Chapter 50: Snapgram
Sudah di pagi buta, terlihat berada di salah satu kelas yang menampung hingga seratus mahasiswa, tempat duduknya berbentuk seperti tribune. Amelia dan teman-temannya sudah berada di sana, di depan mereka ada laptop, serta segelas kopi agar menahan rasa kantuk. Sejak semalam mereka begadang, benar-benar tidak tidur bahkan tak sempat sarapan pagi karena nafsu makan mereka hilang terutama Amelia yang merasa mual jika memasukkan sarapan pagi meski itu sepotong roti. Mereka jadi seperti itu karena dilanda banyak tugas laporan dan praktikum, terlebih lagi tugas sebagai relawan. Sungguh menguras tenaga, lalu di hari Rabu nanti ada seminar yang harus mereka bawa yang membahas mengenai Kesehatan Mental Ibu Sebelum dan Sesudah Melahirkan.
"Seharusnya aku ambil hukum saja," ujar Sebastian, "kenapa aku menuruti perkataan ibuku dengan mengambil kedokteran."
Francesca menguap, ia menyandarkan kepalanya di bahu Claudia. "Bukankah ayah dan ibumu mengambil jurusan hukum?"
Sebastian menggeleng pelan. "Hanya Ayah, dia pengacara, sementara ibuku mengambil ekonomi dan bisnis, sekarang buka butik."
Sesaat mereka menatap Sebastian. "Keduanya ranah sosial-humaniora, kau malah mengambil saintis? Ada alasannya?" balas Claudia.
"Ada," ujar Sebastian, "sewaktu dulu, ibuku keguguran dan aku kehilangan adikku, semenjak itu ibu tak mau hamil lagi, trauma katanya, terus dia bilang ke aku untuk mengambil kedokteran agar saat istriku hamil, aku bisa lebih perhatian dan paham cara merawatnya."
"Dan kauturuti hal itu?" kata Catherine, tetapi fokus mengetik di laptopnya.
"Aku tak tega menolak," balas Sebastian, "terlebih ibu selalu ingat saat dia keguguran dan ingin sekali aku menjadi dokter, jadi aku milih masuk kedokteran." Teman-temannya merasa sedih dengan cerita itu.
"Bagaimana dengan Amelia," kata Francesca menatap pada si gadis cantik yang tengah membaca artikel ilmiah. "Kenapa pilih kedokteran."
Sesaat alisnya terangkat lalu ia berujar dengan lugas. "Sebenarnya jurusan apa pun bisa kumasuki dan nilaiku pasti sempurna. Jadi aku mencari jurusan paling sulit, tapi banyak peminat, dan wala, aku memutuskan masuk kedokteran klinis."
Francesca berucap, "baru kali ini ada yang beralasan masuk kedokteran karena ingin jurusan paling sulit."
"Itulah aku," ujar Amelia, "bukankah yang aku terbaik?" Ia membanggakan diri.
"Terserah pada Queen Bee," sahut Catherine dan mereka terkekeh.
"Oh hey, Kenneth mengunggah foto," ujar Francesca, "woah kurasa dia mendapat penghargaan dari Dekan di departemen kedokteran Oxford." Ia menekan suka.
"Jika dia tak heran," kata Claudia, "cuma Kenneth yang bisa seimbang nilainya dengan Amelia." Ia melirik pada Sebastian yang sudah tertidur di sampingnya. "Dasar tukang tidur."
"Tidak juga, Clau," balas Catherine seraya menekan suka pada postingan Kenneth. "Amelia jauh masih lebih unggul."
"Kuakui dia memang cerdas, meski aku paling cerdas di antara yang cerdas," balas Amelia seraya menekan suka juga.
Kemudian dia unggah postingan Kenneth tersebut ke snapgram, seraya memberi stiker berbentuk love, kemudian caption berupa ucapan selamat. Dalam hitungan detik sudah banyak yang melihat snapgram Amelia itu.
"Kau yakin mengunggahnya di snapgram?" kata Catherine, "kau akan membuat orang-orang menyebarkan gosip dan berpikir jika rumornya benar."
"Oh come on, Cathy, ini hanya sebuah snapgram," balas Amelia acuh tak acuh, "lagi pula aku beri ucapan ini sebagai teman. Jika ada yang berasumsi lain dan termakan hoaks, maka itu salah mereka, mengapa mereka bodoh sehingga tak bisa memilah informasi dengan benar."
"Tetap saja kauharus berhati-hati," balas Claudia, "karena banyak yang percaya jika kalian pacaran diam-diam, bahkan kalian ada julukannya lho."
"Couple terbaik Departemen Kedokteran," ujar Francesca ikut nimbrung seraya menyeruput kopinya. "Bahkan ada yang memberi kalian nama, Couple Rockstar karena kau pernah main gitar dan Kenneth juga begitu."
"Julukan jelek apa itu?" Amelia merasa jijik. "Lagi pula abaikan saja semua itu, aku dan Kenneth hanya teman terlebih kami pernah beberapa kali ikut perwakilan scientist dan membawakan seminar yang sama, aku pematerinya dan dia MC-nya. Hanya sekadar itu, tidak lebih."
Teman-temannya hanya diam mendengar gadis itu berujar sementara Sebastian masih tidur bahkan terdengar mengorok.
Sebenarnya sudah sangat lama orang-orang membicarakan Amelia dan Kenneth Winchester karena keduanya sangat menonjol. Kenneth seorang putra tunggal dari keluarga konglomerat, ayahnya memiliki perusahaan besar berpusat di Washington DC, dulu di kota Erysvale, tetapi sudah dipindahkan. Kemudian beberapa cabang perusahaannya di kota-kota lain. Keluarganya berpendidikan tinggi, punya banyak relasi, lalu Kenneth sendiri dikenal sebagai pria yang tampan, kaya raya, selalu berpakaian mewah, tidak pelit, serta sangat cerdas dan kecerdasannya dapat diadu dengan Amelia.
Atas inilah banyak yang menjodohkan Kenneth dengan Amelia karena memang pria itu yang satu-satunya punya kelebihan yang tidak jomplang dari Amelia. Seolah-olah mereka memang cocok satu sama lain, terlebih mereka sering terlihat di projek kuliah yang sama, mereka juga teman dekat, jadi tak heran jika ada rumor berkata kalau sebenarnya mereka pacaran hanya saja disembunyikan.
Sayangnya, rumor itu lekas dibantah Amelia, tetapi Kenneth tak pernah benar-benar membantahnya. Sehingga rumor baru berkata kalau mereka saling mencintai hanya saja tak berani mengungkapkan perasaan satu sama lain jadi hanya mendukung secara diam-diam. Inilah yang membuat mereka dianggap sebagai couple bagi sebagian mahasiswa, meskipun kenyataannya beberapa orang tak suka julukan tersebut karena diketahui pula kalau Krystal dekat dengan Kenneth bahkan terlihat beberapa kali bersama dan sangat dekat. Jadi hubungan mereka semacam cinta segitiga, duh sangat ribet sekali.
"Orang-orang bodoh akan terus berdengung membicarakan ratu mereka, lalu mereka hanya berani di belakangku, jika berhadapan langsung mereka pasti akan bungkam atau malah meminta tanda tangan dan foto denganku," ujar Amelia, "jadi tenang saja. Aku hanya mengunggah snapgram foto lima belas detik, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Malahan aku bahagia jika jalang yang cemburu dengan snapgram-ku."
Teman-teman Amelia menghela napas karena sahabat mereka sangat percaya diri. Kini mereka hanya berharap jika tak ada rumor aneh lagi yang tersebar dan orang-orang terima saja jika Amelia memang tak punya hubungan spesial dengan Kenneth, mereka hanya sekadar teman. Lalu semoga tidak ada pula yang tersinggung karena sebuah snapgram 24 jam berupa foto seorang pria.
Benarkah? Karena semesta senang sekali bercanda. Dengan cara memberi sebuah kecemburuan kecil pada seorang gadis berambut hitam, berponi yang kini bersama dengan dua temannya, Amberlee dan Henry.
