✒ Chapter 36: The Boogeyman
Viole selalu punya banyak buku di apartemennya, selain karena dia senang membaca berbagai macam jenis buku dimulai dari buku teori tertentu atau yang berkaitan dengan pembahasan humaniora dan sastra, ia sangat cinta pada novel-novel, baik novel lokal maupun terjemahan dari berbagai benua di dunia, entah benua Eropa yakni novel british hingga novel di benua Asia bahkan Afrika. Namun, di antara banyaknya novel dan buku teori ilmiah, ada buku yang bersampul cokelat dan biru tua, selalu bergantian dia bawa ke mana pun ia pergi, terkadang ketiganya dibawa olehnya. Buku ini ada tiga dan berbeda ukuran, dua ukuran besar sampul cokelat, satu buku ukuran kecil sampul biru, paling mudah dibawa jika ia pergi ke mana pun.
Dua buku sampul cokelat yang kini ada di atas mejanya dan tengah Viole tulisi. Mudahnya dikatakan jika dua buku sampul cokelat ini, bisa disebut sebagai diari. Sungguh lucu, bukan? Seorang lelaki berumur 15 tahun, masih menulis sebuah diari. Namun, ini bukanlah diari biasa yang hanya berisi aktivitas kehidupan atau curhatan karena jatuh cinta yang diarinya terkadang ditulis dengan tulisan tangan yang acak-acakan serta tata bahasa hancur. Namun, buku diari Viole ini terlihat rapi barangkali karena tulisan tangan Viole yang cantik, bahkan terkadang dia beri semacam tambahan elemen berupa post-it, stiker pita bermotif, kertas origami motif, dan lainnya lagi, kebanyakan warna vintage dan soft.
"Tadi malam boogeyman tidak berkunjung padahal aku lupa meminum obatnya."
Terlihat Viole menggambar sesuatu di buku diari sampul cokelatnya. Ia perlahan menggoreskan setiap coretan di kertas putihnya seraya mendengarkan lagu bersenandung melalui earpod-nya. Jika diperhatikan, Viole menggambar sketsa sesosok manusia dari bagian punggung, tubuhnya besar, mengenakan topi cowboy, serta membawa kapak besar dan ember yang berisi cairan tumpah berwarna merah menyerupai datah. Di bawah gambar, Viole menuliskan nama lengkapnya, serta tanggal hari ini.
Setelahnya, ia membalik halaman buku tersebut ke halaman paling awal. Mari lihat apa saja isi dari buku Viole tersebut. Tampak di halaman awal penuh dengan stiker pita motif warna vintage, meskipun begitu di tengahnya ada gambar mengerikan yakni sesosok monster tinggi, bungkuk dan berbulu, dadanya terlihat luka cakaran warna merah atau malah tulang rusuk berwarna merah darah? Kemudian kepala botak dengan mata merah menyala, mulut terbuka lebar, serta gigi taring tajam, lalu tangan panjang serta kuku hitam, tanpa kaki yang barangkali kakinya ditutupi bulu-bulu hitam. Di ujung gambar, terdapat tulisan Boogeyman.
Beralih ke halaman berikutnya, ternyata ada gambar yang berbeda yakni sesosok makhluk mengerikan pula yang badannya tak terlalu besar, tanpa tangan dan kaki, badan hitam dengan semacam kancing merah di dada, serta pita merah, mulut ternganga lebar dengan gigi tajam, berjanggut hitam, mata kuning dengan garis merah, rambut tipis melarak seolah-olah habis tersambar petir, dan topi tinggi warna hitam, sosok makhluk itu seperti badut hantu, tetapi sekali lagi, di ujung gambar bertuliskan Boogeyman.
