Chapter 43: Two Dead Bodies
"Jasad dua mahasiswa ditemukan di sebuah gubuk tua dan sudah membusuk."
Topik utama yang hari ini tengah beredar di Universitas Varenheim, berbagai divisi tengah heboh membicarakan mengenai kematian dua mahasiswa dari Departemen Biologi yang diketahui bernama Andrian Gerald asal Manhattan yang pindah ke Erysvale serta Jeong-Hun dari Busan, Korea Selatan. Kedua mahasiswa itu adalah teman sekamar dan tinggal di asrama Universitas Varenheim. Awalnya sekitar dua minggu lalu, mereka terlihat baik-baik saja dan aktif berkuliah serta organisasi bahkan masih bisa mengunggah keseharian mereka di sosial media.
Lalu beberapa hari kemudian, mereka terlihat tak aktif media sosial, kamar asrama sepi, mahasiswa lain berkata jika mereka kemungkinan menginap di rumah teman sekelas, terlebih ada projek kuliah dari Departemen mereka. Sehingga tak seorang pun menyadari bahwa beberapa hari mereka tidak balik ke asrama dan ternyata mereka juga tak menginap di rumah satu pun teman sekelas mereka.
"Curi-curi dengar. Projek mahasiswa Departemen Biologi itu berkaitan dengan praktik kerja lapangan yakni pengumpulan sampel tanah dan air."
"Apakah karena itu mereka pergi ke hutan dan sampai di gubuk tua, tempat mereka terbunuh."
"Kemungkinan besar karena hal itu, apesnya mereka malah bertemu si ...." Mahasiswa itu berbisik. "Bloodied Tortuner."
"Memangnya sudah dipastikan jika dia pelakunya?"
"Oh ayolah, siapa lagi yang bisa membunuh korban sesadis itu selain Bloodied Tortuner."
"Entahlah, belum pasti dia."
Kematian kedua mahasiswa ini sama hebohnya seperti kematian Jared dan kelima temannya serta terbakarnya kabin mereka. Seluruh penghuni Universitas Varenheim tidak ada yang tidak tahu mengenai kasus ini terutama ketika sheriff Jude, deputy Francis, dan segala jajaran bawahan mereka datang ke Universitas Varenheim untuk melakukan investigasi dan menginterogasi beberapa mahasiswa yang diketahui mengenal korban dan mahasiswa yang mempunyai riwayat permusuhan dengan kedua korban.
"Ini sangat mengerikan," ujar seorang mahasiswa yang berada di Departemen Biologi. Ia berasal dari angkatan bawah. "Kudengar, kalau mereka berdua mati sangat sadis."
"Sheriff Jude berkata, Andrian dan Jeong-Hun ditemukan tiga hari setelah kematian mereka, jadi mayat mereka sudah membusuk dan berbau amis."
"Dari pernyataan Sheriff Jude juga," timpal mahasiswa lain. "Kalau seorang fotografer hendak memotret burung, lalu mencium bau amis dari gubuk, setelah dicek, dia menemukan kedua korban."
Mereka menjelaskan jika sang fotografer terkejut bukan main, sampai memuntahkan segala isi perutnya akibat bau busuk dan amis karena tubuh korban tergantung di langit-langit serta digerogoti ulat, kulit pucat, darah menetes sedikit demi sedikit, usus-usus di lantai terlihat disantap para ulat dan tikus. Lekas fotografer tersebut menghubungi deputy Francis, lalu setengah jam kemudian datang bersama sheriff serta ambulans mengikuti. Melihat korban tergantung di langit-langit dengan perut bolong dan usus terburai, mereka langsung menetapkan kasus ini sebagai pembunuhan berencana.
"Dari berita, belum dipastikan apakah pelakunya adalah Bloodied Tortuner karena kasus ini berbeda dengan kasus di pom bensin, tidak ada rekaman CCTV," ujar Claudia Brooklyn. Dia bersama dengan Catherine, Francesca, dan tentunya si Queen Bee, Amelia menyusuri koridor untuk menuju ke kelas mereka. Ah juga ada Sebastian, maaf ia terkadang terlupakan.