Gadis itu menatap pada layar ponselnya, banyak komentar di postingan Kenneth yang mengucapkan selamat sekaligus bertanya-tanya apakah ada hubungan spesial antara Kenneth dengan Amelia serta komentar yang menjodohkan kedua orang tersebut agar resmi jadi sepasang kekasih.
"Menjijikkan," kata Krystal, "orang-orang terus saja memasangkan Kenneth dengan pelacur itu. Maksudku berhenti berdelusi seolah-olah mereka akan bersama."
Amberlee setuju dengan sahabatnya itu. "Kenneth tak mau menutup kolom komentarnya? Terlalu banyak shipper gila yang komen." Ia menatap pada Henry yang sibuk mengirim pesan pada beberapa gadis di universitas ini.
"Tunggu sebentar, aku ada dua kencan hari ini dan waktunya berdekatan, menurut kalian lebih baik di tempat yang sama atau berbeda? Jeda kencannya hanya setengah jam, dan kedua gadis itu standar saja sih wajahnya jadi aku enggan di restoran mahal," ujar Henry, diketahui jika dia tengah mengencani lima gadis sekaligus dan selalu bergantian setiap harinya, meskipun mereka pada akhirnya akan dibuang pula oleh Henry.
"Gila kau ya," balas Amberlee, "tapi tempatnya yang sama saja, kau tak perlu membuang energi hanya untuk dua jalang jelek-miskin."
"Okay," balas Henry segera mengirimkan pesan ke kedua gadis yang akan berkencan dengannya hari ini pada pukul empat kemudian pukul enam.
Krystal menatap heran pada sahabatnya itu yang dikenal sebagai playboy papan atas, sebulan selalu bergonta-ganti pacar bahkan punya banyak selingkuhan, tetapi masih banyak gadis-gadis yang mencintainya. "Jika mereka jalang dan miskin, kenapa kau memberi mereka kesempatan?"
Henry memutar bola matanya malas. "Karena aku kasihan, mereka terus memohon jadi kuberi kesempatan. Lagi pula, fuck, ciuman mereka lumayan dan punya payudara besar ketimbang beberapa gadis sebelumnya."
"Kau harus membawa otakmu ke bengkel," balas Krystal.
"Lebih tepatnya otak gadis-gadis tolol itu karena mereka masih saja percaya pada playboy sepertiku," balas Henry.
"Setuju, para gadis itu memang jalang jadi otak mereka tak lebih dari seujung sendok teh." Amberlee terkekeh. "Oh shit, Kenneth mengunggah ulang snapgram Amelia. Sahabatmu ini sangat bodoh ya?"
Henry menghela napas. "Itu hak dia dan aku tak bertanggungjawab atas kebodohannya. Aku sudah sering menegur, tapi dia tetap tak peduli dan keras kepala. Kurasa Amelia memberinya mantra atau guna-guna." Henry berdiri. "Aku harus pergi, Sabrina hendak bertemu denganku."
"Sabrina Carpenter?" ujar Amberlee.
"No, but Sabrina, my another slut." Henry tersenyum lalu segera pergi. "Bye."
Amberlee hanya menggeleng, sahabatnya satu itu seorang playboy sementara Kenneth, lelaki bodoh yang cinta buta pada si jalang Amelia. Sungguh kepribadian mereka bagaikan langit dan bumi. "Jadi apa rencanamu kali ini? Kau takkan membiarkan Amelia mengejekmu 'kan? Kuyakin dia punya maksud tertentu dengan membuat snapgram itu jadi bukan sekadar memberi selamat pada Kenneth."
Krystal hanya diam menatap foto Kenneth yang tersenyum dan terlihat tampan dengan setelan jas hitam serta rambut disisir rapi sehingga memperlihatkan jidatnya. Sebenarnya sudah jadi makanan publik, maksudnya para mahasiswa di universitas ini mengenai rumor cinta segitiga antara Amelia, Kenneth, dan Krystal. Meskipun Amelia membantah tegas jika ia hanya menganggap Kenneth sebagai teman, tetapi tak bisa dimungkiri jika Kenneth mencintai Amelia, sementara Krystal diam-diam mencintai Kenneth. Sayangnya, orang-orang hanya tahu jika Krystal sebagai sahabat Kenneth bahkan Kenneth kemungkinan besar tak tahu jika Krystal menaruh perasaan padanya.
"Jalang itu sengaja mengejek karena dia tahu jika kau sampai sekarang masih menyukai Ken," ujar Amberlee, "kau yakin akan diam saja?"
Awalnya Krystal tak masalah jika Kenneth tak tahu perasaannya, tetapi dikarenakan Amelia tahu jika Krystal mencintai Kenneth. Gadis itu terkadang berusaha membuat Krystal cemburu mati dengan cara menunjukan kedekatannya dengan Kenneth meskipun berkedok teman kuliah, padahal bagi Krystal, jika Amelia tak menyukai Kenneth, bukankah cukup tak memperlihatkan kedekatan dengan Kenneth agar Kenneth juga tak berharap pada Amelia. Namun, Amelia tak melakukannya karena dia hendak menghancurkan Krystal secara perlahan-lahan.
"Pelacur itu selalu mengambil segalanya dariku," kata Krystal, "dulu gelarku sebagai Queen Bee sekarang dia sengaja membuatku cemburu karena orang yang kucintai tergila-gila padanya." Lekas Krystal membuka galeri ponselnya. "Dunia ini nggak pernah adil padaku."
"Jadi apa yang akan kau lakukan?" kata Amberlee.
"Jika dia hendak membuatku cemburu maka kubalas dengan hal yang sama," ujar Krystal, "lagi pula aku hendak melihat apakah asumsiku benar atau tidak." Ia tersenyum jahat.
Setelah menemukan foto yang ia cari, lekas ia membuka snapgram-nya kemudian mengunggah foto tersebut, ia tata fotonya se-aesthetic dan secantik mungkin, tone warna biru, memberi stiker bunga dan love, musik Ariana Grande—Fantasize, serta sebuah caption: aku bertemu lelaki cantik dan imut ketika di Panti Jompo, dia ternyata donatur juga, sungguh menarik perhatianku, XOXO♡.
Amberlee menatap Krystal dengan mata membulat lalu terkekeh. "Seriously, bukankah dia anak yang kemarin di Panti Jompo? Kau punya fotonya?"
"Aku potret diam-diam dari belakang," balas Krystal tersenyum jahat, "tapi kuyakin cukup membuat gadis jalang itu terbakar amarah."
"Kauseyakin itu? Bagaimana jika Amelia tak kenal, laki-laki itu?" sahut Amberlee.
"Mustahil, jika Catherine dan Claudia sangat panik ketika penculikan di Panti Jompo, pasti bocah itu sangat penting," ucap Krystal.
"Kita harus ke kelas," ujar Amberlee, "aku ingin melihat pertengkaran kalian."
Krystal tersenyum puas. "Lagi pula jika Amelia tak peduli, aku tak masalah karena bocah itu lumayan juga, terlebih dia sangat polos bahkan bodycount saja tak paham. Jadi jika kucicipi akan jadi kesenangan tersendiri untukku. Kapan lagi ada lelaki cantik yang bisa kusetubuhi?"
****
Kini Amelia sibuk bermain ponsel, menatap pada banyaknya komentar yang membalas snapgram-nya hanya karena Kenneth mengunggah ulang. Ternyata hingga kini masih banyak yang berpikir jika ada hubungan spesial antara dia dan Kenneth, padahal tidak sama sekali bahkan Amelia terkadang lelah dirumorkan seperti itu. Meskipun sesekali ia senang karena bisa ia gunakan hal ini untuk membuat Krystal cemburu.
Hingga tak lama kemudian Krystal datang bersama dengan Amberlee, terlihat keduanya cekikikan, membuat Amelia tersenyum tipis sesaat lalu berujar, "sahabatmu berhasil mendapatkan penghargaan dari Universitas Oxford, kau pasti sangat bangga padanya."
Krystal tersenyum tipis. Sepertinya Amelia tak tahu mengenai snapgram Krystal, tentu saja karena mereka berdua tak saling mengikuti akun Instagram. Untuk apa musuh bebuyutan saling mengikuti media sosial? "Tentu aku sangat bangga karenanya aku memberi ucapan langsung melalui chat, aku tak perlu mengunggah fotonya ke Instagram."
