S01. Can't I be The One?
The Book of Us: Can't I be The One?
Pairing: Akashi Seijuurou X Kuroko Tetsuya
Disclaimer:
Apresiasi sebesar-besarnya kepada Tadatoshi Fujimaki sensei yang telah menciptakan Kurobas. The picture also belong to the artist. Mato cuma punya ceritanya doang hehehe Happy reading guys~~
- The Book of Us -
Kakiku semakin mengayuh cepat. Bulir-bulir bening sudah bercucuran membasahi sekujur tubuhku. Merenggangkan dasiku hanya dengan sekali tarikan, guna memudahkanku untuk mengambil udara sebanyak-banyaknya. Sudah tak terhitung berapa banyak umpatan dan tatapan tak suka ketika diriku tak sengaja bertabrak bahu dengan pejalan yang lain. Aku tidak peduli, yang aku pedulikan saat ini adalah sampai di tempat tersebut secepat yang aku bisa.
Ku buka pintu restaurant tersebut dengan sekali hentakan, membuat pelayan yang bertugas untuk menyambut kedatangan setiap pelanggan sedikit tersentak kaget. Sekali lagi, aku tidak peduli.
Nafasku tersenggal-senggal. Kerongkonganku terasa sangat kering. Tapi bukan saatnya untuk mempedulikan kondisiku saat ini. Sudut mataku terus mencari sosok tersebut, namun tidak kutemukan kehadirannya di meja mana pun.
"Err... maaf Tuan, ada yang bisa kami ban—"
"Kuroko Tetsuya."
"H-huh?" sang pelayan yang mendekatiku menatap bingung. Sial. Ia hanya membuang-buang waktuku saja.
"Reservasi atas nama Kuroko Tetsuya!" ulangku tak sabaran. Kenapa lamban sekali sih para pelayan di restaurant ini?
"A-ah sebentar, Tuan." Pelayan tersebut melihat daftar reservasi yang berada di tangannya. Sedangkan aku menatap nyalang pelayan lamban di depanku. Kenapa lama sekali sih hanya menemukan nama yang ku sebut? Seperti banyak saja pelanggan yang datang malam ini.
"Ah, ketemu! Reservasi atas Kuroko Tetsuya berada di private room. Biar kami antar—Ah, Tuan!" Aku tidak peduli dengan teriakan dari sang pelayan tersebut dan berhambur masuk ke dalam restaurant. Meminta si pelayan tersebut mengantarkanku hanya semakin memperlambatku saja. Lagi pula aku sudah cukup familiar dengan restaurant ini, jadi aku tau dimana letak private room yang dimaksud sang pelayan.
Restaurant yang sama yang dipilihnya setiap tahun.
Brak.
Aku membuka pintu ruangan tersebut dengan kasar. Dan disanalah laki-laki bersurai baby blue duduk dengan posisi memunggungiku. Kepalanya menunduk dalam yang kuyakini ia masih tenggelam dengan pikirannya sampai tidak mengindahkan suara kedebum pintu yang disebabkan olehku.
Di hadapannya terdapat beberapa hidangan yang sudah tersaji di atas meja, terlihat menggiurkan namun sangat ku yakini makanan tersebut tidak lagi hangat karena di diamkan selama beberapa jam. Jangan lupakan dua gelas wine yang sudah terisi dan diletakkan saling berhadapan, sama seperti hidangan yang tersaji di atas meja, minuman tersebut juga belum tersentuh sama sekali.
Pemandangan yang sama yang selalu ku lihat setiap tahunnya.
Aku menghela nafas pelan. "Tetsuya," panggilku membuat sang pemilik nama sedikit tersentak dari lamunannya. Menghapus air matanya kasar sebelum menengok dan memaksakan seulas senyum padaku.
"Akashi-kun," sapanya dengan suara yang masih parau. Aku tau, sangat tau bahwa sedari tadi laki-laki tersebut menangis seorang diri. Menelan mentah-mentah kekecewaannya untuk yang ratusan kali.
Aku melangkahkan kakiku, menghampiri tubuhnya yang kembali menunduk. Berlutut di hadapannya sehingga aku dapat melihat sedikit wajah sedih yang selalu ia berusaha sembunyikan. Menggenggam tangannya yang mengepal kencang, membuat ujung jas yang ia kenakan sedikit kusut.