"Kudengar tadi, Sheriff Jude masih melakukan investigasi dengan bertanya ke teman kedua korban, menanyakan keluarga kedua korban, dan orang terdekat mereka. Untuk mengetahui apakah kedua korban punya musuh atau tidak." Francesca berujar, "takutnya musuh mereka yang membunuh mereka, tapi menyamar jadi Bloodied Tortuner."
"Kenapa bisa seperti itu?" sahut Catherine, ia terlihat memeluk lengan Amelia yang fokus pada novel berjudul Anne of Green Gables. Ah, coba beri waktu untuk mengagumi pakaian Sang Queen Bee ini sesaat.
Amelia mengenakan dress bergaya wool cape coat yang panjangnya sedikit di bawah pinggang, warna merah, serta lengan panjang. Kemudian mengenakan kaos kaki hingga di bawah lutut dan sepatu warna hitam. Tak lupa ia kenakan bando warna senada dengan dress-nya serta ia mengurai panjang rambutnya yang cantik itu. Ah ya karena dress-nya pendek, tentu saja memperlihatkan paha putihnya yang mulus.
Sebastian tiba-tiba muncul di belakang. "Masa kau tidak tahu? Ramai lho di semua media sosial."
"Apa?" balas Catherine, "aku jarang cek media sosial karena tugas membludak kita."
"Trend orang-orang di seluruh dunia meng-cosplay Bloodied Tortuner," ujar Sebastian, "gila bukan? Mereka mengenakan topeng kelinci entah terbuat dari plastik atau dari karung goni juga. Lalu menakut-nakuti orang-orang, berjoget depan kamera, dan melakukan hal lainnya demi bisa viral di sosial media."
"Shit," sahut Catherine, "kau serius orang-orang melakukan hal itu?"
"Memang benar begitu," sambung Claudia, "banyak video orang-orang yang menggunakan topeng mirip topeng Bloodied Tortuner yang berseliweran di media sosial dan orang-orang bodoh malah memuji bahkan hendak mengikuti mereka."
"Dikarenakan hal inilah, kepolisian hingga pemerintah di Negara-negara Bagian takut dan khawatir jika orang-orang juga melakukan tindak kejahatan seperti Bloodied Tortuner," ujar Sebastian.
"Termasuk kasus sekarang ini. Karena itu sheriff Jude menginterogasi mahasiswa yang entah ada hubungan dekat atau permusuhan dengan kedua korban," ujar Claudia, "mereka berpikir jika bisa jadi pelakunya adalah orang terdekat dengan menyamar menjadi Bloodied Tortuner."
"Aku tak habis pikir, trend mengenakan topeng pembunuh saja sudah gila, apalagi ikutan melakukan tindakan kejahatan," ujar Francesca, "di Universitas kita saja sudah banyak yang mengikuti trend itu bahkan anak-anak sekolah."
"Manusia semakin bertambah zaman, semakin tidak punya kewarasan," ujar Catherine.
"Jika terus seperti ini, dunia bisa kiamat besoknya," celetuk Amelia tiba-tiba. "Kini orang-orang jadi harus berhati-hati untuk membedakan mana manusia bodoh yang mengikuti trend gila dan mana Bloodied Tortuner yang asli."
"Kau benar," sahut Claudia, "orang kebanyakan kini hidup berdasarkan trend di media sosial, demi mendapatkan ketenaran, mereka sampai rela mengikuti semua trend bahkan yang menjijikkan sekali pun."
"Jadi takut," ujar Francesca, "sebentar lagi Halloween, pasti orang-orang akan menggunakan kostum 'kan? Terutama anak-anak yang mencari permen."
"Aku ingin pergi dari sini, tapi studiku belum selesai, sialan," ucap Catherine melirik pada Amelia yang masih fokus membaca. Mengapa sahabatnya masih tenang dan anggun padahal orang-orang hectic membicarakan mengenakan trend cosplay pembunuh berantai?