"Yeah," balas Amelia dengan angkuh. Orang-orang di kelas itu hanya memperhatikan dari kejauhan, takut ikut campur, bahkan teman-teman Amelia juga diam saja termasuk Amberlee. "Kau benar, aku enggan menghubungi Kenneth langsung karena takutnya orang lain akan tahu dan semakin banyak rumor yang percaya jika aku dan Kenneth punya hubungan spesial, opss, tapi maaf, aku tak menyukai pria itu meski sepertinya dia sangat perhatian dan tergila-gila padaku."
Sesaat Krystal merasakan amarah menjalar ke dadanya, ia mengepalkan tangannya untuk menahan ledakan emosi. Lalu perlahan ia tersenyum tipis. "Silakan lakukan apa pun yang kau mau karena aku memang tak berniat mengucapkan selamat melalui media sosial, lagi pula kali ini aku sedang memuji pria lain yang imut, aku bertemu dengannya di Panti Jompo."
Perkataan itu memicu Catherine dan Claudia, mereka sampai menoleh dari laptop dan menatap Krystal. "Sialan barusan apa gadis jalang itu katakan?" Kini Catherine dan Claudia merasa jika perang akan terjadi pada detik ini.
"Apa maksudmu?" Nada suara Amelia berubah dingin, ia menatap sinis sesaat.
"Ah, kau belum mengecek story Instagram-ku?" Krystal terkekeh. "Oh bodohnya aku karena kita tak saling mengikuti. Kurasa kau harus mengeceknya sendiri atau biar kubantu, Amberlee, kirim snapgram-ku pada mereka."
Detik itu yang pertama menutup mulut adalah Catherine dan Claudia, mereka bahkan membelalak serta yakin jika Krystal tengah mengibarkan bendera perang. Sementara Francesca menyadari jika di snapgram Krystal adalah ... Viole. Jangan tanya Sebastian, dia masih tidur nyenyak, abaikan saja dia.
Krystal terkekeh puas. Perlahan ia menuruni satu per satu anak tangga hendak mencari tempat duduk. "Bocah itu cantik 'kan? Aku bertemu dan mengobrol dengannya di Panti Jompo, dia benar-benar menarik perhatianku, jadi ingin punya pacar seperti dia, sekali-kali aku harus berkencan dengan laki-laki imut dan lebih muda deh."
Tampak Amelia hanya diam menatap ponselnya, membuat Krystal tersenyum puas karena jebakannya berhasil, Amelia memang mengenal lelaki imut bernama Violetta itu. "Kenapa diam? Apakah kau mengenalnya?" Krystal kemudian memperlihatkan foto Viole, meski sedikit blur karena di foto dari jauh, tetapi terlihat jelas jika itu adalah Viole. "Opss, kurasa kau tak mau kuganggu saat ini, baiklah, aku takkan mengusikmu karena si cantik ini akan jadi targetku selanjutnya." Ada jeda sesaat. "Lalu oh ya, apakah Catherine dan Claudia tak cerita apa pun karena mereka tahu jika aku mengobrol dengan bocah itu."
Amelia sesaat melirik pada Catherine dan Claudia yang berkeringat dingin. Krystal berbalik dan hendak melangkah, tetapi tiba-tiba Amelia berdiri. Teman-temannya yang terkejut hendak menghentikan Amelia, tetapi gagal dan kini maju ke hadapan Krystal lalu menarik bahunya. "Jalang sialan, berani kau memotretnya, kau melanggar privasi seseorang, dasar penguntit sialan!"
Lekas Krystal menepis tangan Amelia, tetapi gadis itu menarik kerah kemeja Krystal yang kemudian dibalas Krystal dengan menarik kerah kemeja Amelia juga. Kini bendera perang telah dikibarkan setinggi mungkin dan harap para mahasiswa di luar peperangan untuk menjauh dari medan perang tersebut.
"Kenapa kaumarah?" Krystal terkekeh, ia sangat puas karena berhasil memancing amarah Amelia. Wah, sungguh tak ia sangka jika gadis ini akan benar-benar emosi padahal hanya foto bocah bernama Violetta itu. Bukankah artinya, bocah itu penting bagi Amelia? "Terserah padaku maumemotret siapa, lagi pula bocah cantik itu, kau tak mengenalnya bukan?"
"Tetap saja." Amelia mengeratkan cengkeramannya, bisa Krystal rasakan jika tenaga gadis di depannya ini sangat besar. "Kau seharusnya tak memotret seseorang tanpa izin, dasar jalang menjijikkan. Cepat hapus foto itu."
"Bagaimana jika aku tak mau?" balas Krystal, "lagi pula, apa hakmu menyuruhku menghapus foto itu, huh? Kau bukan siapa-siapa bocah itu meski kau kenal dia! Aku juga enggan menghapus foto bocah cantik yang ohhh shit, jika aku merasakan bibir merah mudanya, pasti manis!"
Detik itu keributan terjadi ketika Amelia mendorong kuat Krystal hingga membentur ujung meja. "Jalang sialan, sakit---"
Cengkeraman Amelia semakin kuat hingga berhasil merobek dikit kemeja Krystal. "Kau sangat menyedihkan, hanya karena para pria lebih mencintaiku serta cintamu pada Kenneth bertepuk sebelah tangan, kini kau mengincar bocah itu? Betapa kau tidak laku, pantas terkadang kau pergi ke klub untuk menggoda pria seperti pelacur tanpa bayaran."
"Tutup mulutmu, kau yang pelacur karena mengambil segalanya dariku!" teriak Krystal lekas menjambak rambut Amelia sekuat mungkin hingga beberapa helai lepas.
"Krystal sialan! Kau merusak rambutku!" teriak Amelia yang kini bakas menjambak rambut Krystal.
"Aku akan mendapatkan kembali gelar Queen Bee-ku, kau sialan!"
Kini Krystal menarik rambut Amelia lagi. Amelia yang tak mau kalah pun menjambak rambut Krystal balik. Mereka saling menyakiti satu sama lain, bahkan Amelia mendorong Krystal hingga terbaring di atas meja, lalu tubuh Amelia di atasnya dan mereka masih saling menarik rambut, keras baju, menampar wajah, serta pertengkaran layaknya wanita pada umumnya. Membuat kondisi kelas sangat riuh.
Akibatnya, teman-teman mereka berusaha untuk melerai, Amberlee merasa ini semua keterlaluan, ia terpaksa menarik Krystal, begitu pula Catherine yang menarik Amelia agar berhenti menjambak rambut Krystal. Namun, keduanya tak mau berhenti, melepaskan diri dari teman masing-masing, lalu maju lagi untuk saling menjambak rambut, segala macam umpatan dan hinaan saling mereka lontarkan hingga menghilangkan sesaat citra mereka sebagai kedua primadona universitas tersebut.
Bagi yang tak tahu alasan sebenarnya pemicu pertengkaran tersebut, rumor pasti beredar jika alasannya karena memperebutkan Kenneth terutama topik hangat yang dibicarakan saat ini adalah Kenneth. Sungguh menyebalkan para penyebar rumor tanpa mencari tahu fakta lapangan. Kehidupan perkuliahan yang benar-benar penuh banyak drama.
"Tidur, pura-pura tidur, biarkan mereka bertengkar karena aku malas ikut campur," batin Sebastian Nehemiah yang masih menopang kepalanya dengan lipatan kedua tangan serta memejamkan mata. Ia sebenarnya sudah bangun sejak Krystal datang, tetapi ia pura-pura tidur karena tahu jika akan ada perang di sini, jadi lebih baik, dia diam saja agar tak jadi penengah dua gadis gila itu. "Oh Tuhan, pertengkaran dua gadis karena laki-laki sangat seram, melebihi perang dunia kedua."
Pertengkaran Amelia dan Krystal usai ketika profesor yang mengajar di kelas itu datang, keduanya sangat kacau balau, rambut berantakan, baju kusut bahkan kerah baju robek, pergelangan tangan merah, pipi luka dan merah karena terkena cakaran kuku tajam satu sama lain. Memang benar, pertengkaran antara perempuan sangat mengerikan.