"Ryouta... tidak datang lagi?" tanyaku lembut. Khawatir sekali jika aku menambahkan luka pada hatinya. Kali ini Tetsuya hanya mengangguk membenarkan. Setetes demi setetes bulir air mata mulai mengenai punggung tanganku. Suara tangis pilu sekali dua kali terdengar di telingaku. Dan untuk kesekian kalinya, menyayat hatiku.
Tanpa pikir panjang aku membawa tubuh Tetsuya yang bergetar ke dalam pelukanku. "It's okay, Tetsuya. Menangis lah. Aku disini." Tangis Tetsuya semakin pecah. Runtuh sudah segala pertahanannya untuk tidak menangis. Mencengkeram kemeja belakangku kencang, seolah-olah Tetsuya ingin menyalurkan seberapa banyak rasa sakit yang ia terima dari luka yang menggores hati.
"A-Akashi-kun... Sakit... Sakit sekali rasanya..." lirihnya sambil terisak. Aku hanya diam, semakin membawanya ke dalam pelukanku. Menciumi pucuk kepalanya berkali-kali.
Dan lagi, hatiku hancur melihatnya. Setiap kali ia menangisi kekasihnya—Kise Ryouta—hatiku selalu hancur. Setiap kali aku harus menyaksikan Tetsuya yang menelan kekecawaannya karena Ryouta tidak menepati janjinya, selalu berhasil menyayat hatiku.
Aku tidak mengerti mengapa laki-laki tersebut tega untuk menyakiti Tetsuya, di saat aku sangat menjaganya dari terluka. Aku tidak mengerti mengapa Kise Ryouta selalu menomor sekiankan Tetsuya, di saat aku selalu menjadikannya prioritas utama hidupku melebihi apapun bahkan melebihi kepentinganku sendiri. Aku tidak mengerti mengapa Kise Ryouta menyia-nyiakan hal yang tidak ku miliki dan bahkan hal yang sejak dulu ingin ku miliki sepenuhnya?
Jelas aku membenci laki-laki tersebut yang terus menyakiti Tetsuya. Sudah puluhan kali aku meminta Tetsuya untuk mengakhiri segalanya, memulai semua dari awal dengan orang yang baru, meminta Tetsuya untuk membuka hatinya agar setidaknya aku bisa masuk. Menggantikan posisi Kise Ryouta di hatinya.
Setidaknya, jika ia bersamaku, aku bisa menjamin segalanya untuk Tetsuya. Jika Tetsuya bersamaku, akan ku berikan dunia dan seisinya serta hidup dan matiku. Apapun yang Tetsuya minta dariku, segala yang Tetsuya inginkan, akan ku kabulkan tanpa ragu sedikit pun. Jika Tetsuya bersamaku, akan ku jadikan ia prioritas pertamaku, akan kutunjukan padanya dan pada dunia seberapa berharga dirinya untukku. Akan ku buat Tetsuya bahagia sehingga ia tidak memiliki jalan lain selain bahagia bersamaku.
Jika bagi Kise Ryouta, Tetsuya adalah hanya sebuah batu biasa yang tak memiliki nilai, maka bagiku Tetsuya adalah sebuah berlian yang tak ternilai harganya. Namun sayangnya, seberapa banyak pun uang yang ku miliki, aku tidak mampu untuk membeli hal tersebut. Tak mampu membeli hati Tetsuya agar bisa ku miliki sepenuhnya.
Sungguh, Kise Ryouta adalah orang yang paling ku irikan di dunia ini. Bagaimana ia bisa memiliki hati dan raga Tetsuya hanya untuknya seorang, disaat aku hanya memiliki punggung mungilnya yang terkadang selalu terlihat sendu dan kesepian. Aku hanya memiliki air mata dan hati yang terluka milik Tetsuya.
Tapi aku bisa apa? Apa yang bisa aku lakukan jika nyatanya seberapa banyak pun aku mengetuk, Tetsuya tak pernah mau membukankan hatinya untukku. Seberapa banyak pun hal yang ku berikan untuk membuatnya bahagia, Tetsuya tetap tak membiarkan tawa bahagianya dimiliki oleh ku dan lagi-lagi hanya milik Kise Ryouta.
