✒Chapter 44: He's a Gentleman
Kejadian aneh setelah istirahat makan siang, Viole dan Theodore kebingungan karena pengikut media sosial mereka melonjak naik, semua postingan mereka disukai oleh orang-orang yang tak mereka kenal bahkan kolom komentar penuh dengan berbagai macam komentar yang entah dari mana datangnya mereka ini.
"Mungkin kalian beli followers," kata Louie.
"Beli followers? Kau pikir aku apa sampai harus beli followers huh?! Influencer yang hendak terkenal jadi beli followers dulu!" ujar Theodore, "lagi pula beli followers biasanya, pengguna akunnya abal-abal, kalau ini semuanya terlihat seperti pengguna aktif!"
"Yeah, siapa tahu," balas Louie, "karena tiba-tiba saja followers kalian melonjak naik. Err, mungkin ada yang mempromosikan kalian, misalnya klub penggemarmu atau Viole?"
"Promosi," balas Viole, "kurasa mustahil, mereka tahu kami berdua jarang aktif media sosial."
"Lagian untuk apa promosikan akun kami, adanya makin banyak yang bersaing untuk mendapatkan nih bocah," sahut Theodore karena lonjakan followers Viole jauh lebih banyak ketimbang Theodore. Seperti ada yang mencurigakan di sini.
"Tolonglah, aku tak mau dikelilingi orang-orang gila lagi," ujar Viole, menghela napas.
"Hey, coba baca komentar mereka di postingan kalian," ujar Louie, "eww, apa maksudnya dengan komentar: oh jadi ini bocahnya."
Maka Viole dan Theodore membaca komentar para pengguna Instagram yang tiba-tiba menemukan akun mereka dan mengikuti sehingga followers mereka melonjak naik, serta memenuhi kolom komentar, seperti:
@mo.on_isbeautiful: Woah, cakep juga kayak di videonya.
@fuckelonmusk: Shit, ternyata cowok-cowok misterius yang ganteng. Bakal susah nih untuk deketin karena jarang unggah foto.
@bitchshitrael: Ganteng banget yang Theo-Theo nih, tapi vibes-nya kayak anak mommy yang kalau bangun tidur sudah disediakan sarapan.
@rachelevengalin: Woy! Yang namanya Viole, dikit banget postingannya, gimana mau stalker-in? Tapi foto pertama cakep banget, mana bisa cantik juga.
@leonardodiproro: Tidak wajahnya saja yang cantik, namanya saja Violetta, cantik banget!
@lilydeborah: Cowok cantik, balas dong komen aku:)
@xxygaywb__: Kok bisa ya ada cowok, tapi ganteng bisa, cantik juga bisa, mana imut banget di videonya. Kayak bayi gitu, pengen toel-toel pipinya.
@yantiwaluhkukus: Mereka jomlo, tidak? Kalau jomlo, aku tancap gas dekatin. Kalau punya pacar, aku tancap gas jadi pelakor.
@prinsllumiere: Komentarnya pada gila, tidak bisa di-filter. Mohon bijak bersosial media, guys^^
@chuckyloveannabelle: Teruntuk Violetta, bayangkan kita, bergandengan tangan, menempuh permadani kehidupan dengan cinta sebagai kompas kita. Hari-hari kita, perpaduan antara tawa dan momen-momen lembut, di mana bahkan kesenangan yang paling sederhana pun diperkuatkan oleh kasih sayang kita bersama. Dalam tatapan masing-masing, kita menemukan tempat perlindungan, janji dukungan tanpa henti dan saling mengagumi. Saat matahari terbenam setiap hari, kita akan berjemur dalam kehangatan cinta kita, mengetahui bahwa setiap matahari terbit membawa babak baru dari kisah abadi kita, ditulis di bintang-bintang dan hidup dengan sukacita di hati kita. Ini untuk kebahagiaan kita selamanya, di mana setiap saat adalah bukti ikatan yang tak terputus yang kita bagikan.
@joebideng: No hate but you need to be more careful with what you post, pretty sure it's against community guidelines to be this beautiful and amazing.
@appabison: Dijual obat penurun mata minus, dijamin ampuh sampai penglihatan seterang lampu 100 watt!
@markjuberggh: Screaming, crying, shaking, throwing up, throwing myself against the wall dramatically, jumping, covering my mouth with my hand, squealing, giggling, blushing, squeaking.
Serta berbagai komentar gila lainnya yang membuat mereka geleng-geleng kepala bahkan merasa jijik karena ada beberapa komentar tak senonoh. Lekas Viole dan Theodore memutuskan untuk mengunci akun mereka agar tidak ada lagi yang mengikuti.
"Sebenarnya kenapa kita tiba-tiba diikuti orang asing? Dari mana mereka tahu akun kita?" ujar Viole.
"Kurasa kita akan tahu segera," ujar Theodore lalu terdengar teriakan seorang gadis maniak horor.
"Kalian harus lihat ini!" Emma memperlihatkan ponselnya yang berupa video di media sosial. Sebuah video Viole dan Theodore yang viral karena di-prank seorang konten kreator.
"Ini yang semalam itu, yang kalian cerita di-prank sama dua orang dewasa," ujar Emma, "mereka sudah mengunggahnya ke akun mereka."
"Banyak yang komen pengen tahu media sosial kalian karena penasaran," ujar Sophia
"Shit!! Pantas saja!" teriak Theodore, "kedua manusia sialan itu! Aku akan mencari mereka dan kupukul dengan tongkat bisbol!"
"Hmm," ujar Viole, "aku nggak suka banyak yang tahu diriku."
"Kita juga," balas Sophia, "kamu hanya boleh dinikmati kami, orang lain tidak boleh."
Mereka menatap Sophia dengan tatapan bingung karena gadis itu terkadang berbicara tanpa filter juga.
"Kurasa kita harus melakukan sesuatu?" ujar Emma.
"Takedown videonya! Karena sumbernya dari video itu," balas Louie.
