscilla menoleh dan tersenyum ramah pada cowok itu, membuat si cowok menerima tepukan-tepukan dukungan dari teman-temannya. Kylie mengangkat alis.
"Kau dan Billy?" tanyanya takjub seraya mencomot kentang gorengnya.
Priscilla mendesah berat, "Nggak. Aku hanya nggak enak. Billy selalu membantuku di kelas komputer. Kau tahu aku benci teknologi. Kenapa sih aku harus sekelas dengannya di komputer?"
"Billy lumayan cute." komentar Andrea objektif, "Dia juga baik. Sudah hampir tiga bulan kau putus dengan Owen. Kenapa nggak memberinya kesempatan?"
"Um..." Priscilla entah mengapa mendadak gugup, "Aku hanya, uh... belum ingin menjalani hubungan apa-apa dulu sekarang. Ditambah! Helpers dimulai lagi dan aku nggak yakin akan bisa menyisihkan waktu kencan di samping segala kegiatan kami yang padat banget. Masih beberapa minggu lagi sebelum serah terima jabatan. Belum lagi persiapan ujian. Kerja sambilanku..."
Helpers adalah nama klub bakti sosial Blackwood yang sering menyelenggarakan kegiatan amal untuk berbagai tujuan. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya Andrea mengenal seseorang yang betul-betul sesuai dengan namanya. Priscilla cantik, rajin, berbakat, dan gemar berkegiatan sosial.
Sully kembali bergabung ke meja mereka dengan donat di tangannya. Dia duduk di sebelah kiri Andrea sambil menggerutu, "Terhalang cewek-cewek yang selfie di tengah jalan."
Mendapat ide, Andrea mengangkat kameranya dan memanggil teman-temannya, "Hei, ini untuk blog-ku. Hari pertama sebagai senior."
"Apakah rambutku oke?" Kyle sibuk merapikan rambutnya, Priscilla berpose, dan Sully langsung sigap tersenyum ke arah kamera, "Kean menumpahkan kondisionerku tadi pagi dan aku nggak mau keliha-"
Klik!
"Terlambat." Andrea menurunkan kameranya, bertepatan dengan sesuatu yang menarik perhatiannya di kejauhan.
Sosok tinggi berkacamata dan berambut sewarna dengan kaus hitam One Direction yang dikenakannya di bawah jaket denim--yang membuat Andrea tersenyum geli--berjalan melewati pintu kantin menuju salah satu meja. Sosok yang tak akan salah dikenalinya dari sudut manapun dan dalam jarak berapapun.
Menyadari arah pandang Andrea, Priscilla menggeleng-geleng salut, "Lihat kausnya... dasar badut angkatan."
"Matthew Venturi." Sully merapatkan duduknya ke sebelah Andrea dan berbisik ekstra pelan di telinganya dengan nada dramatis, "Sosoknya melangkah memasuki medan perang dengan gagah berani, kuda putih berderap di belakangnya, bias mentari menyinari bingkai kacamatanya, membuat helaian rambut hitam legamnya--"
"Oh, tutup mulut." Andrea mendesis sambil menyumpal mulut Sully dengan lebih banyak kentang goreng. Untunglah Kylie dan Priscilla tidak mendengarnya.
Sudah bukan rahasia lagi bagi Sully bahwa Andrea naksir Matthew Venturi.
Selain dengan Sully dan Priscilla, Andrea juga satu SMP dengan Matt. Hanya Kylie yang berasal dari SMP berbeda. Dan ketika sama-sama masih freshman di Blackwood, Andrea, Sully, dan Matt sepakat bergabung di klub koran sekolah, Hawkees. Dan sejak tingkat junior tahun lalu, Matt terpilih sebagai ketua klub yang baru untuk menggantikan senior yang lulus.
Andrea mengaduk jusnya dengan sedotan sembari diam-diam mengamati Matt bergabung dengan teman-teman cowoknya di meja mereka tak jauh dari situ. Dia menerima tepukan-tepukan selamat-datang di bahunya. Lalu cowok itu mengucapkan sesuatu kepada mereka, dan seketika meja itu dipenuhi tawa.
Humoris dan karismatik, Andrea tersenyum sebal.
Kemudian, Matt tampak mengedarkan pandangannya ke seisi kantin. Dia lalu bertemu pandang dengan Andrea dan teman-temannya.
"Oh, sial." gumam Andrea, berpura-pura sibuk dengan sedotan dan jusnya sementara Matt melenggang menghampiri mereka. Di sebelahnya, Sully terkekeh pelan.