Masih saja Viole membalik ke halaman selanjutnya dan tampak mahakarya mengerikan dari lelaki cantik nan imut tersebut, mahakarya kali ini lebih mengerikan yakni sesosok entitas atau makhluk asing mengerikan yang menyerupai manusia jenis kelamin perempuan mengenakan gaun pendek seperti Coquette karena warna medah muda dan biru muda. Hanya saja, makhluk tersebut memiliki dua kepala yang menyatu, kepala pertama tampak matanya tertusuk besi hitam dengan bibir terjahit, kepala kedua mata terjahit dan bentuknya seperti kancing dengan plester luka di pipi serta dahi, lalu mulutnya tampak terbuka dan mengeluarkan darah. Leher makhluk yang digambar tersebut juga ada bekas jahitan, tangan buntung satu, dan tangan lainnya membawa pisau berdarah. Kali ini bukan tulisan Boogeyman, melainkan Two-headed Girl.
Siapakah kira-kira makhluk yang digambar Viole dalam buku diarinya?
Viole lekas menutup diarinya dan ia simpan di dalam laci mejanya. Ia bangkit dari kursi dan bersiap untuk memasak sarapan pagi ini sebelum berangkat ke sekolah.
Jika membahas mengenai boogeyman. Makhluk itu sebenarnya makhluk mitos yang digunakan para orang dewasa untuk menakut-nakuti anak-anak agar berperilaku baik atau menghindari tempat berbahaya. Kata boogeyman berasal dari bahasa Inggris Pertengahan yakni a frightening spectre atau hantu yang menyeramkan. Kemudian boogeyman sebenarnya tidak memiliki bentuk yang spesifik atau penampilan khusus dan biasanya akan berbeda-beda tergantung negara dan kultur budaya. Ada pula beberapa yang mendefinisikan juga kalau boogeyman adalah entitas yang memiliki kepekaan kuat tentang rasa kesedihan, kehilangan dan penderitaan dan mengikuti ke mana pun seseorang pergi. Jadi mudahnya, boogeyman ini tidak nyata dan hanyalah mitos .... bagi mereka yang manusia biasa.
Lalu bagaimana dengan manusia spesial atau disebut Natum yang berhasil berkembang menjadi ævoltaire?
Maka bagi Viole, boogeyman adalah nyata dan terkadang di malam hari, tidak, hampir setiap malam hari, ada sesosok makhluk hitam yang suka berubah wujudnya dan selalu mengganggu malam Viole terutama ketika lelaki itu hendak tidur. Sebenarnya entitas asing atau makhluk asing ini tidak diketahui namanya dan selalu mengubah penampilan fisiknya, dikarenakan tak punya nama, Viole menyebutnya sebagai boogeyman terutama muncul di malam hari untuk menakut-nakuti anak-anak agar bersikap baik serta penampilan makhluk tersebut tak menentu.
Mengapa boogeyman ini muncul dan mengganggu Viole? Jawabannya yang sejauh ini Viole simpulkan karena efek samping dari kekuatan supernya sebagai ævoltaire, jadi ada banyak entitas asing yang berusia mengganggu Viole. Lalu makhluk ini bisa pula dikatakan sebagai hantu, tidak semua manusia biasa dapat melihatnya, tetapi ada keadaan tertentu ketika sang boogeyman mengganggu Viole maka orang di sekitarnya juga terkena efeknya.
Mengapa boogeyman datang di malam hari? Sebenarnya siang hari juga bisa, tetapi lebih sering malam hari karena mengincar pada waktu tidur, saat tidur, otak beristirahat bekerja, kondisi tubuh tak sadar dan lebih mudah diganggu.
Contoh paling mudah mengenai kehadiran boogeyman adalah ketika Viole menginap di rumah Emma dan tidur dengan Louie. Pada malam itu boogeyman muncul; seperti menggaruk dinding, mengetuk jendela, menggedor pintu, tetapi hanya Viole yang diganggu dan sadar akan kehadiran boogeyman. Entitas asing ini takkan berbahaya jika tak diabaikan karena jika Viole mengabaikan sang boogeyman, maka entitas tersebut takkan hanya menggedor atau mengetuk pintu, tetapi bisa menyakiti Viole dengan menggores tubuh Viole hingga berdarah, ini bukan mimpi atau hanya khayalan saja karena efek luka dan darah adalah nyata. Jika terus diabaikan maka selain melukai dan akan membunuh Viole, sang boogeyman juga bisa menyakiti orang-orang di sekitar Viole. Inilah keadaan tertentu yang dimaksudkan.