"Bagaimana bisa di-takedown? Harus banyak yang melakukan report pada video itu baru kena takedown," sahut Theodore, "sedangkan videonya malah makin viral."
"Kau benar juga," ujar Louie, beringsut ke samping Viole, begitu juga Emma.
"Kalau kita pinta satu sekolah takedown videonya, mungkin bisa?" ujar Sophia.
"Kau mau menghubungi para murid satu-satu?" sahut Theodore, "lagi pula, beberapa anak sekolah sini juga yang membeberkan nama Viole dan aku serta akun media sosial kami. Bisa saja mereka malah cepu ke pemilik konten kalau video mereka mau di-report massal."
"Ah sial, kalian berdua apes sekali," ujar Sophia.
"Ini semua salah wajahmu," ujar Theodore pada Viole.
"Apa, kenapa wajahku?!" balas Viole.
"Hampir kebanyakan dari mereka mencari akun kita karena penasaran dengan wajahmu di video sosial media kandang babi itu!" Kini Theodore merasa kesal, ia menatap ponselnya, begitu juga Sophia yang banyak di-chat teman-temannya karena video viral Viole dan Theodore.
"Apakah tidak bisa kau gunakan, kekuatanmu?" bisik Emma yang hanya didengar Viole dan Louie.
Terlihat Viole menghela napas panjang sambil menggeleng. "Tidak." Ia lalu duduk di kursinya karena bel berbunyi. Menandakan jika kelas akan dimulai. "Biarkan saja, jika semakin membuat risi, aku akan menonaktifkan akun itu dan membuat yang baru."
"Baiklah, itu satu-satunya pilihan," kata Sophia, "ayo Emma, kita kembali ke kelas. Bye kalian!" Sophia lekas pergi bersama dengan Emma.
Menunggu guru biologi masuk, Viole menatap ponselnya yang ternyata ada chat dari Amelia, ia baru sadar. Mau tak mau ia cek pesan tersebut yang ternyata menunjukkan kekhawatiran gadis itu padanya. "Dia bersikap seperti pacar saja, padahal aku risi dengannya. Kapan gadis ini pergi dari hidupku, Ya Tuhan."
Meskipun mengeluh, Viole tetaplah membalas isi chat Amelia karena dia diajarkan oleh Dite untuk sebisa mungkin tak mengabaikan seseorang yang mengkhawatirkan dirinya, terlebih abai pada sebuah pesan pasti akan sangat menyakitkan.
Crazy Girl 🤬:
Pookie bear, aku melihat kau dan Theodore masuk kontennya Bradh dan George.
Tolong private media sosialmu okay. Karena pasti banyak yang mencari media sosialmu, terutama si perempuan-perempuan jalang.
Kalau ada komentar aneh-aneh di postingan kamu, hapus saja atau tutup kolom komentarmu.
Jika bisa blokir saja mereka semua.
Okay, pretty, kali ini nurut ya sama aku yaa. Terus sampai jumpa siang nanti♡
Viole:
Ya, aku dan Theo sudah privasi akun.
Crazy Girl🤬:
Thank's pretty, penurut juga kamu:)
Viole:
Ew, aku sudah privasi sebelum kamu pinta.
Crazy Girl🤬:
Bisa jangan jujur-jujur banget nggak? Sekali-kali nyenengin aku
Viole:
Sudah ya, mau off, guru masuk kelas.
Crazy Girl🤬:
Sedih banget kalau kamu dingin gini.
Sampai jumpa, pretty. Nanti kita ketemu. Kiss dari jauh♡
Sementara Viole hanya geleng-geleng kepala kemudian mematikan ponselnya. Ia kini berdoa dalam hati agar gadis itu suatu hari nanti berhenti mengusik hidup Viole.
Apakah akan semesta kabulkan?
****
Sudah seminggu guru baru ini mengajar di mata pelajaran Biologi, serta cukup menyita perhatian para murid terutama karena cantik dan sangat dewasa, beberapa murid juga menganggapnya sebagai model barangkali memang model? Sosok wanita itu berambut cokelat-pirang, tingginya mungkin sekitar 179 ke atas, ia punya badan yang seksi dan terlihat sangat muda meski tak ada yang tahu umurnya berapa.
Ia bernama Rosalie Camillia, rumornya jika wanita itu sudah menempuh pendidikan hingga strata dua serta lulus dari Universitas Stanford. Ia juga pernah bekerja sebagai ilmuwan dan berada di bidang farmasi di sebuah perusahaan atau rumah sakit. Rosalie sendiri mengatakan jika asalnya dari New York, tetapi ia sering berkunjung ke kota Erysvale karena sewaktu kuliah dulu, ada penelitian di kota ini jadi ketika mendengar berita tentang pembantaian di sekolah ini serta kabar dibutuhkan guru pengganti sementara atau tetap, Rosalie dengan senang hari mengajukan diri. Hanya saja tetap ada yang janggal dan terukir sebuah pertanyaan, mengapa wanita cerdas dan berbakat sepertinya memilih untuk mengajar di sini? Padahal dia bisa mempertahankan pekerjaan sebelumnya yang jauh lebih terjamin dibandingkan mengajar di sekolah anak-anak.
"Dia sangat mencurigakan, di mana aku pernah melihatnya ya," gumam Viole yang menilik tajam pada Rosalie yang tengah mengajar mengenai jenis-jenis serangga.
Viole terus mengingatnya, lalu alisnya terangkat sedikit. "Ah, sepertinya dia yang di panti asuhan waktu itu."
"Kau mengatakan sesuatu?" bisik Louie.
Perlahan Viole mendekatkan tubuhnya dan berbisik pula. "Aku pernah bertemu dengan guru itu, dia berkunjung ke panti asuhan."
"Sungguh?" balas Louie setengah berbisik. "Apa yang dia lakukan di sana? Donasi juga?"
Mereka terkejut ketika Theodore melempar kertas ke arah mereka dari belakang. "Apa yang kalian bicarakan?" bisik lelaki itu.
Viole menoleh sambil berbisik, "guru baru itu, aku bertemu dengannya di panti asuhan."