"Dunia lebih baik kiamat saja kalau kebanyakan orang mengenakan kostum mirip Bloodied Tortuner," balas Sebastian, "dari pada kita menyapa orang lain, ternyata dia pembunuh aslinya."
"Indeed," balas Amelia dengan senyuman. Lalu senyumannya pudar tiba-tiba ketika seorang gadis jalang menumpahkan minumannya hingga membasahi novel yang Amelia pegang serta terkena sedikit ke dress merahnya.
"Oh wow, kau harus gunakan matamu dengan benar saat berjalan, bukan berfokus pada buku, oh atau kau ingin selalu terlihat dengan citra seorang Queen Bee yang genius, membaca di setiap keadaan, huh? You slut," ujar seorang gadis yang mengenakan blouse tembus pandang warna ungu keabu-abuan, lengannya digulung mencapai siku dan ada pita besar di leher, serta rok di atas lutut yang mencetak pinggul serta bokong dan pahanya. Alasan kenapa dikatakan blouse tembus pandang karena bisa terlihat jelas bra yang dikenakan gadis di hadapan Amelia ini.
"Hey, kau yang sengaja menumpahkan minumanmu dan jangan panggil sahabatku pelacur, kau yang pelacur!" Catherine kesal dan mendorong Krystal, lalu tiba-tiba Amberlee maju selangkah dan mendorong balik Catherine, kini mereka saling berhadapan.
"Jangan sentuh, sahabatku, jalang," ujar Amberlee, "salahkan Queen Bee-mu ini yang tidak menggunakan fungsi matanya dengan baik."
"Jangan ikut campur, jalang, kau dan Krystal yang lebih dulu menarik sumbu dan menyalakan apinya." Catherine menujuk pada Amberlee.
Di sisi lain, Amelia menghela napas, ia membalikkan novelnya agar air yang membasahi menitik ke bawah. Kini amarah menyelubungi dirinya meski ekspresi gadis itu masih tenang. Ia hanya ingin fokus membaca novel ini meski sudah pernah menonton filmnya. Alasan ia mau menyelesaikan novel ini dalam sehari karena novel ini rekomendasi dari Violetta yang tak ia sangka mau berceloteh panjang di chat jika membicarakan novel. Kini Amelia sudah tahu, topik apa yang disukai lelaki cantiknya.
"Apa aku merusak buku dongengmu, bitch? Don't cry, hanya terkena cipratan air, tinggal keringkan saja dengan kain," ujar Krystal dengan senyuman sinis. Amberlee terlihat menahan Catherine yang hendak mencakar Krystal. "Kudengar rumor jika kau tengah menggoda pria lain lagi? Sekarang dari mana targetmu itu berasal? Fakultas Hukum, Ekonomi dan Bisnis, Departemen Biologi, Departemen Kedokteran Klinis, kenapa kau mencari mangsa lagi, apakah karena tampan atau punya penis yang besar, huh? Kupikir kau berhenti menjadi pelacur."
Catherine hendak beringsut maju bahkan ia berani jika pun harus menampar wajah Krystal atau menendang alat kelaminnya, tetapi melihat Amelia yang hanya diam dengan ekspresi datar, tetapi senyuman kecil terukir, membuat Catherine paham jika gadis itu sangat marah. Hal ini membuat Francesca juga tak mau ikut campur bahkan Claudia menghentikan Sebastian yang hendak menengahi pertengkaran itu karena ia merasakan firasat buruk jika ada yang ikut campur.
"Krystal sweetheart," ujar Amelia dengan senyuman semakin terukir jelas, ia tak terlihat marah sedikit pun, dan tangan kirinya masih menggenggam ujung novel yang menitikkan air. "Pantas saja nilai akhir dan IQ-mu selalu di bawahku, kau bahkan tak paham memilah mana rumor berdasarkan fakta atau berdasarkan fitnah. Dasar otak jongkok. Lagi pula mana bukti jika aku menggoda pria, huh?"