Atas inilah diperlukan cara menangkal boogeyman tersebut atau mengusirnya meski hanya semalam dan malam berikutnya atau lusa datang lagi. Caranya adalah dengan mengkonsumsi obat tertentu yang diciptakan oleh perusahaan Æthelwulfos. Inilah obat yang sering dikonsumsi Viole, ia menyebutnya Nix atau kepanjangan dari Nerophineripen Iverthacin Xanax, obat yang berfungsi seperti obat tidur dan pereda nyeri serta gangguan kecemasan, obat inilah juga yang ketika Viole hendak tidur atau diganggu boogeyman, kalau ia minum maka gangguan tersebut akan hilang. Namun, tetap saja meminum obat ini terlalu sering akan menyebabkan kecanduan bahkan nyeri dada, jantung berdebar kencang, keringat dingin, kepala pusing, hingga muntah darah.
Jika ditanya mana yang lebih Viole pilih, minum obat atau diganggu boogeyman?
"Aku lebih memilih minum obat hingga berdarah dibandingkan boogeyman mengganggu, jika dia mengganggu seperti menakut-nakuti, aku masih tak masalah. Namun, jika dia mulai menyakitiku hingga orang-orang di sekitarku, maka aku akan merasa bersalah." Itulah yang kini Viole katakan pada Louie dan Emma karena sejak lama, mereka memperhatikan jika ada beberapa hal aneh di sekitar Viole terutama saat malam hari, sedikit informasi kalau saat liburan sekolah, mereka sering menginap.
"Apakah boogeyman ini pernah sampai ke tahap menyakitimu?" tanya Emma dengan hati-hati. Mereka berada di taman sekolah, sangat pagi ke sekolah untuk bisa membahas hal ini sebelum Theodore dan Sophia datang.
"Sering," ujar Viole meraih minuman soda yang diberikan Louie. "Aku lupa meminum obat Nix, jadi aku terluka dan punggungku berdarah. Namun, yang paling parah adalah ketika aku lupa mengambil persediaan obatnya ke dokter atau psikiater khususku."
"Lalu apa yang terjadi," ujar Louie seraya meminum minuman soda.
"Aku terluka parah, berdarah, dan perutku tertusuk hingga bolong, jadi aku terpaksa malam-malam berlari menemui dokter khususku untuk meminta obat Nix," balas Viole, "beruntungnya aku berhasil selamat."
Emma dan Louie berusaha mengendalikan ekspresinya meskipun mereka sangat terkejut. Tidak mereka sangka jika efek yang menimpa Viole sebagai ævoltaire sangat mengerikan bahkan mengancam nyawanya. "Kejadian ini terjadi di kediamanku dulu, sebelum aku ke kota ini." Viole melanjutkan. "Maaf aku tak bisa memberitahukan kalian dari mana asalku."
"Tidak masalah," ujar Emma, "kau tidak harus bercerita jika kau tidak mau, kami takkan memaksa."
Louie masih sedih. "Apa tidak ada cara untuk melawan boogeyman ini?"
"Kata psikiaterku ...." ujar Viole.
"Julius Cunningham yang pernah kau ceritakan?" Interupsi Emma.
"Oh aku tahu dia, dia sangat terkenal dikalangan ibu-ibu dan wanita muda karena tampan, masih lajang juga," timpal Louie, "ibuku tahu dia juga."
Viole menatap kedua temannya, mengapa bisa banyak wanita memuji Julius yang sebenarnya tingkah pria itu hampir seperti iblis? Baiklah, dia sebenarnya baik dan normal seperti psikiater pada umumnya, tetapi hanya karena Viole tahu bahwa Julius juga ævoltaire, jadi tentu saja pria itu punya banyak rahasia kelam. "Ya, pria itu. Dia adalah psikiaterku, sekaligus ... kalian pasti paham maksudku."