"Benarkah, apa yang dia lakukan di sana?" ujar Theodore.
"Mana kutahu." Sesaat Viole kesal.
Louie berujar pelan. "Jawaban paling masuk akal, kalau berdonasi---"
"Bisakah tiga murid di sana untuk fokus pada materi." Suara Mrs. Rosalie terdengar yang membuat ketiga murid itu tersentak. "Sebentar lagi kelas ini akan usai jadi kalian bisa mengobrol setelah kelas."
"Siap, Mrs. Rosalie, maafkan kami," sahut Louie.
"Terima kasih atas perhatiannya," ujar Mrs. Rosalie dengan senyuman tipis, lalu diam-diam menatap pada lelaki di samping Louie Harrison itu. Seringai kecil terukir. "Violetta Beauvoir, tolong temui saya di kantor setelah kelas ini berakhir, ada beberapa hal yang hendak saya bahas terkait tawaran Olimpiade mata pelajaran Biologi."
Sesaat, Theodore dan Louie menatap pada wanita itu, sementara Viole hanya mengangguk seraya berujar, "tentu."
Waktu berlalu, terlihat Rosalie lebih dulu keluar kelas sebelum jam selesai karena para muridnya tinggal mencatat materi yang ada di papan tulis. Wanita itu terlihat melangkah pelan dengan hak sepatunya terdengar sepanjang ia berjalan di koridor dan menuju toilet khusus guru. Berada di dalam sana, Rosalie menaruh tasnya seraya menatap pada cermin yang memantulkan wajahnya.
Dia menghela napas sesaat, suaranya terdengar seolah-olah ia tengah berbicara pada seseorang atau sudah kebiasaan dia berbicara sendiri ibarat seorang aktor melakukan monolog? "Kau benar, anak itu sungguh hidup dan persis di hadapanku."
Ah ternyata ia tengah mengobrol pada seseorang yang berdiri di samping tembok dekat dengan bilik toilet. Seseorang yang diajak Rosalie mengobrol itu mengenakan jubah panjang yang wajahnya tak terlihat karena tertutupi tudung. Ada hal aneh pada orang misterius itu karena jubahnya basah kuyup bahkan air menitik dari jubahnya ke lantai. "Sudah kukatakan jika ada yang tak beres di kota ini, terlebih kutangkap sinyal yang menunjukkan akan adanya gejala supranatural di sini. Ternyata memang aku benar, bukan?" Suara sosok bertudung itu terdengar seperti seorang pria yang berumur 30 tahun, suaranya berat.
"Kira-kira berada di tingkatan apa dia? Ataukah laki-laki itu adalah salah satu dari ketiganya?" ujar Rosalie seraya memperbaiki riasan wajahnya dan menambah lipstik di bibirnya.
"Berdasarkan asumsiku. Kemungkinan tingkat B atau A, atau malah salah satu tiga yang paling sempurna."
Maka detik itu senyuman Rosalie terukir jahat, ia bak seorang iblis berhati sangat jahat jika dilihat dari cermin. Seringainya sangat mengerikan. "Sempurna, sangat sempurna jika asumsi yang kau katakan itu benar."
"Kita harus memancing bocah itu menggunakan kekuatannya jika ingin melihat berada di tingkatan apa dia dan siapa identitasnya yang sebenarnya karena aku sama sekali tak menemukan data dan informasi bocah itu."
Suara kekehan Rosalie terdengar. Beruntung sekali tak ada seorang pun di toilet tersebut kecuali Rosalie dan sosok jubah yang basah kuyup itu, karena hal mengerikan tengah terjadi ketika Rosalie menjulurkan lidahnya maka tiga ekor kelabang keluar dari mulutnya yang kemudian satu kelabang ia tarik, panjangnya hampir delapan sentimeter, lalu tampak pula seekor kalajengking keluar dari telinganya yang perlahan-lahan sang kalajengking merayap ke puncak kepala Rosalie, lalu hal menjijikkan terjadi saat ratusan semut hitam keluar dari sela-sela bola mata Rosalie. Hingga merayap ke rambut, leher, serta menutupi wajah sebelah kanannya. Seringai wanita itu terukir lebar.
"Hal itu mudah saja, aku akan lakukan segala cara agar bocah itu menggunakan kekuatannya." Suaranya terdengar pelan dan tenang meski bukan hal lazim ketika ia kembali menelan ketiga kelabang hingga terlihat para kelabang tengah berjalan di kerongkongan.
Rosalie berujar lagi. "Jika aku berhasil mendapatkannya, maka hal ini bisa jadi jackpot-ku selama aku hidup. Terutama jika benar bocah itu yang dimaksudkan sebagai salah satu dari tiga ævoltaire paling sempurna di dunia." Perlahan-lahan para semut kembali masuk ke tubuh Rosalie melalui telinga kiri serta pori-pori kulitnya, bahkan sang kalajengking kembali masuk melalui telinga kanan.
"Semoga rencanamu berhasil, tetapi tetap waspada karena lawanmu adalah ævoltaire juga," ujar sang jubah basah kuyup. "Aku pamit." Maka tiba-tiba sosok misterius itu berubah menjadi air, terjatuh ke lantai, dan masuk ke tempat pembuangan air dan lenyap dari sana.
"Aku tak sabar mencicipi bocah itu," ujar Rosalie seraya meraih tasnya kemudian melangkah dengan percaya diri keluar dari toilet setelah para serangga kembali masuk ke dalam tubuhnya.
****
Viole bingung karena dia sudah ke kantor, tetapi seorang guru berkata jika Mrs. Rosalie menyuruh Viole menemuinya di taman belakang sekolah. Jadi mau tak mau, lelaki itu menuju ke taman belakang sekolah. Oh ya bagi yang hendak tahu, hari ini Viole mengenakan kemeja putih lengan pendek dengan dasi hitam garis-garis, lalu kemejanya diselimuti cardigan putih-krem dari bahan wool dan berlengan panjang serta celana warna biru tua.