****
Selesai kelas, Amelia lekas pergi dari sana dengan perasaan marah yang meluap-luap ibarat gunung merapi yang hendak menumpahkan lahar panasnya. Teman-temannya mengikuti karena Amelia memberi tatapan sinis nan tajam pada Catherine dan Claudia. Kini mereka di kelas kosong yang cukup jauh dari kelas sebelumnya, betapa seramnya ketika Amelia membanting pintu sangat kuat hingga kaca-kaca jendela bergetar. Francesca sampai harus bersembunyi di belakang Sebastian, sementara Catherina dan Claudia bersiap untuk menghadapi ledakan amarah gadis itu.
"BAJINGAN SIALAN KALIAN BERDUA!!" Suaranya menggelegar di ruangan itu. Ia menunjuk pada Catherine dan Claudia. "Bagaimana bisa kalian menutupi hal ini dariku?! Bagaimana bisa kalian diam saja dan tak mengatakan apa pun padaku kalau Krystal pelacur itu pernah bertemu dengan Viole!"
Francesca berujar, "Amelia, tenanglah dulu, kita bisa bahas hal ini---"
"Shut up, Cesca! Ini bukan urusanmu, ini masalahku dengan kedua teman sialan ini!" Kini dia menatap pada Catherine yang menatap balik, sementara Claudia hanya diam menunduk. Gadis itu benar-benar marah, sudah lama mereka tak melihat Amelia semarah ini. "Kenapa kalian diam? Bagaimana bisa Krystal mengenal Viole, apa yang dia lakukan pada Viole saat di Panti Jompo itu? Kejadian ini saat penculikan itu bukan?! Kenapa kalian sembunyikan dariku, apakah kalian sengaja, kalian mau membantu jalang Krystal itu untuk merebut Viole dariku, huh? Jawab aku!"
Tiba-tiba Sebastian menahan bahu Amelia. "Jangan bertengkar, kita bisa bicarakan secara baik-baik tanpa emosi, pasti ada alasan kenapa mereka belum cerita padamu."
Mereka menatap pada Sebastian yang terlihat paling dewasa sehingga dapat menenangkan mereka. Namun, bukannya tenang, Amelia malah menepis tangan Sebastian. "Jangan sentuh aku, berengsek." Maka Amelia melakukan tendangan menggunakan lutut ke perut Sebastian, pria itu tertunduk kesakitan memegangi perutnya.
"Sialan kau," ujar Sebastian merebahkan tubuhnya di lantai karena perutnya ngilu, sementara Francesca lekas membantu Sebastian.
"Sekarang cepat ceritakan semuanya," ujar Amelia menatap sinis pada Catherine dan Claudia, terukir di pelupuk mata gadis itu genangan air. "Kenapa kalian sembunyikan hal ini dariku?"
"Karena kami takut," ujar Catherine, "Krystal bertemu Viole, bersamaan siangnya penyerangan dan penculikan itu terjadi, serta Viole dilarikan ke rumah sakit. Kami melihatmu sangat hancur karena Viole tak sadarkan diri dan terluka, jadi kami tak kepikiran untuk menceritakan apa yang terjadi antara Krystal dan Viole. Kami mau cerita setelah Viole keluar dari rumah sakit, tapi aku belum siap karena kami takut kau akan marah."
"Aku memang akan marah!! Namun, aku lebih marah jika kalian tak ceritakan hal ini dari awal, terutama karena aku malah mendengar langsung dari si jalang itu!" teriak Amelia, perlahan ia menyurai rambutnya. "Oh Tuhan. Ini membuatku sakit kepala."
Hening sesaat menyeruak, mereka tak berani berujar karena Amelia terlihat sangat frustrasi bahkan ia tak sadar jika ada luka di pipi dan lehernya, bekas memerah di tangannya akibat pertengkaran dengan Krystal tadi. Sebastian terlihat duduk di pojok ruangan bersama Francesca, takut ikut campur lagi.
"Ceritakan sekarang, apa yang jalang itu perbuat," ujar Amelia mulai tenang, kembali dengan citranya sebagai Queen Bee.
"Kami akan cerita dari awal secara keseluruhan," ujar Claudia setelah mengusap air mata karena saking takutnya ia sampai menangis.
"Ya dan jika kudengar Krystal itu berani macam-macam pada Viole bahkan sekadar perbuatan secara verbal, aku akan mengambil kapak dan kueksekusi jalang itu, detik ini juga."
Detik itu, Catherina dan Claudia hanya bisa pasrah karena sudah dipastikan jika Amelia akan mengamuk lagi setelah mendengar cerita Catherine ini terlebih perkataan Krystal yang ingin bersetubuh dengan Viole atau perkara Viole dikira gay. "Mati sudah Krystal, pasti hari ini diselenggarakan pemakamannya juga."
"Jadi kau tahukan jika di Panti Jompo tempat kami jadi relawan, ada acara ulang tahun Panti Jompo tersebut, para donatur diundang dan Viole termasuk salah satu donatur karena dia sering memberikan donasi. Kemudian sebelum acara, kami berdua melihat ...." Maka cerita berlanjut tanpa ada yang ditutupi, selama cerita tersebut, Catherine dan Claudia tak bisa melihat ekspresi tenang di wajah Amelia. Gadis itu mirip seperti tokoh penjahat yang bersiap untuk membunuh targetnya.
"Kalian bilang apa tadi?" Suara Amelia terdengar sangat rendah, tatapannya seolah menghitam dan manik mata hazel-nya tampak seperti mati serta redup. "Gay, one stand night dan bodycount?"
Catherine menelan saliva, ia takut. "Ya, Viole yang berkata jika Krystal ingin dia menjadi one stand night-nya, tapi Viole sepertinya tak paham. Sebelum Krystal bertindak lebih jauh, kami datang menolong Viole."
Mendengar hal itu, tanpa berujar satu patah kata pun. Amelia langsung berbalik dan keluar dari kelas tersebut, sukses membuat teman-temannya terkejut, lekas mereka mengejar Amelia. "Tolong tenangkan dirimu, jangan kau berniat untuk membunuh Krystal karena ini takkan menyelesaikan masalah apa pun," ujar Catherine.
Amelia masih melangkah pelan dan angkuh. "Sweetie, kata siapa aku akan membunuh jalang itu? Aku bukan pembunuh dan aku masih waras untuk tidak melakukan perbuatan melanggar norma itu." Ia tersenyum manis pada Catherine. "Lagi pula aku mau ke sekolah, mau bertemu Viole-ku, pretty-ku, sayangku, my cutie pookie bear."
"Tapi kelas selanjutnya," ujar Claudia.
"Aku tak peduli." Amelia menatap kedua temannya. "Aku pergi ya, terima kasih atas kejujuran cerita kalian tadi, bye." Lekas Amelia melangkah pergi dari sana meninggalkan keempat temannya yang hanya bisa diam menatap punggung Amelia yang perlahan menjauh.
"Kenapa dia bisa segila itu pada bocah yang baru ditemuinya padahal baru sebulan?" ujar Sebastian.
"Entahlah, aku juga bingung," balas Catherine dan Claudia secara bersamaan.
"Mungkin karena traumanya dulu," kata Francesca, teman-temannya hanya bisa menatap dan tak berkomentar apa pun.
Kini Amelia lekas melangkah ke mobil lamborghini veneno black miliknya, ia memang sengaja menggunakan mobil ini, tentu saja untuk pamer. Berada di dalam mobil, ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
Ada jeda sesaat ketika Amelia mendengarkan jawaban dari seseorang yang ia telepon. Setelahnya, ia menyalakan mesin mobil tersebut kemudian menancap gas dan pergi keluar dari lapangan parkiran sebelah Utara dan melaju kencang ke Sekolah Menengah Atas Erysvale.
Sementara itu di sisi Krystal, ia tengah bercanda dengan teman-temannya, banyak yang menanyakan pada Krystal mengenai lelaki imut di snapgram-nya, fotonya buram jadi mereka hendak foto yang lebih jelas. Dikarenakan hal itu, Krystal mau memperlihatkan foto Viole yang memperlihatkan wajah lelaki itu.