Kembali lagi Emma dan Louie mengangguk, Viole sudah pernah cerita jika Julius Cunningham adalah seorang ævoltaire. Viole melanjutkan perkataannya. "Dia berkata bahwa boogeyman muncul, tidak hanya karena efek kekuatanku, tapi juga karena pikiran di dalam kepalaku. Seolah representasi rasa takutku atau semacamnya kemudian membentuk boogeyman yang akhirnya menerorku setiap malam."
"Trauma?" balas Emma.
"Hampir seperti itu," sahut Viole, "jadi boogeyman ini hendak mengambil alih tubuh atau membunuhku. Layaknya representasi dari rasa sakit orang-orang yang memiliki trauma atau gangguan mental, kalau mereka ... maaf, bisa menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri. Jika aku, meski aku tak menyakiti diriku sendiri, boogeyman inilah yang menyakitiku karena aku adalah ævoltaire. Bukan manusia biasa."
Rasa sesak menyeruak di dalam diri Emma dan Louie, ternyata seperti inilah kehidupan ævoltaire, Natum yang berhasil mengembangkan kekuatan mereka. Namun, hidup mereka masih dalam lingkup menderita. Selain karena serangkaian penelitian pada tubuh mereka, diincar organisasi jahat yang hendak memanfaatkan dan membunuh mereka, para ævoltaire juga harus bertahan hidup dari efek atau dampak kekuatan mereka.
"Dua-duanya punya dampak negatif, jika tidak meminum obat, boogeyman akan menyakitimu, jika minum obat kau sama saja kecanduan dan ada efek sampingnya juga," ujar Louie. Ia sama sekali tak tahu harus memberi nasehat atau saran apa karena ia tak punya pengalaman menghadapi ævoltaire, bahkan Emma juga bingung harus membantu Viole dengan cara apa. "ævoltaire yang lain apakah juga diteror boogeyman?"
"Kurasa setiap ævoltaire punya dampak atau efek samping akan kekuatan mereka bahkan ada beberapa ævoltaire yang harus mengorbankan sesuatu saat menggunakan kekuatan mereka," jelas Viole, "jika aku gunakan kekuatanku, maka efek negatifnya, tubuhku akan muncul memar dengan sendirinya, efek negatif lainnya adalah munculnya si boogeyman."
Emma berucap, "ah ya atas inilah sebisa mungkin, kau tidak gunakan kekuatanmu?" Viole mengangguk, Emma kembali berujar, "kira-kira selain meminum obat Nix, apakah ada cara lain untuk mencegah boogeyman berhenti menyakitimu?"
Viole diam sejenak, sejak awal ia sangat ingin hidup tanpa mengkonsumsi Nix maupun diganggu oleh para boogeyman. Ia merasa tersiksa setiap malam saat hendak tidur bahkan terkadang membuatnya terjaga semalaman karena memaksakan diri tidak meminum Nix. Namun, sejauh ini meski bolak-balik menemui Julius dan dokter-dokter sebelumnya yang diperintahkan perusahaan utama untuk membantu Viole, mereka semua gagal dan Viole tak kunjung sembuh melawan boogeyman.
"Julius berkata, jika aku harus melawannya sendiri atau dengan bantuan orang lain, tetapi aku tidak paham bagaimana caranya." Viole diam sejenak, lebih tepatnya adalah ia kehilangan seseorang yang dapat membantunya untuk melawan boogeyman ini tanpa harus mengkonsumsi Nix. Ia kehilangan Dite, sosok yang selalu membantunya melawan rasa takutnya.
"Kalau begitu kami berdua akan membantumu," ujar Emma, "aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi kami akan membantumu, mungkin ditambah Theodore dan Sophia, meski mereka belum tahu kau adalah ævoltaire."
"Ya, kita sama-sama akan mencoba cara agar kau terbebas dari boogeyman ini tanpa mengkonsumsi Nix," timpal Louie, "pasti ada caranya, layaknya Harry Potter melawan Voldemort, pasti ada caranya, bukan?"
