04 Ketemu Lagi
Pagi menjelang siang, sebuah mobil memasuki halaman parkir perusahaan jasa pengamanan. Mereka berdua, Nini dan manajernya, bermaksud untuk merekrut satu orang private bodyguard. Sebelum turun dari mobil, Nini mengambil kaca kecil dari tasnya dan mulai mengecek riasan wajahnya dengan cemas. Manajernya itu menatapnya tidak mengerti.
"Kenapa sih lo ngotot banget maksa ikut? Kalo urusan bodyguard lo tinggal serahin aja ke gue," omel Ivan. "Padahal lo ada jadwal interview lho ntar siang."
"Udah di-reschedule kan? Gue tuh pengen ikut milih bodyguard gue sendiri. Gue ngga mau kalo agensi yang milihin."
Ivan hanya bisa geleng kepala. "Ini yang paling aneh. Lo ngga pengen gue janjian dulu. Kok kita harus datang mendadak gini?"
Nini melirik Ivan dengan kikuk. Berdasarkan informasi dari Wina, Wonbin hari ini standby di kantornya. Jika Ivan harus membuat janji terlebih dahulu, Nini hanya takut berita kedatangannya akan tersebar ke seluruh kantor. Ada kemungkinan Wonbin akan menghindarinya. Ya... kemungkinan...
"Udah ahh! Yuk turun!" ajak gadis itu.
Nini dan Ivan berjalan memasuki lobi kantor. Di sepanjang langkahnya, orang-orang yang berlalu lalang di sana terkejut. Mereka membulatkan mata. Ada seorang penyanyi terkenal datang ke kantor mereka. Tujuannya pasti meminta jasa pengamanan. Sebenarnya kantor mereka memiliki banyak klien penting. Namun, tidak biasanya klien yang bersangkutan datang sendiri ke kantor.
Seorang staf pria menyambut mereka di resepsionis. Setelah Ivan berkoordinasi dengannya, staf tersebut mengantarkan Nini dan Ivan memasuki sebuah ruangan di lantai dua. Di dalam ruangan tersebut, ada satu orang bos wanita yang sedang duduk di depan komputernya. Wanita itu menyambut mereka berdua dengan senyumannya yang ramah dan menjabat tangan mereka.
"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?"
"Selamat siang, kami dari Star Company. Kenalkan ini Nini, artis kami, dan saya Ivan, manajernya," sapa Ivan menyambut jabatan tangan.
Wanita itu mempersilahkan mereka berdua untuk duduk di kursi depan mejanya. Ia terlihat sedang mengetikkan sesuatu di komputernya lalu kembali menyapa mereka.
"Iya, kalo mbak Nini saya pasti tahu," puji wanita itu. "Apa mungkin mbak Nini butuh jasa pengawalan untuk konser atau fan meeting? Kami menyediakan jasa bodyguard terlatih untuk event tertentu."
"Lebih tepatnya, kami bermohon untuk private bodyguard," sambung Ivan. "Sebenarnya akhir-akhir ini artis kami menerima banyak perlakuan tidak mengenakkan dari para stalker."
"Bisa, Pak. Butuh berapa orang?"
"Satu saja."
"Baik. Kami memiliki bodyguard elit yang sudah sangat berpengalaman terkait pengawalan pribadi untuk menjamin keselamatan klien kami. Kira-kira, mbak Nini butuhnya kapan?"
Ivan baru akan menjawab pertanyaan wanita itu namun langsung dipotong oleh Nini.
"Maaf, saya boleh tau nama bodyguard-nya?" tanya Nini penasaran.
Wanita itu menyebutkan nama bodyguard yang mereka rekomendasikan. Nini mengerjap cemas. Kok bukan Wonbin sih? Nini menggerutu dalam hatinya. Ia tidak ingin kedatangannya ke perusahaan itu sia-sia jika ia tidak bisa merekrut Wonbin menjadi bodyguard-nya. "Apa saya boleh lihat-lihat profil bodyguard elit di perusahaan ini?"
Wanita itu dengan ramah mengiyakan. Ia memutar layar komputernya menghadap Nini dan menjelaskan beberapa hal di sana. Nini kini melihat jajaran bodyguard elit itu. Matanya tiba-tiba berbinar melihat satu foto. Wonbin! Ia sungguh terkesiap melihat foto profil wajah Wonbin di sana. Baru fotonya saja sudah membuat jantungnya berdegup lebih cepat.
"Maaf mau tanya, yang namanya Wonbin itu kok ada five stars gitu ya?" tanya Nini malu-malu.
"Iya mbak kalau di perusahaan kami ada sistem ranking. Kebetulan yang bernama Wonbin ini bodyguard terbaik di perusahaan kami. Tapi, untuk sekarang dia tidak available sampai satu bulan ke depan karena sudah banyak klien yang mengantri. Kalau mbak butuh cepat, kami punya bodyguard lain yang tidak kalah bagus dari Wonbin."
"Ngga, saya maunya Wonbin," ucap Nini tegas dengan wajah merona.