Sesampainya di taman belakang sekolah, terlihat Rosalie tengah menatap seekor belalang yang hinggap di jari telunjuknya. Oke, hal ini terlihat aneh bagi Viole karena wanita itu, wajahnya sangat dekat dengan si belalang dan binatang itu tidak takut padanya? Padahal Viole pernah mendekati seekor kupu-kupu dan langsung kabur ketika melihat Viole.
"Um permisi, Mrs. Rosalie," sapa Viole membuat Mrs. Rosalie menoleh dan sang belalang terbang pergi.
"Akhirnya kau datang," kata Mrs. Rosalie seraya tersenyum tipis. "Maaf, saya memanggilmu kemari karena aku merasa suntuk berdiam diri di kantor. Saya terbiasa terbuka di alam dan menghirup udara segar."
Viole hanya tersenyum tipis dan masih merasa aneh pada wanita ini, ia juga tak suka dekat-dekat karena Rosalie terlalu tinggi seperti tiang bendera. "Apa yang hendak Anda bicarakan?"
Mrs. Rosalie tersenyum balik. "Saya dengar dari catatan guru sebelumnya yang mengajar di mata pelajaran Biologi jika nilaimu selalu sempurna bahkan di mata pelajaran lain."
"Iya, saya hanya berusaha untuk mendapatkan nilai terbaik," kata Viole, tolonglah jangan dekat-dekat si wanita ini, Viole terpaksa mundur beberapa langkah.
"Anak yang cerdas dan disiplin," puji Rosalie yang perlahan melangkah karena ia sadar jika Violetta menghindarinya. "Karena nilaimu yang sempurna, saya menawarimu untuk didaftarkan ke Olimpiade biologi. Bagaimana, apakah kau mau bergabung? Sebenarnya ada beberapa kandidat, tetapi saya lebih yakin padamu. Terutama karena kau sepertinya sangat cerdas dan penurut."
Kini Rosalie persis di samping Viole, ia memperlihatkan melalui ipad-nya sebuah poster Olimpiade Biologi untuk meyakinkan lelaki itu jika Olimpiade ini bukan sekadar kebohongan. "Apakah kau setuju, Violetta? Jika tidak, saya akan mencari perwakilan lain."
Perlahan tangan Rosalie bergerak hendak menyentuh bahu Viole, tanpa disadari Viole jika dari pergelangan tangan Rosalie, keluar seekor kelabang yang mulutnya mengeluarkan cairan hijau lengket dan menjijikan kemungkinan adalah racun dan siap menggigit seseorang untuk menyalurkan racun yang mengakibatkan sesak napas, pusing, mual, hingga kejang-kejang. Rosalie hendak melihat langsung reaksi dari ævoltaire ini serta mengetahui bagaimana kekuatannya.
"Bagaimana, saya harap kau setuju karena ini juga akan menambah prestasimu dan barangkali bakal berguna saat kauhendak mendaftar kuliah nanti," ujar Mrs. Rosalie yang kini menyentuh pundak Viole, lalu sang kelabang membuka mulut, taring semakin tebal, dan menggigit leher lelaki itu.
"Um menurut saya---"
"Violetta-ku sayang!" Suara itu terdengar dari arah samping yang lekas Mrs. Rosalie menarik tangannya dan kelabang masuk lagi melalui kulit dan urat nadinya. "Aku dari tadi cari-cari kamu lho."
Mrs. Rosalie menatap sinis pada gadis cantik berpakaian warna merah yang ia ketahui sebagai mahasiswa Kedokteran Klinis yang bekerja sebagai penjaga klinik sementara.
"Amelia," ujar Viole dengan mata melotot. Ia terkejut bukan main karena gadis itu memanggilnya sayang. Ia jadi takut jika Mrs. Rosalie berpikir macam-macam.
"Yes pretty, aku tadi ke kelasmu, tapi kata teman-temanmu kalau kamu ke kantor guru, terus aku ketemu murid lain yang bilang jika kamu di taman belakang." Amelia tersenyum manis, lalu memicingkan pandangannya seraya merangkul bahu Viole agar ditarik ke dekatnya. "Halo, Anda ...."
"Saya Mrs. Rosalie Camillia," kata Rosalie, "guru Biologi baru di sekolah ini."
"Salam kenal." Amelia semakin tersenyum manis, tangannya mencengkeram kuat bahu Viole, hal ini membuat Viole jadi takut dan hanya diam saja. Sungguh mengapa aura kedua wanita ini jadi sangat mengerikan. Tolong selamatkan Viole dari keduanya. "Saya Amelia, penjaga klinik sementara di sini dan temannya Violetta. Kalau boleh tahu, apa gerangan Anda mengobrol dengan Violetta di taman belakang, alih-alih di kantor saja, jika menyangkut tentang kegiatan akademik?"
Rosalie memperhatikan Amelia. Gadis ini mencurigaiku. Setidaknya itu yang terlintas di pikiran wanita itu, lalu berujar dengan lembut serta sopan. "Saya menawari Violetta untuk mengikuti Olimpiade Biologi."
"Woah, pretty," ujar Amelia sengaja menekan kata terakhir. "Kau benar-benar cerdas sampai ditawari ikut Olimpiade, tapi harus kamu ingat okay, kalau kamu juga ada latihan rutin basket, jangan sampai kamu sakit lho gegara banyak kegiatan."
Viole baru ingat. "Ah iya, aku lupa."
Amelia tersenyum lalu menatap Rosalie lagi. "Kurasa Anda harus mencari perwakilan lain lagi semisal Violetta tidak bisa ikut karena dia juga ada kesibukan di tim basket."
"Tentu saja, saya punya perwakilan lain semisal Violetta tak bisa, saya kemari hanya untuk menawarinya karena dia kandidat paling cerdas berdasarkan penilaian para guru," ujar Mrs. Rosalie, ia benci tatapan mahasiswi ini.