Viole tak menjawab, jadi Emma berujar lagi, "atau kau temukan seseorang yang benar-benar bisa membantumu untuk melawan boogeyman ini. Barangkali orang ini akan jadi manusia spesial dalam hidupmu. Jadi temukan dia, aku yakin semesta takkan sejahat ini padamu."
Senyuman Viole terukir tipis. "Ya semoga aku menemukan orang spesial itu." Namun, jauh dalam relung hatinya, ia lebih berdoa agar bisa dipertemukan dengan Dite lagi dan membantunya melewati segala sakit dan traumanya.
Akankah semesta mengabulkan keinginan Viole ini? Ataukah meski ia telah berdoa setiap malamnya, semesta hendak takdir yang berbeda di setiap lembaran kisah dalam hidup Viole.
Mungkinkah detik ini juga termasuk ke dalam lembaran baru dalam hidupnya? Seorang gadis berambut cokelat tengah menghalangi jalan Viole yang hendak menuju perpustakaan. Gadis itu mengurai rambutnya, ia mengenakan kaos putih jenis turtleneck, dipadukan dengan leather jacket warna hitam dan tak diresleting serta panjangnya sepinggang, celana kain wol warna abu-abu dan ia mengenakan kalung silver.
Amelia menyunggingkan senyuman lebar. "Hello pretty, kita bertemu lagi, bagaimana kabarmu?"
"Menyingkir, kau menghalangi jalanku," balas Viole serata melangkah melewati Amelia, tetapi gadis itu malah mengikuti Viole. Senyuman Amelia tak kunjung luntur.
"Setidaknya, sapa aku juga, say hello Amelia, bagaimana kabarmu? Atau ... kamu cantik sekali hari ini," ujar Amelia.
Viole membuat ekspresi seperti hendak muntah. "Enyahlah, kau menggangguku."
"Oh God, kenapa kau bersikap seperti ini padaku, padahal aku bicara baik-baik denganmu lho," ujar Amelia seraya membuat ekspresi sedih dengan memanyunkan bibirnya. Ia pandai sekali berakting.
"Kau menyebalkan," balas Viole, "entah mengapa kehadiranmu seolah-seolah menghabiskan social battery-ku."
Amelia menarik kerah baju Viole. Sontak lelaki itu tercekik dan menghentikan langkahnya. Ia hendak berteriak, tetapi Amelia lebih dulu berbisik, "kalau begitu, aku bisa bantu kau men-charger social battery-mu itu, kau mau? Kuberi kau perawatan spesial."
Punggung Viole merinding. Ia menepis tangan Amelia dan berbalik menatap gadis itu dengan raut wajah terkejut serta perasaan risi. "Tidak, aku tidak perlu bantuanmu." Tuhan tolong selamatkan Viole dari gadis ini! "Lagi pula aku tak mau berinteraksi denganmu jadi beri jarak antara kau dan aku."
"Tak mau berinteraksi denganku," ulangi Amelia, "kata lelaki yang menguntit akun Instagram-ku dan memberikan love pada beberapa foto seksiku. Pretty, kenapa kau tidak membalas pesanku di DM Instagram, huh, aku menunggu balasan pesanku lho sepanjang malam. Kau membuatku begadang." Amelia pura-pura menguap, lalu terkekeh, sungguh lucu ketika melihat wajah terkejut sekaligus malu dari lelaki itu, terutama telinga Viole yang memerah padam.
Viole malah berbalik dan melangkah cepat bahkan hampir seperti berlari dan lekas masuk ke kantor guru untuk menemui salah satu guru yang mengajar di bidang fisika di kelasnya. Sedangkan Amelia perlahan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Dia jauh lebih sulit digoda dibandingkan para pria di kampusku. Kenapa dia tak terpesona padaku?" Amelia menepis perkataannya sendiri. "Mustahil, dia hanya bersikap dingin, dia pasti akan jatuh cinta padaku, cepat atau lambat."