"Kau memang jalang keparat," ujar Krystal mengepalkan kedua tangannya. "Aku melihat di Instagram-mu, kau membuat snapgram seperti seseorang tengah mendekatimu atau sebaliknya. Namun, kuyakin kau tengah berusaha menjadi pelacur seperti di Distrik Lampu Merah."
"Manusia jalang ini!" Catherine hendak mengamuk, tetapi dia membisu ketika mendengar sahabatnya tertawa kencang. Bahkan Krystal dan Amberlee serta yang di sekitar mereka juga kebingungan.
Sialan, alih-alih mengamuk, tapi Queen Bee mereka malah tertawa padahal sudah dihina sedemikan rupa? Ini sungguh menakutkan.
"Krystal sweetheart," ujar Amelia masih terkekeh. "Aku tidak tahu, kau sebegitu obsesinya padaku hingga kau selalu memantau media sosialku padahal kautidak pernah mengikuti media sosialku sama sekali."
Detik itu para mahasiswa langsung berbisik karena mereka setuju dengan Amelia. Jika bukan obsesi jadi apa sebutannya untuk seseorang yang tahu gerak-gerik orang lain bahkan memantau media sosialnya untuk melihat kehidupan orang itu padahal mereka adalah musuh dan tak saling mengikuti media sosial masing-masing. Hal ini pula, sukses membuat wajah Krystal memerah dan kesal.
Amelia lanjut berujar lagi karena Krystal hanya diam saja. "Lagi pula, kau memang berotak jongkok. Bagaimana bisa kau menilai seseorang sebagai pelacur atau semacamnya hanya karena snapgram di Instagram yang berupa foto atau video 15 detik? Kau menilai kehidupan seseorang hanya dari video 15 detik, huh? Betapa bodohnya kau, mengapa bisa masuk Departemen Kedokteran jika sebodoh ini?"
Sekonyong-konyong Krystal melayangkan tangannya dan menampar keras pipi kiri Amelia, hingga kepalanya tertoleh ke kanan. Terlihat goresan di pipi kiri itu pula karena kuku panjang Krystal. Hal ini membuat semua hening seketika, Claudia dan Francesca menutup mulut dengan tangan sementara Catherine hendak mengamuk, sedangkan Amberlee tertawa kencang.
"Hanya tamparan kecil," kata Krystal, "kuyakin kau bisa menanganinya---"
Detik selanjutnya para mahasiswa memekik karena terkejut dan menutupi mulut mereka dengan telapak tangan ketika melihat Amelia menggerakkan tangan kirinya yang menggenggam novel basah kemudian dengan sangat kuat ia tampar balik pipi Krystal. Krystal termundur dan rasa sakit berkali-kali lipat menyeruak. "Hanya tamparan kecil, kuyakin kau bisa mengatasinya."
Maka satu tamparan lagi menghantam pipi kiri Krystal menggunakan novel tebal yang sama hingga gadis itu memekik kesakitan dan hampir terjatuh karena kakinya tak seimbang menopang tubuhnya. "Airnya sedikit nyiprat ke wajahmu, tinggal keringkan saja dengan sapu tangan."
"Bajingan!" teriak Amberlee hendak maju selangkah, tetapi Amelia sudah mengacungkan jari telunjuknya dan menatap sinis pada Amberlee.
"Jangan berani maju jika kau tak mau berakhir menyedihkan seperti sahabatmu ini," ujar Amelia dengan senyuman terukir lembut. Hal ini membuat nyali Amberlee ciut sementara Krystal masih terdiam memegangi pipinya dan darah menetes dari hidung. "Usap darahmu dengan baju seksimu itu, jalang."
"Jangan sebut aku jalang!!! Kau membuatku berdarah dan aku akan menuntutmu!" teriak Krystal.
Sudah cukup, pertengkaran ini berlebihan dan jika dilanjutkan maka bisa saja ada korban jiwa. Sebastian beringsut maju, tak peduli jika Amelia mengamuk padanya karena ia harus hentikan semua ini demi Amelia juga. "Cukup, cukup! Jika terus kalian lanjutkan, maka akan merusak harga diri kalian sendiri!" Sebastian menahan tangan Krystal yang seperti hendak mencakar wajah Amelia.