Aku hanya bisa menunggu dan berharap. Suatu hari nanti, entah kapan, pada akhirnya Tetsuya menyerah dengan cintanya pada Kise Ryouta dan memilihku. Dan jika saat itu tiba, maka akan ku jadikan Tetsuya sebagai laki-laki paling bahagia di dunia ini, sebagaimana aku yang menjadi laki-laki paling bahagia dan beruntung berhasil memenangkan hatinya hanya untukku seorang.
Ku renggangkan pelukanku setelah ku rasa Tetsuya sudah tenang. Ku hapus air mata yang membekas di kedua pipinya dengan dua ibu jariku.
Hidup menjadi seorang Akashi Seijuurou menjadikanku sering dikerubungi oleh banyak wanita dan laki-laki yang mengagumiku. Tapi aku tidak pernah menemukan sosok secantik Tetsuya. Bahkan saat sedang menangis seperti ini, Tetsuya hanya terlihat semakin cantik di mataku. Bagaimana hidung mungilnya yang memerah, kemudian kulit pipinya yang juga ikut memerah membuatnya semakin terlihat cantik. Yaa meskipun Tetsuya jauh lebih cantik jika sedang tertawa.
"Sudah menangisnya?" Tetsuya hanya mengangguk dengan bibir mungil yang maju beberapa senti. Ah, kalau suasananya memungkinkan dan jika saja aku bisa, aku ingin sekali mengecup bibir merah mudanya tersebut. Ingin merasakan seberapa manis bibir tersebut saat aku melumatnya. Hal yang selama ini hanya berhasil ku bayangkan saja.
"Maaf karena sudah menelfonmu, Akashi-kun." aku menggeleng, memintanya untuk tidak perlu meminta maaf. Aku sudah sangat senang Tetsuya mau menelfonku meskipun hanya di saat-saat seperti ini. Tapi bagiku hal tersebut sudah cukup. Setidaknya aku tau, Tetsuya membutuhkan diriku. Setidaknya aku tau bahwa Tetsuya menginginkanku untuk menemaninya yang tengah hancur.
"Jadi? Kali ini alasannya apa?"
"Photo shoot dadakan entah di Negara mana." Tetsuya menghela nafasnya, melirik ke rangkaian bunga dan beberapa kotak hadiah berukuran sedang yang berada di meja makan yang ku yakini Kise Ryouta mengirimnya ke sini sebagai permintaan maafnya.
Seharusnya malam ini Tetsuya dan Ryouta merayakan hari jadi mereka yang ke tiga tahun. Aku sangat tau seberapa excited-nya Tetsuya menanti-nantikan moment ini. Memintaku untuk menemaninya memilihkan jas untuk bisa ia gunakan malam ini. Katanya, ia menginginkan agar terlihat cantik dan sempurna di mata Ryouta malam ini.
Seandainya aku adalah Kise Ryouta, akan ku katakan setiap harinya seberapa cantik dan sempurna Tetsuya di mataku. Akan ku katakan sebanyak yang Tetsuya mau agar laki-laki mungil di hadapanku tidak lagi merasa insecure, bahwa keindahan dan kecantikannya membutakanku dari penampilan orang lain selain dirinya. Tetsuya yang paling cantik dan tidak ada seorang pun yang dapat mendekati atau menandingi kecantikannya. Tidak sesenti atau secuil pun.
"Somehow, aku mulai lelah dengan semua ini..." lanjutnya setelah hening beberapa detik.
Aku menggenggam tangan Tetsuya. Mengaitkan jari jemari kami satu sama lain. "Aku tidak butuh bunga atau pun hadiah. Aku hanya butuh ia hadir, setidak hanya untuk malam ini. Hanya malam ini saja..." aquamarine indahnya kembali menatap sendu. Aku menghapus air mata yang kembali meluncur bebas di pipinya.
"Tetsuya," panggilku, membawa aquamarine indahnya menatapku.
Sekali ini saja, tidak bisakah kau melihatku seorang?
"Can't I be the one?"
Sungguh, tidak bisa kah Kise Ryouta adalah aku?
"H-huh?"
"Laki-laki yang namanya terukir di hatimu, laki-laki yang memiliki seluruh yang ada padamu, tidak bisakah itu aku?"
"..."
"Jika itu aku... Jika Ryouta adalah aku maka akan aku buat Tetsuya tersenyum setiap harinya. Aku tidak akan membiarkan Tetsuya terluka karenaku mau pun orang lain. Jika Ryouta adalah aku, akan ku sembuhkan segala luka yang pernah tertorehkan di hatimu. Akan ku jadikan Tetsuya prioritas utamaku dan tidak akan ku biarkan kesepian menggerogoti kehidupanmu."