"Hei, cewek-cewek." suara khas yang sudah sangat familiar di telinga Andrea itu kemudian terdengar. Andrea mendongak dan melihat Matt nyengir kepada mereka, cengiran cerah dan lebar yang seolah mengalirinya dengan listrik ribuan volt hingga rasanya jantungnya pasti bakal mencelat keluar kalau menatap cengiran itu lebih lama sedetik saja.
"Dan cowok." Sully mencibir pada Matt, "Mana sapaan untukku?"
"Kau sekelas denganku dari pagi tadi, sialan!" Matt menatap Sully tak percaya sementara Sully lagi-lagi terkekeh.
"Mau gabung?" tawar Kylie pada Matt.
"Nggak lama ya, aku masih hutang makan siang ke seluruh kawanan tak tahu diuntung di sana itu." dia menunjuk teman-temannya seraya meringis, "Aku kalah main monopoli."
Priscilla tersenyum, "Norak banget."
"Ya... panggil aku Si Norak Yang Kalah Taruhan Monopoli. Salah satu alasanku memakai kaus ini." Matt berkata seraya menyeret satu kursi di antara Andrea dan Priscilla. Seketika hawa panas menjalari seluruh tubuh bagian kanan Andrea begitu cowok itu duduk. Andrea diam-diam memperhatikan kulit lengan Matt yang berada di sebelah lengannya. Apakah Matt dapat kerja luar ruangan selama musim panas? Mengapa kulitnya jadi begitu--
"Andy!" Matt tiba-tiba menoleh dan berlagak seolah baru menyadari Andrea duduk di sebelahnya selama ini dan mencengkeram jantungnya dengan gaya berlebihan, "Oh, astaga! Jangan muncul dadakan begitu, kau nyaris membunuhku!"
"Oh, ya ampun!" Andrea balas terkesiap juga, "Aku lupa jantungmu yang payah..."
"Jantungku sekarang butuh perawatan..." ujar Matt sok memelas.
"Oh, maaf... apa barusan kubilang 'jantung'? Maksudku 'lelucon'. "
Kylie dan Priscilla menyembur tertawa, sementara Sully melayangkan senyuman mengasihani pada Matt.
"Nggak bisa lebih tepat lagi." Sully mengamini perkataan Andrea.
Matt meringis menatap Andrea, "Tahu nggak, kau bisa membunuhku betulan dengan kesinisanmu itu."
Andrea hanya nyengir.
Lalu tahu-tahu Sully--yang dianugrahi kesigapan dan spontanitas mengagumkan di saat-saat penting--meraih kamera Andrea.
"Pinjam sebentar." katanya lalu membidik ke arah Andrea dan Matt, "Momen pertemuan ini harus diabadikan. Bukannya kau bilang kau mau pasang rubrik 'Halo Dari Editor' di Hawkees edisi pertama kembali-ke-sekolah?"
Melihat Andrea yang sempat bengong, Sully memberinya tendangan bawah meja dan tatapan penuh arti.
"Ouch! Oh, mm... yeah. Uh, rencananya begitu?" Andrea melirik Matt sambil berusaha menahan nyeri di tungkainya.
"Ide bagus!" Matt tahu-tahu melingkarkan lengannya ke bahu Andrea dan menarik gadis itu merapat padanya hingga kedua pipi mereka saling menempel, "Andy, bilang 'pipi'!"
Setelah Sully sukses mengambil foto keduanya, demi menyamarkan tujuan--karena dia teknisnya juga anggota Hawkees--dia bergabung dengan Andrea dan Matt lalu mengambil selfie.
Memalukan rasanya menggambarkan betapa lebar cengiran puas yang terkembang di wajah Sully setelahnya. Andrea yang terlalu sibuk berusaha menenangkan jantungnya tidak sempat lagi memikirkan bagaimana rupa senyumnya saat ini. Matt praktisnya mendekapnya. Bukannya cowok itu tidak pernah melakukannya sebelumnya. Hanya saja kali ini efeknya agak signifikan. Mungkin pengaruh tidak bertemu dengannya sepanjang musim panas?
"Ngomong-ngomong, aku ke sini untuk minta tolong untuk kaubuatkan layout selebaran, Andy. Jumat ini pertemuan Hawkees yang pertama. Semua harus hadir. Nanti aku yang akan sebar ke grup." ujar Matt pada Andrea dan Sully.
Andrea mengangkat alis, "Serah terima jabatan? Secepat ini?"