"Nice Sebastian," kata Amelia tersenyum, "seharusnya sejak awal kau hentikan anjing liar itu.
Krystal menjerit, "Amelia, you motherfucker!"
"Permisi." Suara itu terdengar, membuat para mahasiswa, teman-teman Amelia, termasuk Amelia dan Krystal kini menatap pada seorang wanita mengenakan seragam sheriff berwarna cokelat, pistol di saku, serta rambut pirangnya digelung agar tidak mengganggu ketika bertugas.
"Sheriff Jude," kata Francesca.
"Ya, perkenalkan aku Sheriff Jude Lawson, aku kemari untuk menginterogasi Saudari Amelia Cassiopeia dan Krystal Gracelynn terkait pembunuhan yang menimpa Andrian dan Jeong-Hun. Jadi mohon ikut aku sekarang," ujar sheriff Jude.
Hening merebak setelah perkataan itu terucap. Lalu Catherine berujar, "sahabatku tak terlihat apa pun pasal pembunuhan itu."
"Ini bukan soal terlibat atau tidak, kami hanya ingin mendengar sudut pandang mereka, terlebih Saudari Amelia dan Krystal pernah didekati dan diajak kencan oleh Adrian dan Jeong-Hun," ujar sheriff Jude, "jadi kalian mohon ikut saya."
"Tentu saja, dengan senang hati saya diinterogasi oleh Anda," ujar Amelia dengan percaya diri seraya menyerahkan novelnya pada Sebastian. "Tolong jaga novel ini, sangat berharga." Lalu ia berjalan ke arah sheriff Jude.
"Bajingan," ucap Krystal lalu melirik Sebastian. "Lain kali jangan kau berani menyentuhku." Ia mengambil sapu tangan diberikan Amberlee, mengusap darah dari hidungnya, setelahnya lekas ia menuju sheriff Jude dan mereka pergi dari sana. Serta para mahasiswa pun bubar.
****
Hampir satu jam mengobrol dan diinterogasi oleh sheriff Jude Lawson. Wanita rambut pirang ini cukup mengintimidasi dan kritis, dia bertanya hingga ke akar-akarnya bahkan tak mau melewatkan sedikit pun celah karena jika terdengar hal mencurigakan, ia kembali bertanya dan mengulik hingga ditemukan jawaban yang paling masuk akal baginya. Bahkan ia sempat bertengkar dengan Krystal yang entah mengapa seperti takut dan tersulut amarah. Amelia hanya bisa tersenyum tipis saja saat mendengar Krystal mencak-mencak karena diberi beberapa pertanyaan oleh sheriff Jude yang bagi Krystal mengusik egonya. Namun, dari sudut pandang Amelia, ia tak bisa menyalahkan Krystal karena marah. Bahkan ia bersimpati pada musuhnya itu. Apa alasannya?
Inti dari pembicaraan mereka dan mengapa Amelia serta Krystal diinterogasi adalah karena mereka sempat terlihat beberapa kali bersama Andrian dan Jeong-Hun. Jadi setelah sheriff Jude menginterogasi beberapa teman kedua korban, mereka mengatakan jika Adrian dan Jeong-Hun pernah berinteraksi dengan mahasiswi dari Departemen Kedokteran Klinis karena kedua korban sepertinya naksir pada dua gadis tersebut dan pernah mengobrol beberapa kali serta mengajak mereka kencan.
Semua itu benar, sheriff Jude menanyakan perihal tersebut dan hendak jawaban langsung dari mulut Amelia dan Krystal. Maka Amelia lebih dulu menjelaskan jika kedua pria itu mendekatinya lebih dulu sebelum mendekati Krystal. Amelia dengan kedua korban sempat mengobrol beberapa kali karena kedua korban menunggu Amelia di depan gedung Departemen Kedokteran Klinis, atas inilah beberapa pasang mata pernah melihat mereka, tetapi setelah seminggu kedua korban terus melakukan pendekatan pada Amelia, gadis itu sadar jika mereka sepertinya hendak mengajaknya berkencan jadi sebelum itu terjadi, Amelia lebih dulu menolak mentah-mentah ajakan kencan mereka. Ah jadi Dejavu dengan dua mahasiswa Fakultas Hukum yang Amelia campakkan juga.