"Baiklah tunggu sebentar." Krystal hendak mengecek ponselnya. Namun, alih-alih menemukan foto Viole di galeri, ternyata seluruh foto Krystal yang mencapai ribuan foto kini semuanya hilang, tidak satu pun tersisa.
"Krystal," kata Amberlee, "akun Instagram-mu ke-banned!"
"APA, BAGAIMANA BISA?!" teriak Krystal. Ia kembali menatap ponselnya yang tiba-tiba eror, aplikasinya terbuka dan tutup sendiri, layarnya jadi seperti layar televisi zaman dulu jika rusak, lalu tiba-tiba ponselnya mati total, berkali-kali ia tekan tombol power-nya, tetapi tak kunjung menyala. "Tidak, tidak, tidak! Sialan ponselku rusak!!" Detik itu, Krystal merasa jika hidupnya hari ini benar-benar apes.
****
Hari ini adalah hari happy kuning cerah! Jadi berikan tepuk tangan karena para murid memiliki suasana hati yang baik dan damai pada hari ini, terutama tidak ada berita apa pun yang berkaitan dengan pembunuh berantai dan sejenisnya. Mereka pun bersuka ria menikmati kegiatan di sekolah, terutama karena para guru berhalangan hadir–ada seminar khusus yang harus dihadiri para guru—dan kelas jadi kosong. Akhirnya para murid berkumpul dengan teman-teman mereka untuk berbagi cerita atau mencari rekomendasi kostum untuk Halloween nanti, ada pula yang bermain di taman belakang sekolah serta pergi ke lapangan basket.
Di kelas Viole pun, para murid ramai berkumpul dan menikmati kue cromboloni rumahan, yang dibuatkan oleh koki dadakan, Violetta Beauvoir. Jadi lelaki yang mengenakan kemeja kerah putih, kaos tebal kuning cerah, dan celana cokelat-putih kotak-kotak itu, memasak kue cromboloni dari rumahnya, ukurannya kecil saja, sekali makan serta isinya cokelat diberi taburan ceres cokelat, kemudian dibagikan ke teman sekelasnya. Jadi mereka sangat berterima kasih pada lelaki yang di awal semester bersikap dingin, tetapi makin kesini jadi ketahuan jika dia baik seperti warna kuning cerah.
"Tumben kau membuat untuk satu kelas," ujar Louie, sambil makan cromboloni pelan-pelan karena takut cepat habis terutama ukurannya kecil.
"Iya, biasanya untuk kami saja," balas Sophia. Mereka sebenarnya sudah sering dimasakkan Viole makanan, seperti roti bakar, croissant, dan lainnya. Namun, baru kali ini sampai dibagi ke banyak murid.
"Dari jam berapa kau memasak semua ini?" ujar Theodore, sudah menghabiskan cromboloninya.
"Jam dua pagi," balas Viole tengah menatap ponselnya.
"Seriusan," sahut Emma, "Viole, jangan terlalu memaksakan diri sampai kau harus bangun jam dua pagi."
"Tidak masalah, aku juga tak mengantuk kok," balas Viole yang entah mengapa senyumannya pudar. Padahal baru setengah jam tadi dia terlihat bahagia dan berkeliling membagikan cromboloni ke teman-temannya.
"Oh okay," balas Emma, "tapi lain kali jangan begadang atau memaksakan diri okay?" Dan Viole menganggukan kepalanya pelan kemudian kembali diam. Teman-temannya jadi sungkan bertanya hal lain lagi karena sepertinya ada sesuatu yang mengusik lelaki itu.
Sebenarnya Viole terbangun jam satu pagi buta karena gangguan dari boogeyman, ia sengaja tak minum obatnya, tetapi malah mendapat gangguan, karena memaksakan diri tetap tak mau mengkonsumsi pil Nix jadi ia tidak tidur dari jam itu. Merasa harus melakukan sesuatu, maka Viole memutuskan membuat kue cromboloni karena sudah lama tak masak kue ini. Ketika masak awalnya ia hanya mau membuat untuk dirinya, lalu untuk teman-temannya, hingga kepikiran untuk membuatkan Amelia juga.
"Nanti kalau aku nggak masak untuk dia, dia bakal tagih terus karena mau juga." Setidaknya itulah yang ia ucapkan pada dirinya semalam. Namun, ia malu untuk memberi Amelia kue cromboloni karena nanti dikira punya maksud tersendiri. Jadi Viole memutuskan untuk membuat lebih banyak lagi dan dibagikan ke teman sekelasnya jadi tak dikira punya maksud tertentu oleh Amelia.
"Tapi kok punya Amelia lebih besar sendiri ukurannya." Viole berkata dan heran pada dirinya sendiri. "Tidak masalah deh karena Amelia kan orang dewasa dan nafsu makannya banyak jadi lima cromboloni pas untuknya." Lucu sekali dia padahal teman-temannya hanya dapat satu cromboloni itu pun ukurannya kecil.
Atas inilah, lima cromboloni ukuran besar dengan isi selai cokelat dan diberi cokelat pula di atasnya serta ceres dimasukkan dalam tempat bekal berwarna kuning dengan stiker bebek putih, lalu Viole juga membawa susu full cream dalam botol kuning tembus pandang dengan gambar bebek pula. Semua ini untuk Amelia dan ia membuatnya dengan senang hati. Maka seharusnya pada hari ini dari pagi hingga menjelang sore harus dipenuhi warna kuning layaknya mentari yang bersinar cerah nan lembut dan memberi kebahagian pada semua orang terutama Viole. Namun, kenyataannya ada awan hitam singgah, menutupi cahaya matahari itu, membuat senyuman Viole pudar.
Kini dia menatap kembali pada snapgram Amelia yang mengunggah foto seorang pria setelan jas yang seperti menerima sebuah penghargaan, lalu ada caption ucapan beserta sticker love. Melihat snapgram tersebut sesaat ada hal aneh menyeruak ke dada Viole jadi dia berniat dan dengan sadar mengecek postingan yang diunggah oleh Amelia. Postingan itu berasal dari akun seorang pria bernama Kenneth Winchester yang memiliki pengikut jutaan seperti Amelia serta kemungkinan mahasiswa departemen kedokteran juga, tetapi berada di Universitas Oxford.
Awalnya Viole hendak abaikan saja, bukan pula ranahnya untuk peduli karena bisa saja jika pria ini adalah teman dekat Amelia. Lagi pula bukankah hal normal dan lumrah bagi seseorang mengucapkan selamat atas pencapaian temannya? Kemudian Viole juga tak terlalu suka diganggu oleh Amelia jadi seharusnya ia tak peduli entah apa yang gadis itu lakukan, apakah hendak mengucapkan selamat pada ribuan pria dan manusia, ia tidak peduli terutama Viole bukan siapa-siapa Amelia.
Memang benar, seharusnya Viole tak peduli, tetapi ketika hatinya bergerak memerintahkan tindakannya, ia membuka kolom komentar postingan terbaru dari Kenneth itu. Maka detik itu pula, mentari dalam diri Viole hari ini, benar-benar sukses diusir oleh awan hitam yang membawa gemuruh hujan. "Mungkin Amelia dan Kenneth itu FWB, jadi karenanya dekat banget, jangan-jangan sudah pernah cuddle." Viole mulai membaca satu per satu komentar di postingan tersebut. Namun, ia kembali bingung dengan makna dari kalimat tersebut.
Jadi ia menatap teman-temannya. "FWB itu apa artinya?"
Teman-temannya langsung terbatuk-batuk, mereka jadi menatap Viole padahal tadi fokus mendengarkan cerita horor di malam Halloween. "FWB tuh singkatan dari Friends With Benefits, semacam hubungan teman yang dekat dan mesra, tapi nggak ada komitmen. Intinya mereka saling timbal-balik tanpa ada komitmen lebih." Sophia menjelaskan. Lalu kembali mendengarkan cerita horor dari lelaki bernama Arthur.
"Oh," ujar Viole seraya menganggukan kepalanya. "Kayak simbiosis mutualisme?"