****
Semua teman-teman Viole sibuk, Louie dan Sophia ada rapat jurnalistik karena kemungkinan ekskul jurnalistik akan mengikuti lomba mading tiga dimensi. Sementara Emma ada latihan renang karena sudah lama libur, maka latihan akan sedikit dipadatkan apalagi mau dilaksanakan ulang perlombaan renang, setelah kejadian pembantaian bulan lalu. Jika diperhatikan, fasilitas dan infrastruktur di sekolah ini sudah diperbaiki sepenuhnya. Kemungkinan selama liburan, sekolah ini dilakukan perbaikan secara besar-besaran bahkan cat dinding di koridor diganti warnanya, loker juga semuanya baru karena loker lama rusak akibat tembakan peluru. Mr. Xaviera sebagai kepala sekolah baru, benar-benar mampu memperbaiki sekolah ini. Tentu saja karena dia bukanlah mantan kepala sekolah yang melakukan korupsi terhadap dana sekolah, untung saja sudah mati pria itu.
Ah jika ada yang bertanya mengenai keberadaan Theodore, lelaki itu absensi hari ini karena ada urusan keluarga, entah apa itu, Theo juga menghubungi Viole jika ia tidak sakit atau terluka karena balapan motor. Kini karena hanya Viole sendiri, serta jam pelajaran telah usai, ia gundah, haruskah pulang ke apartemen atau tetap di sekolah karena Viole merasa bingung harus melakukan apa jika sudah pulang ke apartemennya? Membaca buku, mendengarkan musik, mengerjakan tugas sekolah, dan segala kegiatan berulang. Ia merasakan bosan juga untuk menjalani aktivitas berulangnya.
Lagi pula, hari ini belum Jumat malam. Viole dan teman-temannya punya jadwal jika setiap Jumat malam, mereka akan menonton film bersama kemudian menginap karena esoknya hari Sabtu, mereka tidak sekolah. Tempat menginap selalu bergantian, kadang di apartemen Viole, kadang di rumah Emma, Louie, dan Sophia, tetapi tidak sekali pun pernah di rumah Theodore. Karena selain jarak ke rumah Theodore paling jauh. Lelaki itu berkata jika orang tuanya sangat ketat akan peraturan membawa teman ke rumahnya terlebih banyak barang mahal, takut jika rusak, padahal mereka bukanlah anak nakal yang akan merusak perabotan rumah orang lain.
Manik mata Viole menatap pada sebuah chat dari kakak kelasnya yakni Hunter si ketua tim basket sekolah ini atau tim Deadly Wolves---chat itu berisi tentang permintaan Hunter pada Viole dan Theodore untuk menjadi bagian dari tim basket karena mereka kekurangan banyak anggota. Kemudian kebetulan juga Viole dan Theodore tidak mengambil ekskul mana pun.
Viole berpikir sejenak. Haruskah Viole mengambil ekskul tersebut? Namun, bukankah melelahkan dan membuang waktu, terlebih lagi ada jadwal latihan teratur? Hanya saja, sepertinya asyik juga punya kegiatan di luar pelajaran.
"Aku harus apa," gumam Viole, "apakah Theodore juga ingin ikut?"
"Sedang gundah gulana karena apa? Pretty." Suara itu terdengar bersamaan sekaleng minuman dingin menyengat leher Viole hingga lelaki itu terkejut. "Oopsie, jika aku membuatmu terkejut, pretty."
"Sialan, bisakah sedetik saja, kau tidak muncul tiba-tiba dan menggangguku?!" teriak Viole pada Amelia yang dengan gampangnya memutar bola matanya seraya duduk di hadapan Viole. Gadis itu kemudian menyeruput americano-nya, kopi dalam kaleng.
"Tidak, kau terlalu imut untuk tidak kuganggu," balas Amelia, betapa entengnya gadis itu berucap. Bisakah Viole menjahit mulut Amelia agar dia berhenti membuat Viole kesal!
"Berhenti memanggilku imut dan pretty, tidakkah kau ingat jika aku sudah mengatakan hal ini jauh sebelum kau di sekolah ini?" ujar Viole dengan tatapan kesal.
"Aku tak ingat." Amelia berbohong. "Terlalu banyak tugas kuliah jadi aku tak ingat. Kalau aku lupa tinggal kau ingatkan terus 'kan?" Ia menopang dagunya seraya menatap Viole. Sekali lagi tindakan Amelia ini membuat punggung Viole merinding.