"Kau menolak mereka sebelum mereka mengajakmu berkencan?" kata Sheriff Jude, "mengapa bisa kau tahu jika tujuan mereka adalah hendak berkencan denganmu, barangkali hanya ajakan teman biasa."
Amelia menghela napas. Sheriff ini agak kolot padahal setahu Amelia, dia baru punya dua anak yang masih sekolah dasar serta umur sheriff Jude lebih muda dibandingkan deputy Francis. "Pola mereka sudah terbaca dan mirip para pria yang dulu mengajakku kencan. Lagi pula pria mana yang hampir tiap hari menemuiku, memberi hadiah dan bunga, serta terus meminta nomor ponsel jika tujuan mereka tidak untuk berkencan padaku? Lagi pula, hampir setiap hari para pria mengantre untukku."
"Sombong," ujar Krystal.
"Terima kasih atas pujiannya," balas Amelia seraya tersenyum.
"Itu bukan pujian, bodoh!"
"Berhenti bertengkar kalian berdua," ujar sheriff Jude seraya menghela napas. "Aku lanjutkan, jadi setelah kau menolak mereka, apa reaksi mereka dan apakah mereka menyerah atau tidak?"
"Mereka cerdas dan mereka menyerah," ujar Amelia, menyilang kakinya. "Jadi setelah itu, mereka mulai mendekati Krystal." Ia lalu menatap Krystal.
"Apakah benar Saudari Krystal?" ujar sheriff Jude.
"Ya, keduanya lalu mendekatiku, lebih tepatnya Jeong-Hun yang paling gencar mendekatiku," ujar Krystal.
"Lalu siapa yang kaukencani?" ujar sheriff Jude.
"Aku tak mengencani mereka!" teriak Krystal.
Sheriff Jude menatap sinis. "Kau berbohong, beberapa teman kedua korban mengatakan jika kau berkencan dengan Andrian, tetapi pergi ke asrama Jeong-Hun dan berciuman dengannya ketika Andrian kembali ke Manhattan karena ibunya tiada."
Hal ini membuat Amelia menatap Krystal. "Shit? Jadi rumor kau pacaran dan selingkuh itu benar?"
"Itu fitnah!!" teriak Krystal, "aku tak pernah selingkuh lagi pula aku hanya sebulan saja pacaran dengan Andrian kemudian putus."
"Lalu bisakah kau jelaskan foto-foto ini," ujar sheriff Jude menaruh foto-foto yang memperlihatkan Krystal bergandengan tangan dengan Jeong-Hun ke asrama, hingga ke sebuah restoran dan mall.
Amelia tak habis pikir, ia enggan ikut campur dan membiarkan sheriff Jude serta Krystal saling bersahut-sahutan. Lagi pula seru juga melihat Krystal penuh amarah dan takut seperti ini.
"Dari mana kau mendapatkan foto-foto ini?" ujar Krystal menunjuk foto polaroid di atas meja itu.
"Beberapa mahasiswa yang memberikannya pada kami, teman dekat kedua korban," balas sheriff Jude, "jadi apa jawabanmu?"
"Baiklah, aku jujur! Aku berkencan dengan Andrian dan berciuman dengan Jeong-Hun setengah tahun lalu, setelah aku putus dari Andrian, aku tak lagi berkontak atau berkomitmen sedikit pun dengan keduanya!" teriak Krystal, "lagi pula tidak ada korelasinya lagi denganku karena aku berkencan dengan mereka setengah tahun lalu!"
"Kenapa kau memutuskan hubungan dengan Andrian?" ujar sheriff Jude masih tenang.