"Ya, seperti itu," balas Emma, "cuma biasanya nggak ada komitmen pasti, jadi bisa berpisah atau malah lanjut bersama."
Viole diam sejenak, ada banyak hal yang belum ia pahami terutama kosa-kata seperti ini. Meskipun di perusahaan Æthelwulfos, ia banyak belajar juga, tetapi hanya sekadar pelajaran sastra, sejarah, filsafat, dan berkaitan dengan teori-teori science. Jadi ia tak ada pelajaran mengenai kehidupan kebanyakan manusia terutama interaksi dengan sesama makhluk hidup atau berkaitan dengan perkembangan zaman dan tren di sebuah generasi. Sebenarnya Dite terkadang mengajarkan hal-hal lain, misalnya saja seperti membaca buku di luar teori seperti novel sastra tema horror-thriller atau fantasi. Ia pula yang mengajarkan cara agar Viole hidup layaknya kebanyakan orang. Hanya saja, Viole tetap tidak bisa sekaligus memahami semua itu
Menatap ponselnya, ia kembali membaca komentar di postingan tersebut. "Kalau shipper, apa artinya? Ship bukannya perahu atau shipper maksudnya pengiriman?"
Teman-temannya terkekeh, mereka bingung apakah Viole hanya sekadar bercanda atau benar-benar tak paham. Lelaki itu seperti berasal dari dunia lain. "Shipper kalau di zaman sekarang maksudnya semacam menjodohkan atau memasangkan seseorang dengan seseorang." Emma menjelaskan.
"Mudahnya kayak Zayn Malik dipasangkan dengan Gigi Hadid, yang melakukan shipper ini biasanya dari kalangan penggemar," balas Theodore, "terus konteks ini tidak hanya sesama selebritas, tetapi boleh orang biasa dengan teman mereka atau siapa pun itu."
"Kayak kau dulu," kata Sophia, "shipper-mu dengan Chelsea kan banyak." Mereka hening sejenak. "Maaf, abaikan saja."
"Intinya penggemar menjodohkan idola mereka atau seseorang dengan orang lain," balas Louie, "sudah mengerti?"
Viole mengangguk, maka mereka kembali fokus pada cerita horor meski mereka sesaat penasaran kenapa Viole menanyakan hal-hal seperti tadi. Kini Viole kembali menatap kolom komentar. "Shipper Amelia dan Kenneth garis keras, semoga sampai berjodoh." Ia membaca dalam hati.
Kemudian beralih pada komentar lain. "Mereka sebenarnya pacaran, lihat saja ada lovestagram, cuma nggak dikasih tahu ke publik."
Lalu ia baca lagi komentar yang berbunyi, "jangan-jangan mereka pacaran backstreet? Makanya kelihatan cuma teman di kampus, padahal kenyataannya pacaran diam-diam."
Ada komentar lain lagi. "Mereka couple goals paling banyak didukung."
Merasa bingung lagi, jadi ia mencari arti dari lovestagram, backstreet relationship, dan couple karena dia merasa malu untuk terus bertanya pada teman-temannya, terutama beberapa murid menatap aneh pada Viole. Seolah-olah mereka heran mengapa lelaki itu tak mengerti beberapa kosa-kata yang lumrah diketahui khalayak umum.
"Couple artinya terikat dalam suatu hubungan. Dapat juga diartikan sebagai dua orang yang sudah menikah atau sedang menjalin hubungan romantis; pacaran." Ia baca dalam hati seraya menggenggam erat ponselnya.
Kini Viole menghela napas, sesaat ia menggigit bibirnya, lalu berhenti mengecek kolom komentar tersebut setelah membaca komentar yang bertuliskan, "semoga Amelia dan Kenneth pacaran karena keduanya sangat cocok satu sama lain."
Meletakkan ponselnya, lelaki itu melipat kedua tangan di atas meja seraya membenamkan wajahnya di antara lipatan tangan tersebut kemudian menutup mata untuk melupakan semua yang ia baca. Lalu ia berujar pada dirinya sendiri. "Ternyata masih banyak yang tidak kuketahui di dunia ini. Benar kata Dite kalau dunia di luar dinding putih Æthelwulfos sangat luas. Aku harus banyak belajar agar bisa jadi manusia normal seperti orang kebanyakan."
Sesaat ia merasakan sesak di dadanya. Ada banyak pergumulan di dalam pikirannya. Ia terus bertanya-tanya, tetapi takut bertanya pada yang lain. Semua pertanyaan ini berkaitan dengan Amelia; jika banyak yang menjodohkan Amelia dengan Kenneth, jika banyak yang berkata bahwa keduanya sering melakukan lovestagram, jika keduanya saling mencintai satu sama lain, dan jika Amelia dan Kenneth pacaran hanya saja tidak dipublikasikan ke khalayak banyak. Lalu mengapa Amelia memanggil Viole dengan sebutan pretty?
Mengapa Amelia selalu mengusik kehidupan Viole?
Mengapa Amelia mengkhawatirkan Viole bahkan rela merawatnya di rumah sakit?
Mengapa gadis itu mengatakan 'sayang' pada Viole? Ataukah semua perlakuan ini adalah sesuatu yang lumrah dilakukan pada semua orang tanpa adanya hubungan spesial?
"Ternyata aku banyak nggak tahu apa pun tentang kehidupan normal." Viole tersenyum tipis. "Aku harus banyak belajar. Lalu ayo berusaha tak peduli pada apa yang dilakukan orang lain karena mereka punya hak masing-masing untuk melakukan apa pun yang mereka kehendaki. Lagi pula, akukan benci gadis gila itu."
Meskipun begitu, Viole hanya bingung akan satu hal; apakah wajar memberi perhatian pada orang lain meskipun sudah memiliki pasangan atau orang yang dicintai?
****
Waktu berlalu, kini anak-anak di kelas itu sibuk bermain Dnd karena ada yang ekstrakulikuler permainan Dnd. Sementara Viole di toilet untuk mencuci wajahnya, ia sempat tertidur tadi. Ketika berjalan di koridor kelas, ia mendengar percakapan seorang gadis yang wajahnya cemberut dan kesal. "Apa-apaan penjaga klinik sekolah itu, hanya karena dia cantik, malah berlaku seenaknya dan lalai pada tugasnya."
"Memangnya dia kenapa? Kenapa kau ke klinik sekolah?"
"Aku minta obat luka karena jariku luka kena kertas, terus kau tahu apa katanya? Ambil saja obatnya sama plester di lemari. Terus dia malah lanjut tidur! Dasar tak becus."
"Lanjut tidur?"
"Iya dia tidur menelungkupkan wajahnya di atas meja, terus kayak zombie gitu, seperti nggak makan seharian karena wajahnya lemas."
"Mungkin hal biasa, kakakku juga berkuliah dan dia seperti zombie setiap pulang kuliah."
"Baiklah jika semua mahasiswa seperti zombie, tapi masa harus abai sama tugasnya!"
Viole sudah bergegas kembali ke kelasnya sampai membuat teman-temannya terkejut, mereka hendak bertanya kenapa Viole buru-buru. Namun, lelaki cantik itu sudah pergi lagi dengan membawa kotak bekal kuning dan tumbler kuningnya, entah pergi ke mana dia dan teman-temannya hanya diam saja, meski mereka tahu siapa yang akan ditemui lelaki itu.
Tujuan Viole adalah klinik sekolah dan ia berada di depan pintu klinik sekolah yang tertutup padahal biasanya terbuka. Dengan memantapkan hati, ia mengetuk pintu secara pelan, lalu ia buka bersamaan suara seorang gadis terdengar.
"Kalau luka atau sakit, ambil saja obatnya langsung di lemari. Ada daftar obat apa saja yang digunakan sesuai penyakitnya di kertas samping lemari." Terlihat jika gadis itu membaringkan kepalanya di kedua lipatan tangan, sama sekali tak mendongak.
"Hey, katakan sesuatu, ambil obatnya sendiri ya." Amelia berujar lagi karena tak ada sahutan dari Viole.
"Kamu sakit?" Viole berujar, perlahan Amelia mendongakkan kepalanya dan menatap Viole, gadis itu langsung berkaca-kaca matanya.