"Anda benar, Violetta-ku memang cerdas," ujar Amelia, "karena tak ada yang dibicarakan lagi, maka kami harus pergi. Ayo Viole, aku beli susu rasa pisang untuk kamu." Maka tanpa menunggu jawaban Rosalie, Amelia sudah membawa pergi dari sana bahkan Amelia tak izinkan Viole yang hendak mengucapkan sepatah kata pun pada gurunya itu.
Kepergian mereka hanya ditatap Rosalie yang masih diam di taman belakang tersebut, ia tak sangka jika rencananya diganggu oleh gadis sialan. Namun, tak masalah, tadi hanya percobaan abal-abal karena Rosalie akan menyusun rencana lainnya agar ia bisa mengungkapkan jati diri Violetta sebagai ævoltaire yang berada di tingkatan apa dan kekuatan dimiliki lelaki itu.
"Jika gadis itu terus mengusikku, aku akan membunuhnya saja." Senyuman Rosalie terukir, beruntung tak ada seorang pun di sana. Maka wanita itu membuka mulutnya lebar-lebar, hingga keluar ratusan laba-laba kecil dari mulutnya yang perlahan merayapi seluruh tubuh wanita itu sampai ditutupi oleh ribuan laba-laba karena terus bertambah. Kemudian tubuhnya lenyap bersamaan ribuan laba-laba masuk ke semak-semak serta menghilang dari sana.
Berada di koridor, para murid kebanyakan di kelas karena mata pelajaran selanjutnya sedang berlangsung. Violetta hanya diam karena sejak tadi Amelia juga diam, terlihat jika gadis itu ekspresinya sangat masam dan kesal, hanya suara ketukan sepatunya yang terdengar sementara pandangannya menatap lurus. Sungguh jika gadis itu diam, jauh lebih mengerikan dibandingkan terus berceloteh.
"Um, aku harus kembali ke kelas, ada mata pelajaran Filsafat." Viole berujar, tetapi Amelia tak kunjung menyahut. Ia jadi takut untuk pergi begitu saja karena Amelia tak juga izinkan apakah ia boleh pergi ke kelas.
"Kita mau ke mana? Kupikir ke kelasku atau ke klinik sekolah?"
Helaan napas terdengar panjang, Amelia menghentikan langkahnya seraya memandangi Viole dengan tangan bersilang di dada. "Apakah kau bodoh atau terlalu polos?"
"Aku tidak bodoh, lihat saja tadi, aku diminta jadi perwakilan Olimpiade Biologi."
"Bukan itu point-nya, dummy!" balas Amelia, nada bicaranya jadi berubah dan lebih pelan, tetapi sinis dan menusuk ke relung dada. "Maksudku adalah tidakkah kau sadar jika wanita tadi aneh dan mencurigakan? Untuk apa dia membawamu ke taman belakang sekolah hanya untuk membicarakan masalah Olimpiade padahal bisa di kantor guru?"
"Katanya dia pengap di kantor guru jadi mengobrol di taman, biar sekalian menghirup udara segar."
Sungguh jawaban itu membuat Amelia heran, menatap cengo. Laki-laki ini bisa dingin dan menyebalkan pada Amelia, tetapi polos dihadapan orang lain atau malah bodoh? "Seriously, itu jawabanmu? Itu alasan terbodoh bulan ini yang pernah kudengar. Dia bisa mengobrol denganmu sebentar di luar ruangan guru, koridor misalnya? Jika merasa pengap pun, dia bisa keluar menghirup udara segar setelah mengobrol denganmu, bukan malah menyeret muridnya ke taman belakang dan berdiri dekat denganmu bahkan merangkulmu!"
"Tapi dia hanya memperlihatkan poster Olimpiade Biologinya," balas Violetta.
"Aku tak perlu jawaban bodoh itu!" Suara Amelia meninggi. Detik ini, Viole baru pertama kali melihat si gadis gila jadi benar-benar kesal karena biasanya kekesalan Amelia hanya dibuat-buat. "Dia bisa memperlihatkan posternya tanpa harus mendempetkan tubuhnya padamu dan hendak merangkulmu seolah-olah kau adalah kekasihnya!! Lagi pula kenapa kau hanya sendiri sih saat menemuinya? Mana keempat sahabatmu itu padahal kalian biasanya seperti surat dan perangko."
"Mrs. Rosalie hanya memintaku sendiri menemuinya jadi aku---"
"Jangan sebut nama wanita itu jika kau di hadapanku." Amelia menginterupsi yang kini matanya menatap penuh amarah. "Lain kali harusnya kau membawa salah satu temanmu."
"Tapi---"
"Tak ada 'tapi' pretty. Apakah kau tak tahu jika ada banyak kasus pelecehan yang dilakukan oknum guru pada muridnya?" ujar Amelia, ia seperti mau meledak saat melihat wanita jalang tadi merangkul Viole. Entah apa tujuannya. "Kau harusnya lebih waspada karena kita tak tahu siapa penjahat kelamin di sekitar kita!"
Viole hendak berujar, tetapi Amelia kembali berujar, "aku bukan menuduh, tapi aku memberi peringatan karena aku adalah calon dokter. Apakah kau tahu berapa banyak profesor dan dosenku menyinggung soal penyakit kelamin dan trauma berat akibat oknum bajingan yang memperkosa para korbannya?"
Mendengar hal itu, Viole terdiam, ia tak jadi hendak mengutarakan isi pikirannya kalau Mrs. Rosalie tak mungkin melakukan hal itu, tetapi jika dipikir-pikir lagi, bisa saja perkataan Amelia benar. Viole sesaat lupa kalau dia harus waspada terutama Rosalie adalah guru baru. Takutnya saja, wanita itu seperti Monica dulu yang bersikap baik padahal bagian dari grim squad yang membantai sekolah ini.
"Aku minta maaf," ujar Viole seperti anak kecil yang dimarahi ibunya karena mengotori ruang tamu. "Aku hanya ... aku bersalah dan aku minta maaf."