"Berhenti menatapku," sahut Viole.
"Aku punya mata, aku hanya menggunakan fungsi mataku dengan baik," balas Amelia, "dengan melihat salah satu ciptaan Tuhan yang paling indah dan imut."
Tolong siapa pun ambilkan Viole ember karena lelaki itu merasa mual dan akan segera muntah. "Dan kau ciptaan Tuhan paling menyebalkan yang pernah kutemui."
Baru kali ini ada seorang pria yang mengatakan hal itu pada Amelia secara terang-terangan. Bukan pujian yang Amelia dapatkan, melainkan ejekan atau malah hinaan, tetapi bukannya marah, gadis itu makin tertarik pada Viole. "Meskipun aku menyebalkan, tidak menutup keinginanmu untuk memberikan love pada postingan tubuhku yang seksi, bukan?"
"Berhenti membahas hal itu!" teriak Viole, "aku tidak sengaja menekan like! Lebih tepatnya aku tak sadar melakukannya!"
"Benarkah pretty," sahut Amelia, "jadi membuka Instagram, mencari namaku di search bar kemudian menggulir feed Instagram-ku adalah suatu ketidaksadaran juga. Jarimu bergerak dengan sendirinya atau kau lakukan dalam keadaan tidur sambil berjalan?"
Sungguh baru kali ini, Viole tidak bisa membalikkan perkataan lawan bicaranya. Ia merasa kesal sekaligus malu. Maka tidak tahan berada di dekat Amelia. Ia lekas berdiri dan hendak pergi dari kantin. Ya, Viole lebih baik pulang dari pada berurusan dengan gadis sinting ini!
"Pretty, kau mau ke mana? Meninggalkanku begitu saja?" balas Amelia.
"Teman-temanku berkata agar aku tak terlalu berinteraksi dengan orang asing," sahut Viole, "and stop calling me with fucking pretty!"
Amelia tertawa dengan puas seraya berucap, "hey pookie bear sugar plum, aku menunggu kau mengikuti balik akun Instagram-ku, tapi jika kau tidak mau, tidak masalah. Karena yang terpenting, kau pasti akan diam-diam menguntit Instagram-ku lagi untuk melihat wajahku yang cantik."
Viole sadar sekali jika tindakan bodohnya dengan mencari akun Instagram dan menekan suka meski tak sengaja pada postingan Amelia adalah kebodohan dan malapetaka untuk hidupnya. Maka kini dia terus berjalan karena ia merasa sangat kesal. Ia tak menyahut balik, jika membalas perkataan gadis itu, pasti akan dibalas balik dengan lebih menohok. Ya, pilihan terbaik adalah Viole abaikan saja Amelia. Lalu berdoa agar semesta tidak semakin menyeret Amelia ke dalam lembaran hidup Viole. "Oh Tuhan, tabrak saja aku dengan mobil atau jatuhkan meteor ke kota ini."
◇─◇──◇─────◇──◇─◇
|| Afterword #5
Akhirnya kita tahu mengenai Boogeyman! Sebenarnya boogeyman ini seperti dijelaskan dalam narasi kalau berasal dari sebuah mitos atau foklore setempat yang sering diceritakan oleh para orang tua ke anak-anak mereka jika anak-anak nakal akan diganggu dan diculik oleh boogeyman pada malam hari.
Viole menggunakan kata boogeyman untuk memanggil makhluk yang mengganggunya karena makhluk tersebut datang ketika ia tidur dan lebih sering di malam hari^^
Lalu Viole selalu menulis dan menggambar makhluk mengerikan di buku diarinya, kira-kira apa gunanya ya? Apakah ada hubungannya dengan kekuatannya sebagai ævoltaire?
Berbicara mengenai Amelia ... apakah dia semakin menyebalkan atau malah membuat kalian jatuh cinta atau kalian jatuh cintanya dengan Viole?
Prins Llumière
Jumat, 03 Mei 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top