"Pretty, ternyata kamu," ujar Amelia senyumannya terukir lembut. "Kupikir orang lain, lalu maaf ya, aku lagi kelelahan dan banyak pikiran."
Viole memperhatikan gadis itu, ada kantung mata, lalu wajah sedikit pucat dan terlihat sangat lelah. Tunggu, apakah itu luka gores? Ada luka gores di pipi dan dahinya, bahkan lehernya! Apa yang terjadi pada gadis ini? Mungkinkah dicakar kucing atau ia bertengkar dengan musuh-musuhnya?
"Kamu sudah makan?" kata Viole dengan lembut.
"Belum pretty," kata Amelia, "btw kamu cocok banget pakai kacamata. Makin imut dan cantik lho, kapan-kapan aku pakai kacamata juga di sekolah ini, nanti kamu juga pakai kacamata lagi, okay? Biar kita couple-an."
Ah couple-an katanya, ternyata gadis ini memang perhatian pada semua orang. Barangkali kalau sudah punya pacar pun, Amelia tetap akan perhatian pada orang lain.
"Kenapa belum makan?"
Amelia cemberut, lagi-lagi Viole abaikan permintaannya untuk jadi couple, padahal Amelia ingin terlihat mengenakan barang yang sama dengan lelaki imut nan cantik ini. "Aku nggak nafsu makan karena banyak pikiran. Lalu itu kotak bekal siapa? Jangan-jangan kamu mau kasih aku ya?" Amelia asal tebak.
"Iya, ini untuk kamu." Viole meletakkan kotak bekal warna kuningnya serta tumbler-nya juga di atas meja.
Hal ini membuat mata Amelia membulat, ia sungguh terkejut sekaligus bahagia karena tak ia sangka jika lelaki ini memberi Amelia makanan, itu pun masakan buatan Viole sendiri! "Kau serius pretty? Aku akan patah hati jika kau bercanda."
Viole menggeleng polos. "Enggak, ini beneran untuk kamu." Viole membuka tutup bekal tersebut dan berisi lima cromboloni yang sangat lezat. "Aku manggang cromboloni, sebenarnya aku buat untuk teman-temanku juga, nah kalau yang ini untuk kamu terus ada susu full cream juga."
Tanpa peringatan, gadis itu berdiri kemudian dengan cepat mencium kening Viole, membuat lelaki cantik itu terkejut. "Kenapa tiba-tiba cium?!" Ia mundur selangkah, wajahnya sedikit memerah semu.
"Ucapan terima kasih," kata Amelia, "terima kasih banyak pretty, nafsu makanku kembali berkat kamu."
Sungguh Viole tak paham dengan sifat semena-mena dan pemberani Amelia, dia hendak berteriak kesal karena dicium tiba-tiba meski di kening! Namun, ia urungkan karena gadis itu terlihat kelelahan dan mulai makan kue cromboloni yang Viole buat.
"Enak banget." Amelia terlihat hendak menangis saking enaknya kue tersebut. "Kamu memang bakat masak."
"Iya, dimakan sampai habis," ujar Viole, "pelan-pelan saja makannya." Dan Amelia mengangguk pelan karena dia kalau makan terlihat terburu-buru.
Ketika Amelia fokus makan, Viole menuju lemari obat, ia tentunya paham mengenai jenis obat-obatan. Mustahil seorang ævoltaire tidak paham obat dan kimia. Jadi dia mengambil obat luka, antiseptik, dan juga plester. Setelahnya ia kembali ke Amelia, menarik kursi lain, dan duduk di samping gadis itu.
"Kenapa Pretty?"
"Fokus makan saja," balas Viole.
"Okay." Amelia tahu Viole akan mengobatinya dan ia tak bisa menahan kegembiraan, tetapi ia harus fokus makan seperti yang lelaki cantik ini katakan.
"Permisi ya." Maka Viole perlahan mengobati luka-luka di pipi, dekat alis, serta leher Amelia kemudian diberi plester luka. "Kenapa kamu luka-luka?"
Amelia diam sejenak, memikirkan Krystal yang mengunggah foto Viole di snapgram serta perkataan menjijikkan Krystal pada lelaki cantik ini. Sesaat membuat darah Amelia memanas lagi, tetapi ia berusaha tahan, dan berujar, "biasa, ada jalang yang menggangguku jadi kami bertengkar."
"Oh okay. Kalau dia jahat, lawan dan dibalas saja, biar dia tahu diri, tapi jangan terlalu sering bertengkar, nanti kamu terluka terus, kan sakit jadinya."
Tak Amelia sangka jika Viole akan berkata seperti itu. "Lawan saja, huh? Jadi nggak masalah menurut kamu semisal aku ngehajar wajah orang lain nih?"
"Kalau orangnya penjahat dan mau nyakitin kita, tentu harus kita lawan, bentuk self mechanism kita untuk melindungi diri sendiri," balas Viole seraya menarik tangan kiri Amelia, punggung dan buku-buku jarinya luka, jadi diberi obat.
"Kau benar-benar penuh tebakan Pretty," kata Amelia, "kau sangat cocok untukku, kau tahu itu?"
Kali ini, Viole hanya diam, teringat komentar warganet di postingan Instagram.
"Kenapa diam saja? Kamu malu ya?" ujar Amelia sementara Viole sudah usai mengobati luka-luka gadis itu. "Aku masih menawarkan hal yang sama, kamu mau nikah nggak sama aku?"
"Gak."
"Jahat, masa gadis terseksi ditolak gitu aja."
Viole memutar bola matanya, kini ia jadi kesal dan takkan terpincut sedikit pun terutama karena gadis itu punya pacar atau entahlah hubungannya dengan si Kenneth, tapi malah menawarkan Viole untuk menikah dengannya? Sudah jelas jika gadis itu pandai bermain drama.
"Nggak mau nikah sama kamu, kamu nikah sama tiang lampu jalan saja sana," balas Viole.
"Kok begitu jawabannya? Sudah mulai berani ngelawan aku ya." Amelia tersenyum sementara Viole hanya menghela napas. Ingatlah jika semua perkataan Amelia bisa saja kebohongan dan gadis itu hanya senang bercanda.
"Habiskan susunya, setelah ini aku mau pergi," balas Viole seraya menutup kotak bekal kuningnya.
"Jangan pergi dulu, aku masih mau ngobrol sama kamu," pinta Amelia, tetapi Viole tak peduli. Jadi gadis itu mulai meminum susu full cream tersebut.
"Pelan-pelan minumannya, oh ya Tuhan!" Lelaki itu geram, lekas ia mengambil tisu, dan mengusap dagu Amelia. Gadis itu senyam-senyum tak jelas.
"Rabu nanti kamu free nggak?" kata Amelia.
"Kalau ajak jalan, aku nggak mau."
"Bukan ajak jalan!" teriak Amelia, "kampusku ada acara seminar dan aku pembawa materinya, kamu mau ya datang ke acara seminar itu. Janji datang ke seminarku, pleaseee, seminarnya jam empat sore. Setelah kamu pulang sekolah kok jadi kamu enggak usah bolos."
Viole tak ada jawaban.
"Violetta pleasee, pretty please, datang ke seminarku." Amelia memohon seperti hendak menangis. "Pretty please, datang ya ke seminar aku. Biar aku makin semangat nanti, masa kamu nggak mau lihat gadis secerdas aku jadi pemateri di acara seminar?"
Viole menghela napas. "Iya, aku bakal datang." Sontak Amelia sangat bahagia, dia bahkan hendak mendekap tubuh Viole. "No, no, tidak ada pelukan. Aku tidak mengizinkan."
Amelia cemberut sesaat, lalu berujar dengan bahagia. "Kamu janji ya, bakal datang."
"Iya."
"Janji ya?"
"Iya Amelia."
"Janji bakal datang, nggak boleh ingkar, kalau ingkar janji nanti setiap kamu jalan, jari kelingkingmu kepentok meja terus selama seminggu penuh," ujar Amelia seraya mengacungkan jari kelingkingnya. "Pinky promise."