Amelia menatap sinis, ia perlahan menghela napas, tidak kuat berlama-lama marah pada lelaki ini terutama ketika sedih, wajah Viole jadi makin imut. "Intinya kau harus berhati-hati Viole karena kita tak tahu siapa wanita itu sebenarnya. Bisa saja dia pembunuh berantai atau semacamnya."
"Iyaa, tolong maafkan aku, aku akan lebih berhati-hati lagi nanti," ujar Viole.
Amelia menatap iba karena ia tadi memarahi Viole. "Hey pretty, don't cry, maafkan aku tadi marah padamu ya."
"Aku nggak nangis kok."
"Sungguh?" Amelia menatap lembut. "Maaf ya jika kamu sakit hati karena kumarahi. Namun, tolong jangan benci aku meski aku galak padamu. Aku seperti ini karena peduli padamu, aku peduli pada orang-orang terdekatku, terlebih lagi ada banyak kasus pembunuhan jadi aku takut jika terjadi sesuatu padamu."
Terlihat Viole mengangguk pelan, menyetujui perkataan itu. Hal ini membuat Amelia sangat berharap jika Viole akan luluh padanya, jadi ia menunggu Viole mengatakan sesuatu, tetapi lelaki itu malah menatap sinis seraya berujar, "mana jaket cinnamoroll-ku?"
"Cowok keparat," sahut Amelia, "setidaknya balas perkataanku! Aku khawatir padamu tadi setengah mati lho!"
"Makasih sudah khawatir, jadi sekarang mana jaket cinnamoroll-ku?"
"Kau benar-benar bersikap sialan hanya padaku ya, pretty."
Viole memutar bola matanya. "Cinnamoroll-ku?"
"Kubakar."
"Huh! Serius, kenapa kau bakar?!" sahut Viole terkejut. "Padahal itu jaket yang bagus, kenapa malah dibakar?! Dipinjamkan jaket, bukannya disimpan malah dibakar!"
"Bodoh," balas Amelia, "aku hanya bercanda."
Viole bersungut-sungut. "Jadi mana cinnamoroll-ku?"
"Sialan, masih di rumahku, belum kucuci, nanti kukembalikan setelah dicuci!" teriak Amelia, lelah sekali menanggapi seorang bocah.
"Oh oke, request pakai pewangi pakaian ya terus jangan yang menyengat, ah terus cucinya kalau bisa dikucek karena mudah melar, bahannya kan lembut banget tuh jaket."
"Bisa-bisanya kau minta request dan dikucek pakai tangan? Kaupikir aku siapa sampai mau ngucek jaket, huh? Aku Queen Bee, aku bahkan enggan mengucek pakaianku sendiri."
"Jadi selama ini siapa yang mencuci bajumu?"
"Tentu saja asisten rumah tangga di rumahku, mereka juga yang memasak makanan untukku, aku bahkan jarang menyentuh peralatan dapur dan sabun cuci pakaian," balas Amelia yang malah terlihat bangga.
"Ah," sahut Viole, bingung harus mengatakan apa, tetapi tetap saja ada kalimat yang ia ucapkan. "Bagaimana bisa kau hidup padahal tidak bisa memasak dan mencuci pakaian sendiri?"
Amelia sesaat ingin menabok mulut Violetta ini. "Tentu saja aku bisa hidup! I have lots of money, aku gunakan untuk mempekerjakan asisten rumah tangga dan lain sebagainya jadi kebutuhan hidupku masih terpenuhi tanpa aku harus susah payah memasak atau mencuci pakaian."
Viole masih menara heran. "Oh okay." Sudah cukup, ia bingung harus menyahut apa lagi.
"Bagaimana denganmu pretty?" balas Amelia.
"Tentu aku lebih mahir darimu." Viole hendak menyombongkan diri pada gadis ini. "Aku bisa memasak banyak menu makanan, aku juga rajin membersihkan kamar apartemenku dan mencuci pakaian hingga menyetrika dan melipatnya dengan rapi, aku selalu melakukan semua itu sendirian tanpa bantuan asisten rumah tangga seperti kamu. Aku laki-laki, tapi lebih mahir mengerjakan pekerjaan rumah dibandingkan kau."
Amelia tersenyum dari pandangannya, Viole mirip bebek kuning yang membanggakan diri. "Kalau begitu kita sangat cocok dan saling melengkapi."
"Huh?" Viole menatap heran lagi.
"Kau mahir mengerjakan pekerjaan domestik, bukan cowok patriarki, kau cocok sebagai Bapak Rumah Tangga dan aku yang bekerja, bagaimana? Kita pasti jodoh yang dituliskan Tuhan."
"Tidak! Aku tak mau!" teriak Viole lekas melangkah menuju kelasnya sementara Amelia mengikuti dari belakang. "Aku tak mau berjodoh denganmu!"
Amelia dengan riang gembira mengikuti Viole. "Ayolah pretty, mengapa kau tak mau menikah denganku, aku sangat cantik, seksi, aku bisa bernyanyi, aku juga cerdas dan calon dokter di masa depan, aku juga kaya raya, hingga tujuh turunan pun aku akan tetap kaya. Hidupmu terjamin jika denganku."
"Hidupku lebih terjamin jika kau enyah dari hadapanku," balas Violetta.
Amelia berdecak. "Kau masih saja menyebalkan dan jahat padaku." Amelia gantian bersungut-sungut kesal lalu tersenyum manis. "Nanti jalan lagi ya, kalau nggak jalan, nggak bakal kukembalikan jaket cinnamoroll-mu itu."
Viole menatap sinis lalu memperhatikan wajah Amelia. "Ambil saja jaketnya, aku bisa beli yang baru."
Sialan, apakah artinya Viole menolak ajakan kencan terselubung Amelia? "Pretty, kau makin jahat, jangan tolak aku terus, nanti aku sakit hati lho."
Viole menghela napas, gadis ini lebih parah dari pick me girl di novel teenfiction yang pernah ia baca. Perlahan Viole membatin dalam hati. "Once upon a time." Sambil merogoh kantong celananya.
"Pretty, apa yang kau lakukan?" Amelia menatap bingung.