"Apapun, sungguh apapun yang kau inginkan, selagi itu mampu membuatmu tersenyum akan aku lakukan untukmu. Hanya untuk Tetsuya seorang."
"..."
Tiga tahun. Tiga tahun lamanya aku memilih untuk tidak menyerah dan tetap menunggu karena aku tau, Kise Ryouta tidak mencintai Tetsuya sebesar aku mencintainya. Aku sangat tau bahwa Ryouta tidak menginginkan Tetsuya sebesar aku menginginkannya. Aku yang selalu haus akan hadirnya Tetsuya di hidupku. Aku yang rela mengorbankan segala yang kumiliki untuk ditukar dengan kebahagiaan Tetsuya.
Jadi malam ini aku ingin mengakhirnya. Aku ingin Tetsuya tau, bahwa selama ini yang ia butuhkan adalah aku. Bahwa selama ini yang mampu membuatnya bahagia hanyalah aku seorang. Hanya aku, Akashi Seijuurou, bukan Kise Ryouta atau pun orang lain.
"Sungguh tidak bisakah itu aku, Tetsuya?" Aku mencium punggung tangan Tetsuya yang masih ku genggam. Sedangkan aquamarine Tetsuya menatapku dengan sejuta arti.
Katakan saja aku egois, karena memang begitulah kenyataannya. Awalnya aku merasa cukup menjadi bayang-bayang Tetsuya, menjadi sosok yang terus melangkah di belakangnya, yang sangat siap kapan pun Tetsuya butuh seseorang untuk bersandar. Tapi semakin lama, semakin besarnya cintaku padanya, semakin besar pula keinginanku untuk memiliki seluruh yang ada pada dirinya hanya untuk diriku seorang. Semakin banyak pula keegoisanku hanya untuk membuatnya bahagia.
Aku mendekatkan wajahku, menipiskan jarak antara diriku dengan Tetsuya yang masih bergeming. Merasakan sensasi bagaimana bibir milikku bertemu dengan bibir mungil milik Tetsuya. Melumat bibir merah muda yang terasa manis tersebut dengan lembut. Tetsuya tak menolak dan membiarkanku melakukannya.
Aku ingin Tetsuya tau bahwa aku mencintainya melebihi Kise Ryouta melalui setiap lumatanku pada bibir manisnya. Aku ingin Tetsuya mengerti dan yakin bahwa aku tidak main-main dengan segala ucapanku. Melalui lumatan ini pula aku ingin Tetsuya menyadari bahwa aku adalah orang yang akan bahagia bahkan jika harus kehilangan segalanya untuk dirinya.
Dan mungkin, esok hari maupun lusa atau kapanpun itu, aku memang berhasil memenangkan hati Tetsuya hanya untukku seorang.
Pelan-pelan tapi pasti, Tetsuya akan jatuh pada pesonaku.
- The Book of Us -
- Can't I be the one? END –
Halo semuanya! Kali ini aku membawakan project fanfict AkaKuro terbaru. Rencananya ini fanfict berisi one shoot tentang AkaKuro gitu dech~ The Book of Us sendiri bakalan ada beberapa versi selain AkaKuro. The Book of Us versi TodoBaku juga sebenernya udah siap publish hehe ;3 dan mungkin kedepannya bakalan ada The Book of Us dengan versi yang lain ;3 pada intinya, The Book of Us hanya berisi one shoot atau maksimal two shoot tentang OTP fav-ku dengan genre yang campur aduk.
Fyi, ini fanfiction terinspirasi dari lagu Justin Bieber – one less lonely girl hehehe Dan lagi! Pairing kuroko no harem kali ini adalah abang model kita, babang Kise Ryouta ;3 pas denger lagu JB itu aku langsung mikirnya kise entah kenapa XD Semoga kalian suka yaa~
Last but not least, terimakasih untuk jejak yang selalu kalian tinggalkan setelah membaca *bow* Maaf banget aku masih punya banyak utang FF sama kalian, semoga kalian masih sabar dan setia nunggu update-an FF-ku yang lainnya ya;") TERIMAKASIH BANYAK GUYS! Sampai bertemu di cerita berikutnya mina~~! *bow* *poof*
-Matokinite76
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top