"Kau tidak perlu tahu jawabannya, intinya aku tak terlibat dengan semua kejadian gila ini dan aku sudah memutuskan kontak dengan mereka," balas Krystal.
"Interogasi ini takkan selesai jika kau tak menjawab pertanyaanku ini," ujar sheriff Jude, suaranya semakin dingin. "Mengapa kau putus dengan Andrian, apakah karena dia tahu jika kau main belakang dengan Jeong-Hun? Jawab aku, Nona Krystal karena jika kau menolak menjawab, maka kami bisa menetapkanmu sebagai tersangka---"
Suara gebrakan meja terdengar kencang. "They almost raped me!" Hening terdengar setelah perkataan itu menguar di ruangan tersebut. "Keduanya adalah pria berengsek dan punya tujuan untuk memperkosa targetnya. Awalnya aku pacaran dengan Andrian, lalu si Jeong-Hun sengaja mendekatiku dan berkata jika Andrian takkan marah, ya aku bodoh terlarut pada perkataan mereka. Lalu suatu hari Jeong-Hun membawaku ke hotel yang ternyata di sana ada Andrian juga, mereka berniat memperkosaku, tapi aku berhasil kabur.
"Setelah kejadian itu, aku meminta ayahku untuk menghukum mereka, jadi beasiswa mereka dicabut berkat ayahku serta mereka mendapatkan ancaman dari ayahku, hanya sampai di sana saja! Setelah itu aku lost-contact dengan mereka. Jika kau berkata bahwa aku pelakunya, maka kukatakan, aku bukan pelakunya karena jika aku hendak membunuh mereka maka kusuruh ayahku membunuh mereka setengah tahun lalu!!"
Setelah perkataan itu, sheriff Jude menyuruh Amelia pergi karena ada hal privasi yang harus dibicarakan sheriff Jude dengan Krystal, maka dengan senang hati Amelia pergi karena ia enggan juga lebih lama di sana terlebih saat melihat air mata tergenang di pelupuk mata Krystal.
Amelia memanglah Queen Bee, gadis jahat yang sangat membenci Krystal. Mereka ibarat musuh bebuyutan. Hanya saja, meskipun musuhnya, terutama sesama perempuan hampir diperkosa, maka pelaku pemerkosaanlah yang paling patut untuk dibenci bahkan membusuk selamanya di neraka.
"Seharusnya Krystal pinta saja ayahnya untuk membunuh kedua pria berengsek itu, manusia bejat tak pantas hidup, eh tapi sekarang mereka sudah tiada 'kan?" ujar Amelia, melihat teman-temannya yang duduk di bangku tribune, lalu ia lihat juga mahasiswa lain yang duduk berkelompok dan fokus menatap ponsel mereka.
Apakah ada berita pembunuhan lagi? Oh Goddess, mengapa kasus-kasus ini terus bertambah padahal kasus kabin terbakar dan pom bensin belum selesai juga, kini sudah bertambah kasus baru.
"Amelia!" teriak Francesca menghampiri gadis itu dengan wajah diliputi kekhawatiran.
"Apa ada pembunuhan lagi?" balas Amelia merasa hendak tak peduli saja saking ia lelahnya setelah diinterogasi tadi.
"Bukan, bukan! Ini lebih parah dari pembunuhan," ujar Francesca, memperlihatkan video di salah satu aplikasi media sosial, video berupa prank yang dilakukan oleh dua orang konten creator sedangkan target mereka yakni menakut-nakuti dua bocah sekolah di sebuah supermarket dengan cara menyamar menjadi pembunuh berantai. "Ini Violetta dan temannya, mereka masuk konten Bradh dan George."
Detik itu, seluruh waktu Amelia berhenti berputar. Ia merampas ponsel Francesca, menonton video yang mendapat like sebanyak 98 ribu itu padahal baru diunggah sepuluh menit lalu. Video tersebut memperlihatkan George yang mengenakan kostum layaknya Bloodied Tortuner, tetapi topengnya berupa topeng kelinci terbuat dari plastik, ia menargetkan Viole dan Theodore yang tengah memilih camilan, tampak George hanya diam saja, lalu tiba-tiba bergerak dan hendak menyerang Viole dan Theodore, tetapi alih-alih kedua lelaki itu kabur, Theodore malah menarik payung dari rak dan hendak menghantam George, lalu video prank itu selesai dengan George berteriak, it's prank!