Lalu tak lama kemudian Viole menarik keluar plester luka warna biru tua bergambar bebek kuning. Ia menatap Amelia, lalu berjinjit seraya menempelkan plester luka di pipi gadis itu yang terdapat luka gores panjang seperti habis terkena cakaran entah kucing atau kuku seseorang. "Pipimu luka, jadi kuberi plester. Takutnya perih kalau kena air."
Hal ini membuat Amelia terdiam, ia tak sadar jika pipinya luka, pasti karena pertengkaran dengan Krystal sebelumnya. Kini ia menatap wajah imut lelaki ini yang sesaat terbesit rasa khawatir yang tulus meski hanya dalam hitungan detik. Sukses membuat jantung Amelia berdegup lebih cepat, perutnya bergejolak seolah-olah ada ribuan kupu-kupu di dalam sana, ia merasakan wajahnya menghangat. Tidak bisa pula menahan senyumannya.
Oh semesta, barangkali ini terdengar bodoh atau Amelia yang berlebihan karena tindakan Viole mungkin terlihat sepele, tetapi bagi Amelia sangat-sangat berarti. Serta sukses membuat bahagianya tak terbendung dan suasana hatinya benar-benar sempurna baik detik ini.
"Oh ya, ada lagi semisal kamu nggak punya plester," ujar Viole seraya menarik tangan Amelia dan menaruh lima plester yang berbeda warna, tetapi sama-sama ada motif atau gambar bebeknya.
Amelia hanya menatap lembut pada Viole.
"Ada apa denganmu? Kenapa hanya diam?" ujar Viole.
"Aku menunggu seseorang memutar lagu Slut! karya Taylor Swift."
"Huh, apa korelasinya?" balas Viole merasa gadis ini kumat lagi gilanya. "Terserah padamu, aku harus pergi karena kelas sudah dimulai dari tadi, dadah." Maka lekas Viole berlari dan meninggalkan Amelia yang masih menatapnya hingga punggung laki-laki itu menghilang di belokan koridor.
Tuhan, bagaimana bisa Engkau ciptakan manusia seperti Violetta itu? Lelaki selembut sutra yang bahkan tak pernah merendahkan kaum perempuan, layaknya kebanyakan lelaki misoginis dan berengsek yang sering is"Oh My Goddess, in a world of boys, Viole is a gentleman."
****
Rosalie Camilla terlihat selesai berbelanja di sebuah supermarket. Ia berada di parkiran mobil dan memasukkan semua belanjaannya dari troli ke dalam bagasi mobil. Saat itu segerombolan mahasiswa kuliah tengah lewat yang secara diam-diam, salah satu dari mereka memotret Rosalie karena terlihat seksi dari pandangan mereka.
"Bukankah tak sopan memotret seseorang secara diam-diam?" ujar Rosalie.
"Oh maaf," kata seorang mahasiswa yang membawa kamera. "Saya hanya terpukau dengan kecantikan Anda, perkenalkan saya George." Senyuman George terukir. "Saya dan sahabat saya, Bradh adalah konten kreator di sosial media."
"Halo," sapa Bradh.
"Kami lihat Anda sangat cantik, barangkali mau menjadi model kami dan ikut vlog kami kapan-kapan, saya yakin, Anda pasti akan terkenal nanti." George tersenyum, ada target wanita seksi yang akan menjadi cuan bagi akun sosial medianya. "Apakah Anda mau?"
Senyuman Rosalie terukir tipis, ia berjalan mendekati George seraya mengusap pipi pria itu. "Tentu saja, saya dengan senang hati menerima tawaran itu."
Degup jantung George berdetak cepat. Ia mendapatkan jackpot yang sangat besar! "Terima kasih."
"Sure boy," balas Rosalie seraya berjalan menuju mobilnya, masuk ke dalam dan memberikan kiss bye serta dibalas George yang kemudian ia pergi bersama teman-temannya.
Rosalie melirik George, sebelum kaca jendelanya ia naikkan, ah lebih tepatnya, ia menatap pada seekor laba-laba kecil yang berada di bahu pria itu. Kemudian senyuman Rosalie terukir kecil setelahnya ia tancap gas dan pergi dari parkiran supermarket tersebut.
Kini malam pun tiba, bulan sabit bersinar terang, grup chat Viole dengan teman-temannya yakni Viole's Therapist yang terdiri dari dirinya dan keempat sahabatnya tengah ribut membicarakan mengenai akun sosial media Viole yang hilang dengan artian ter-banned atau suspend. Hal ini baru saja terjadi setelah makan malam, lalu Viole juga diinformasikan oleh Sophia kalau videonya dengan Theodore di akun Bradh dan George menghilang pula, bahkan konten kreator tersebut juga hilang begitu saja.
Hal ini membuat kejanggalan besar, maka Viole memutuskan untuk menghubungi Julius Cunningham melalui panggilan telepon. "Kenapa lama sekali kau angkat teleponku."
"Sabar saja, aku baru tiba di hotel," kata Julius seraya menaruh tas hitamnya di sofa.
"Di mana kau?"
"London, ada rapat penting perkumpulan para psikiater dan psikolog, jadi aku hadir juga karena diundang," ujar Julius sambil melepaskan jas hitamnya. "Mengapa kau menghubungiku."
"Aku langsung ke point utama saja, apakah jika seorang ævoltaire viral atau muncul di media sosial yang diunggah orang lain meski tidak diketahui identitasnya sebagai ævoltaire dan kekuatannya, maka pihak Æthelwulfos akan melakukan sesuatu?"
"Ah, kau membicarakan dirimu yang viral karena seseorang melakukan prank padamu?" ujar Julius yang kini duduk seraya meminum wine-nya langsung dari botol.
"Ya."
"Jawabannya adalah perusahaan kemungkinan akan turun tangan untuk menghapus seluruh video tersebut karena meskipun identitasmu tak diketahui sebagai ævoltaire, tetapi harus tetap waspada karena jika sampai viral hingga ke organisasi jahat atau rival dari perusahaan itu, maka kau dalam bahaya dan Æthelwulfos tak mau membiarkan ævoltaire-nya terancam. Sudah cukup menjawab?"