Ivan melototkan matanya menghadap ke artisnya. "Ni, nunggu satu bulan tuh lama tau! Kemarin aja stalker-nya nyamperin lo di waktu yang berdekatan kan?"
Lagi-lagi Nini tidak menggubris Ivan dan terus meyakinkan wanita di depannya. "Saya ngga masalah nunggu satu bulan."
Ivan memutar bola matanya, tidak habis pikir.
"Baik, mbak Nini. Untuk kesan pertama, saya akan panggilkan dulu orangnya buat ketemu mbak, ya. Kebetulan orangnya ada di kantor. Mohon ditunggu!" Wanita itu lalu berpaling ke arah pesawat telepon di sebelahnya. "Halo, Wonbin masih standby ngga? Oke, suruh ke ruangan gue dong! Sekarang! Gue tunggu!"
Dalam sekejap, jantung Nini berpacu gila-gilaan. Matanya membulat besar. Gadis itu meremas kedua tangannya panik. Ia sungguh tidak menyangka akan bertemu Wonbin sekarang. Awalnya ia mengira akan bertemu dengannya setelah tanda tangan kontrak. Ia sangat tidak siap. Apa yang harus ia katakan?
***
"Woi, ngelamun aja!"
Wonbin tersentak dari lamunannya. Nampak seorang rekan kerjanya menghampiri Wonbin yang sedang menikmati kopinya dengan tatapan kosong di meja panjang. Wonbin kembali menyesap kopi di dalam cangkirnya yang mulai dingin. Ia tidak menyangka akan selarut itu memikirkan ucapan Wina. Gadis itu benar-benar serius merekomendasikannya kepada Nini untuk menjadi bodyguard-nya.
"Napa, Bang?" tanya Wonbin malas.
"Lo masih nemenin klien lo yang developer itu?"
Wonbin mengangguk. "Tapi, hari ini gue ngga ada tugas."
"Ehh, tau ngga? Tadi di lobi gue ngeliat Nini. Lo tau kan? Nini penyanyi yang terkenal itu."
Hampir saja Wonbin tersedak oleh kopinya. Mengapa hal tersebut selalu terjadi setiap kali ia mendengar nama gadis itu? Dan tunggu! Gadis itu ada di lobi? Kedua bola mata Wonbin hampir melompat keluar.
"Di lobi?" ulang Wonbin tidak percaya.
"Yoi! Duh, semoga gue dah yang dapat penugasan ama Nini, please!!! Kontrak gue baru berakhir kemarin ama klien sebelumnya."
Wonbin lalu terdiam. Siapa yang menyangka gadis itu akan datang secepat ini? Itu berarti, Nini benar-benar serius dengan niatnya. Tapi kenapa? Bukankah terakhir kali bertemu, gadis itu marah kepadanya?
Tiba-tiba nampak karyawan lainnya muncul di depan pintu. "Wonbin! Lo dipanggil nyonya bos sekarang! Ada klien baru. Nini! Lo tau Nini kan? Penyanyi terkenal itu."
Wonbin seketika membeku. Ia seakan lupa bernapas.
"Heh? Nini jadinya ama Wonbin? Kok gitu? Yahhh padahal gue kan nganggur."
Pria di depan pintu itu menggelengkan kepalanya. "Ini tuh request khusus dari klien. Dia pengennya lo, Bin. Ngga tau dah kenapa. Buruan naik!"
Wonbin beranjak dari mejanya dan berjalan keluar ruangan. Ia menaiki tangga ke lantai dua sambil membetulkan setelan jas hitam dan dasi yang dikenakannya. Pikirannya berkecamuk. Ia menelan ludah. Setelah sekian tahun, ia akhirnya bertemu kembali dengan Nini dengan cara seperti ini, di situasi seperti ini. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana ia harus bersikap? Wonbin hanya bisa pasrah. Ia mengetuk pintu di depannya dan masuk ke dalam ruangan atasannya.
Nini...
Wonbin dalam sekejap terpaku pada kedua bola mata bulat besar milik Nini. Gadis itu ikut tertegun. Wonbin mengerjap sambil menahan napas. Nini benar-benar ada di depannya sekarang.
"Wonbin, ini calon klien kamu nanti. Pasti kenal lah ya," ujar atasan Wonbin sambil tersenyum. "Siapa sih yang ngga kenal mbak Nini?"
Ivan bangkit berdiri dan menjabat tangan Wonbin. "Ivan, saya manajernya Nini," sapanya. "Dan ini artis kami, Nini. Mohon bantuannya ke depan."
Setelah menjabat tangan Ivan, Wonbin perlahan mengarahkan tangannya untuk menjabat tangan Nini. Gadis itu berdiri lalu menyambut jabatan tangan Wonbin sambil tersenyum samar dan mata berseri, seolah mengisyaratkan betapa bahagianya ia bisa bertemu kembali dengan pria itu.
"Nini..."
"Wonbin..."
Baik Wonbin maupun Nini merasa bahwa tangan mereka sama-sama sedingin es.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top