"Mereka sudah sering membuat konten seperti itu," kata Catherine, "mereka juga pernah menakut-nakuti mahasiswa di Departemen mereka. Departemen Teknik Elektro dan Informatika btw."
"Kebetulan Viole dan Theodore ada di supermarket jadi mereka target konten prank ini," ujar Claudia. Sementara Amelia hanya diam menatap video tersebut yang diputar ulang lagi, terlihat jelas wajah Theodore dan Viole.
"Kenapa bisa viral banget, padahal pengikut mereka tidak sampai ratusan, nyentuh 20 ribu pengikut saja tidak," ujar Amelia. Ia kembalikan ponsel Francesca.
"Karena reaksi Viole dan Theodore," ujar Francesca, "di konten Bradh dan George sebelumnya, target mereka selalu ketakutan dan kabur. Namun, kali ini malah melawan balik, lalu mungkin karena Viole dan Theodore ... umm kau tahulah ya maksudku."
"Wajah mereka sangat memadai untuk membuat sebuah konten viral," balas Catherine, "isi kolom komentarnya selain membahas Viole dan Theodore tak takut berhadapan sama pembunuh, para penonton konten juga salah fokus pada wajah tampan mereka dan tentunya cantik untuk Viole."
"Oh shit! Para gadis-gadis di video ini saling menanyakan siapa kedua bocah ini bahkan ada yang bertanya sosial media mereka," ucap Sebastian, "shit, komennya ada yang jorok juga ...."
"Apa, jangan setengah-setengah!" Suara Amelia meninggi.
"Err, komennya bertuliskan." Sebastian sesaat menelan salivanya. "Who is the pretty boy? I got wet because him and want to fuck him."
"Amelia, tenang," kata Catherine merasa jika tatap gadis itu menjadi mengerikan.
"Mereka ingin akun media sosialnya Viole atau pun Theodore," kata Claudia, "lalu ada anak sekolah Erysvale komen jika kedua laki-laki di video bernama Violetta dan Theodore, mereka juga memberitahukan akun Instagram dan Twitter keduanya."
"Gawat," ujar Francesca.
"Kumohon jangan cek komentar di konten itu karena banyak komentar menjurus ke hal tak bermoral," ujar Sebastian.
Terlihat Amelia hanya diam saja. Lalu deringan ponselnya terdengar. Lekas ia angkat. "Ayahku menelepon, aku angkat ini dulu."
"Oh okay," balas Francesca.
Lekas Amelia berjalan keluar kelas bersamaan profesornya masuk. Ia abaikan hal tersebut karena fokus mengobrol dengan ayahnya. Beberapa menit berlalu hingga panggilannya selesai setelah Amelia berujar, "ya, tentu saja, tolong dicek. Okay, aku akan menunggu, jangan lupa oleh-olehnya."
Panggilan tersebut usai, lekas Amelia membuka aplikasi chat dan mencari kontak Viole. Ia hanya akan mengirimkan pesan karena tahu jika jam segini Viole pasti ada kelas.
Amelia:
Pookie bear, aku melihat kau dan Theodore masuk kontennya Bradh dan George.
Tolong private media sosialmu okay. Karena pasti banyak yang mencari media sosialmu, terutama para perempuan jalang.
Kalau ada komentar aneh-aneh di postingan kamu, hapus saja atau tutup kolom komentarmu.
Jika bisa blokir saja mereka semua yang baru follow kamu.
Okay, pretty, kali ini nurut ya sama aku yaa. Please, nurut sama aku karena ini demi kebaikan kamu juga.
Terus sampai jumpa siang nanti♡
◇─◇──◇─────◇──◇─◇
Prins Llumière
Rabu, 05 Juni 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top