Viole menghela napas, sudah ia tebak jika videonya yang viral termasuk akun media sosialnya ter-banned pasti karena perusahaan Æthelwulfos, yeah ia tak masalah karena dia tak mau juga dirinya terus dipertontonkan banyak orang dan mengancam nyawanya. "Jawabanmu sudah cukup bagiku."
"Baiklah kalau begitu." Julius meletakkan botol wine-nya. "Apakah ada lagi sebelum kututup panggilan kita?" Namun, hanya keheningan yang Julius dengar, ia jadi khawatir. "Violetta Beauvoir. Apa masih kau di sana? Aku tak bisa mendengar suaramu."
"Pertanyaan terakhir." Terlihat wajahnya Viole pucat, ia menatap pada ipad-nya yang membuka salah satu media sosial dan ada sebuah berita terbaru. Mengenai ditemukannya dua mahasiswa, bernama Bradh dan George dari Departemen Teknik Elektro dan Informatika di sebuah bangunan tua, keduanya tiada dalam keadaan sangat mengenaskan.
Bradh, tubuhnya ditemukan banyak tusukan besi tajam hingga bolong-bolong, paha robek lalu terpisah dari tubuhnya, kemudian badannya terlilit kawat besi hingga darah keluar dari sana, lehernya juga dililit kawat besi, matanya dicolok paku tajam, begitu pula mulutnya ditembus besi tajam hingga ke tempurung kepala belakang, lalu kedua tangannya diborgol dan ditancapkan ke dinding.
Sementara George, tampak kedua telinganya ditusuk besi tajam begitu pula ubun-ubun kepala hingga rahangnya, mulutnya dijejali ulat bulu yang beberapa masih hidup, bola matanya hilang, kedua tangan putus kemudian tertancap besi kedua ujungnya, kedua kakinya juga putus lalu tertancap besi juga di kedua ujungnya. Kemudian kedua tangan ditancapkan ke bagian kaki, sementara kedua kaki ditancapkan ke bagian tangan jadi seperti bertukar. Sementara perutnya penuh tancapan paku tembak yang dibentuk hingga bertuliskan PIG. Mayat George dibiarkan di lantai.
Terakhir ada tulisan besar di dinding tepat di samping mayat Bradh. Tulisan itu dibentuk dari darah kedua korban, bertuliskan: stupid content creators rot in hell.
Viole berujar di telepon. "Apakah perusahaan Æthelwulfos, bisa sampai membunuh orang-orang yang dianggap membahayakan hidupku, maksudku ævoltaire mana pun."
Senyum Julius Cunningham terukir setelah ia membaca berita kematian baru malam ini. "Biasanya mereka takkan membunuh, jika videomu tersebar di media sosial, maka tindakan awal hanyalah menghentikan tersebarnya videomu lebih jauh. Namun ...."
"Namun, apa?"
"Jika identitas ævoltaire sudah tersebar berlebihan, mereka bisa melakukan tindakan kejam atau jika karena ævoltaire-nya sangat penting, maka tindakan mereka jauh lebih protektif dibandingkan perlindungan kepada ævoltaire lain."
"Sialan."
"Kau boleh berasumsi apa saja Violetta, tetapi kau harus ingat jika di dunia ini bukanlah dongeng kanak-kanak. Selain adanya Æthelwulfos, ada pula ratusan ævoltaire yang hidup bahkan seorang pembunuh berantai yang kini meneror kota Erysvale, ketiganya bisa jadi kemungkinan. Maka dari itu, tolong jaga dirimu, Tuan Violetta Beauvoir."
Maka percakapan mereka usai, Violetta menatap pada laman berita Erysvale di akun media sosial Evl News yang berita kematian terbaru ini terus naik dan tersebar ke mana-mana. Sesaat Viole merasakan punggungnya merinding.
Lekas ia meraih kalender di atas mejanya, seraya menggambar awan hitam yang menurunkan hujan untuk tanggal hari ini. "Di mana pun aku tinggal, hidupku selalu dipenuhi teror dan aku tak pernah aman. Nah Dite, bagaimana dengan kamu?" Viole berujar sendiri. "Apakah kau bahagia, hidup di tempat barumu entah di mana pun kau berada saat ini."
◇─◇──◇─────◇──◇─◇
|| Afterword #12
Haloo Arcaners, akhirnya gue kembali setelah mengarungi samudra dengan lautan kertas skripsi. Bagi yang bertanya-tanya kabar gue, Alhamdulillah sudah selesai skripsian dan mendapatkan akhir yang cukup memuaskan, hehe, intinya hasil akhir yang lebih-lebih tinggi dari 2.3 kok^^
Jadi mari bahas chapter ini, sepertinya Viole sudah mulai menemui musuh utamanya, jika di Part One adalah kelompok teroris yang membantai anak-anak sekolah, kini lawannya benar-benar ævoltaire lain yang sepertinya memiliki tujuan tertentu? Lalu um, cukup mengerikan ya deskripsi dari kekuatan yang dimiliki oleh Mrs. Rosalie.... membayangkannya saja cukup menjijikkan apalagi jika benar-benar melawannya?
Mengenai hubungan Amelia dan Viole, kemungkinan akan diceritakan secara perlahan-lahan, tapi sudah kelihatan ya siapa yang jatuh cinta duluan, hehe. Lagi pula sulit juga jatuh cinta sama Viole yang notabene-nya hidup nggak kayak manusia biasa; dia waktu kecil jadi bahan percobaan jadi nggak bisa menyalahkan juga kalau dia cukup bodoh soal kehidupan di luar dinding Perusaahan Æthelwulfos.... meskipun begitu, Viole tetaplah seorang gentleman, sepertinya harus berterima kasih pada Dite karena sudah mendidik Viole. Hanya saja, ada satu pertanyaan... Who is Dite?
Prins Llumière
Jum'at, 06 September 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top