"Kita sudah tingkat senior, Nona Reporter, saatnya pensiun." Matt tertawa. Tawanya mengalir melalui pundaknya yang menyentuh pundak Andrea.
"Saatnya fokus ke hal-hal membosankan seperti ujian." Sully menimpali muram. Kylie mengerang.
"Sudah ada rencana kalian akan ke universitas mana?" Matt bertanya.
"PSU." Kylie mengangkat bahu, diam-diam melirik ke arah Sully, "Kuharap nggak salah sasaran."
"Andy?"
"Yep, PSU." Andrea mengaduk minumannya, mendadak merasakan suasana hatinya sedikit memburuk, "Nggak bisa terlalu jauh dari rumah."
"Dan kau, Pris?"
"Um... Reed. Kurasa." Priscilla tersenyum ragu sementara Matt menatapnya takjub.
"Oh, whoa. Kau tertarik dengan seni?"
"Sains." ralat Priscilla, "Dan rata-rata keluargaku lulusan sana, jadi... yeah."
Matt mengangguk menanggapinya, separuh melamun.
"Bagaimana denganmu? Belum memutuskan?" Andrea memecah lamunan cowok itu.
Matt mengangkat bahunya, "Masih pikir-pikir."
"Buka kantor media online saja, kalau nggak bisa memilih." usul Andrea setengah bercanda.
"Ide yang agak nekat. Tetapi menarik." cengiran Matt terbit, dia merangkul Andrea dan berkata dengan nada memuji, "Nona Reporter dan ide kerennya, kawan-kawan."
Selama sepersekian detik jantung Andrea serasa melayang keluar dari rongganya.
Andrea masih merasakan efek cengiran Matt yang dahsyat bahkan setelah cowok itu pamit untuk kembali ke mejanya tak lama kemudian, meninggalkan atmosfer canggung bagi Andrea. Hanya sedetik setelah Matt kembali duduk di meja teman-temannya, Sully melirik Andrea penuh arti.
"Wajahmu, Andy. Harusnya kau lihat wajahmu waktu kufoto tadi." bisiknya geli. Tetapi Andrea hanya menyeruput jusnya dalam diam, enggan mengakui bahwa jantungnya masih saja bertingkah tidak keruanan.
Mau bagaimana lagi? Matt baru saja bilang dirinya keren.
🌳
Normalnya, waktu-waktu kosong sebelum tidur di malam hari merupakan waktu favorit Andrea. Ketika masih kecil, dia akan menghabiskan waktunya di atas kasur, menatap langit-langit dan membayangkan berbagai skenario penuh petualangan; sepasang sayap yang mampu membawanya terbang di langit berbintang, naga-naga dan penyihir, putri dan pangeran, peri-peri di hutan ajaib...
Tetapi semakin dewasa, dirinya berubah membenci waktu-waktu kosong itu.
Terutama belakangan ini, ketika pada waktu-waktu itu Andrea hampir selalu berujung melamunkan reka ulang hal-hal yang telah terjadi.
Kelulusannya.
Kepindahannya.
Keluarganya.
Sahabatnya.
Matthew Venturi.
Andrea mengecek ponsel, mendapati tumpukan notifikasi yang diabaikannya seharian ini. Dari ibunya. Kakak laki-lakinya, Adam. Kylie. Priscilla. Matthew.
Andrea menelungkupkan ponselnya di atas nakas tanpa membuka satupun chat itu dan merebahkan diri di atas kasur. Dia menatap langit-langit kamar pondok Georgia yang terasa asing, yang berbeda dengan langit-langit kamar lamanya di rumah orangtuanya, maupun di kamar flat yang ditempatinya bersama Sully di Portland.
Pikiran Andrea jadi melayang pada percakapan Sully dengan Kylie di telepon sebelum ini. Bagaimana keduanya mungkin hanya tinggal sejengkal lagi dari mengakui perasaan masing-masing.
Kapan Sully akan segera menyatakan rasa sukanya? Dan bila dia melakukannya, lalu jadian dengan Kylie, apakah dia akan pindah untuk tinggal bersama Kylie dan aku harus tinggal sendiri? Apakah itu yang menahan Sully? Apakah dia merasa tidak enak harus pisah tinggal denganku nantinya kalau dia jadian dengan Kylie?
"Haruskah aku mulai mencari flat baru yang lebih murah di Portland?" tanpa sadar Andrea bergumam pada dirinya sendiri, sebelum berguling menyamping dan mematikan lampu.
🌳
*PSU: Portland State University
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top