Terkadang Viole bingung dengan sifat gadis ini. Terkadang seram dan galak, terkadang menyebalkan, dan kini malah memohon. "Pinky promise." Viole mengaitkan kelingkingnya ke kelingking Amelia.
"So cute." Amelia mengeratkan kaitan jari kelingking mereka. "Jarimu lebih kecil dariku padahal aku perempuan lho."
Viole berdecak, mulai kambuh gilanya gadis ini. "Lepaskan." Ia tarik secara paksa.
"Pretty, sudah suka sama aku nggak?" ujar Amelia.
"Gak."
"Seriusan? Kalau malam ini aku telepon, kamu bakal suka aku nggak?"
"Enggak."
Amelia memutar bola matanya seraya menghela napas. "Kalau aku mabuk kayak waktu itu, terus aku ajak kamu nikah, kamu bakal terima nggak?"
"Kublokir nomormu," balas Viole.
"Berengsek kamu ya, seriusan nggak mau nikah sama aku? Aku bisa ngundang Taylor Swift, Ariana Grande, Dua Lipa, Melanie Martinez ke acara pernikahan kita lho atau sekalian kuundang SNSD, bakal kusatukan anggotanya, asalkan kamu mau nikah sama aku."
"Enggak tertarik," balas Viole lalu terkekeh. "Berhenti berdelusi okay? Aku enggak bakal nikah sama kamu---"
Tiba-tiba keributan terjadi ketika segerombolan murid bersama satu guru mata pelajaran Sejarah masuk ke klinik sekolah, mereka menggendong seorang murid perempuan yang tubuhnya kejang, lekas dibaringkan ke kasur, Amelia berdiri dari kursinya untuk mengecek kondisi murid tersebut.
"Apa yang terjadi?" ujar Amelia.
"Kami, kami tidak tahu," ucap murid lain yang tengah menangis. "Teman kami ditemukan terbaring di taman belakang dekat pohon, saat kami periksa kondisinya sudah seperti ini dan dia kejang-kejang."
Kepanikan terukir di wajah Amelia, lekas dia memeriksa denyut nadi, napas, dan mata perempuan tersebut. Sangat mengerikan, karena murid perempuan itu tubuhnya kakudan menegang, matanya melotot hampir seperti akan keluar, mulutnya terus mengeluarkan busa putih serta nanah kuning-bening, bahkan keluar dari hidungnya dan tercium bau sangat amis. Di leher perempuan itu terdapat bekas gigitan yang memerah dan mengeluarkan nanah pula.
Sementara itu, Amelia baru kali ini menghadapi kondisi tersebut. Seperti ia tergigit ular sehingga racun yang menyebabkan semua ini, tetapi lukanya tak mirip gigitan ular, mustahil pula ada ular liar di sekolah ini. Lalu apa?
"Kita harus membawanya ke rumah sakit," ujar Amelia, "ambil tandu dan bawa gadis ini ke ambulans sekolah, aku akan menyusul." Lekas beberapa murid menuruti perintah tersebut. "Tolong yang kenal orang tuanya, segera hubungi."
Lekas Amelia meraih tasnya. Viole hanya diam memperhatikan. "Pretty, kau kembalilah ke kelas okay? Aku harus ke rumah sakit."
"Apa yang terjadi?" ujar Viole, "apakah kau akan sendirian saja ke rumah sakit? Haruskah aku menemanimu?"
Amelia menggeleng pelan seraya mengusap pipi Viole. "Tidak perlu, pretty, aku akan baik-baik saja, kau kembalilah ke kelas okay? Jangan dekati hal-hal mencurigakan."
"Oke. Jaga dirimu juga."
"Tentu saja, bye pretty, sayang kamu." Lekas Amelia pergi meninggalkan klinik sekolah, sementara Viole hanya menatap kepergiannya.
Hening menyeruak, kini hanya Viole di koridor tersebut. Viole pun memutuskan untuk kembali ke kelas, tetapi ia malah terdiam ketika seorang wanita dengan setelan formal tengah menghampirinya. Wanita itu adalah Mrs. Rosalie yang kini tersenyum pada Viole.
"Sepertinya kau semakin dekat dengan penjaga klinik itu," ujar Mrs. Rosalie, "apakah kalian pacaran?"
Sesaat Viole menatap sinis sebelum tersenyum manis. "Kami hanya teman."
"Baguslah karena sayang sekali, pelajar secerdas dirimu malah terlibat hubungan percintaan yang rumit dan toxic."
"Saya pamit pergi," balas Viole.
"Kau harus berhati-hati," ujar Mrs. Rosalie berhenti membuat Viole mengurungkan niat untuk pergi. "Terutama banyak orang jahat berpura-pura baik di hadapan kita, pada akhirnya saat kita lengah, kita akan ditusuk."
"Apa inti maksud perkataan Anda?" balas Viole masih mempertahankan ekspresi baik hatinya.
"Maksudku adalah kau harus berhati-hati pada Amelia itu, karena tidak diketahui bagaimana kehidupan aslinya," balas Mrs. Rosalie.
"Terima kasih atas nasehatnya, tetapi jika Anda berkata seperti itu, maka saya juga harus berhati-hati pada Anda pula." Viole balas dengan angkuh. "Bukankah Anda dulunya seorang ilmuwan, mengapa merelakan pekerjaan jutaan dollar hanya untuk mengajar di sekolah ini."
Perlahan kepala Mrs. Rosalie mendongak, entah mengapa lelaki ini langsung mengubah kepribadiannya bahkan setiap kosa kata yang terucap dari mulutnya terdengar lugas tanpa gemetar atau tanpa dibuat-buat agar jadi mengintimidasi.
"Pembicaraan kita usai, benar bukan? Saya harus segera kembali ke kelas," ujar Viole.
"Kau sebenarnya membenci gadis itu 'kan?" kata Mrs. Rosalie.
"Maaf, tapi hal ini bukan urusan Anda," sahut Viole, hendak langsung pergi, tetapi Rosalie mengatakan hal lain yang cukup memicu Viole.
"Aku punya pertanyaan, lebih tepatnya perandaian. Jadi andaikata seseorang berusaha membunuh gadis itu, apa yang akan kaulakukan?" Mrs. Rosalie menatap sinis pada Viole yang kini balas menatapnya.
"Jika seseorang hendak membunuh Amelia. Sebenarnya aku berpikir jika mustahil hal itu terjadi, terutama karena Amelia bisa melindungi dirinya sendiri." Viole tersenyum simpul, secerah matahari hangat di musim panas.
Viole lanjut lagi. "Namun, jika ada seseorang yang benar-benar serius menyakitinya bahkan seujung jari pun, maka saya pastikan orang itu akan menderita layaknya para korban di film Terrifier atau Conjuring, Insidious, Texas Chainsaw Massacre, Hereditary, oh atau Evil Dead? Cukup puas dengan jawaban saya? Jika iya, saya pamit duluan." Maka Viole melangkah pergi dari sana.
"Bocah itu ternyata pandai mengintimidasi juga." Mrs. Rosalie terkekeh. "Kita lihat saja nanti, siapa yang lebih dulu memohon ampun. Violetta Beauvoir, ævoltaire yang tak terdaftar di situs resmi perusahaan."
◇─◇──◇─────◇──◇─◇
|| Afterword #19
Sepertinya dunia perkuliahan memang banyak sekali dramanya ya? Jangan lupa pula jika setting cerita ini adalah Amerika yang tentu saja budaya dan lingkungan sosial masyarakat dalam cerita ini harus sesuai dengan kehidupan di Amerika^^ Sebisa mungkin, bijak dalam mengambil yang baik dan tidak dalam cerita yang kalian baca.
Berbicara mengenai Viole; dia bukan aneh, tetapi karena dia adalah ævoltaire jadi tentu saja banyak hal yang tidak ia ketahui, termasuk memahami isi hatinya sendiri:)
Lalu teruntuk Amelia, sepertinya jangan terlalu percaya juga. Namun, yang sudah pasti jangan dipercayai adalah Rosalie dengan segudang rahasianya^^ Apakah termasuk dengan adegan dan masalah di akhir cerita chapter ini?
Prins Llumière
Sabtu, 09 November 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top