Chapter 12: WTF is Bloodied Tortuner?

Waktu berlalu dan tidak ada bukti yang dapat menyatakan jika para tersangka membunuh Chuck sehingga kasus ini terpaksa ditutup terlebih lagi Chuck dan ibunya tak ada keluarga atau kerabat sehingga tidak ada yang menuntut agar kasus ini dilanjutkan. Para murid juga terlihat tak peduli dan menjalani aktivitas mereka masing-masing. Bahkan Mr. Rasmussen berkata jika kasus ini disudahi saja dibandingkan melakukan penyelidikan yang sia-sia.

Kini para murid disibukkan dengan kabar gembira jika sekolah mereka didaftarkan di perlombaan basket, renang, serta perlombaan lainnya, serta sekolah mereka menjadi tempat perlombaan tersebut berlangsung. Meskipun belum jelas beritanya kapan perlombaan itu dibuka pendaftaran dan kapan lombanya dilaksanakan. Namun, banyak ekskul yang sudah sibuk untuk persiapan dan berlatih lebih keras. Awalnya yang latihan hanya dua kali seminggu, tiba-tiba berubah jadi empat kali seminggu. Tim basket lah yang paling giat berlatih karena pada pertandingan lalu, tim basket sekolah ini yakni Deadly Wolves kalah tanding melawan tim sekolah lain jadi pada pertandingan yang akan datang mereka akan balas dendam dan meraih kemenangan.

"Kau serius tak mau bergabung dengan ekskul mana pun? Hanya kau saja yang tak punya kegiatan," kata Louie sambil mengatur kameranya karena sore nanti dia harus mengambil dokumentasi. Mereka kini berada di bangku taman depan sekolah dan di bawah pohon rindang, Kantin sangat penuh jadi mereka mengalihkan tempat duduk di taman ini.

"Lebih baik kau fokus pada pekerjaanmu dari pada sibuk memikirkanku," sahut Viole seraya menyeruput susu rasa pisang. Ternyata sangat enak, menu baru di kantin sekolah.

"Apa kau tak tertarik, seperti basket atau bantu aku di jurnalistik jadi aku punya teman waras karena kebanyakan anggota jurnalistik sangatlah gila!" Louie menggelengkan kepalanya.

"Siapa kauhina gila, huh!" teriakan kecil itu terdengar dari seorang perempuan berambut pendek mencapai bahu. Dia duduk di hadapan Louie.

"Sialan, kini salah satu anggota gila jurnalistik ada di depanku," kata Louie, "Viole ayo pergi dari sini."

"Kau sangat jahat Louie! Apa salahku? Aku hanya ingin menimbrung kalian karena teman-temanku sibuk!" Perempuan itu memajukan bibirnya, membuat bibirnya menggembung.

"Aku dengan senang hati mengobrol dengan siapa pun terkecuali dirimu karena kau selalu saja membahas hal-hal yang seram dan menakutkan! Apakah kau lupa jika kau menceritakan film Wrong Turn ketika aku sedang makan di ruangan jurnalistik!" Louie mendengus sementara Viole memperhatikan perempuan tersebut. "Dasar maniak horor."

"Kau saja yang penakut," balas si perempuan lalu menatap Viole. "Halo kenalkan aku Sophia Reid, aku anggota jurnalistik seperti Louie. Lalu aku tahu jika kau Viole karena Louie menceritakanmu padaku!"

Viole tak menyahut, dia enggan diajak bicara dan kini ia tahu jika Sophia ini setipe dengan Emma yang banyak mengoceh. Di sisi lain, Louie merasa jika Viole risi pada Sophia. "Viole jangan mau berteman dengannya, dia sangat gila dan tak punya adab."

"Fuck kau jahat sekali!" Sophia berpura-pura menangis lalu kembali tatapannya pada Viole. "Seperti yang mereka katakan, kau ternyata cantik dan nyaman dipandang."

"Kau bilang apa?" balas Viole, ia rentan dipuji cantik.

"Kau-cantik," ujar Sophia mengulangi dengan lebih jelas.

"Berani kau mengatakan hal itu padaku." Kini manik mata Viole sedikit membulat dan menatap tajam.

"Oh ayolah jangan marah, harusnya kau bersyukur Tuhan memberimu wajah tampan dan cantik." Sophia terkekeh lalu memekik karena Louie menendang kakinya. "Sialan kau Louie." Ia balas menendang balik.

"Kau harus diam dan tutup mulut menyebalkanmu!" Maka terjadi pertengkaran dengan saling menendang kaki sementara Viole hanya menghela napas panjang. Mengapa ia selalu dikelilingi orang-orang yang ribut?

"Okay stop, aku lelah," ucap Louie menaikkan kakinya karena terasa sakit. Sophia tidak main-main ketika menendangnya.

"Pecundang!" sahut Sophia.

"Bisakah kalian pergi jika hanya ingin bertengkar di sini." Viole membuat keduanya menatap dirinya.

Sophia menggeleng. "Tak mau, apa kau tahu, aku punya cerita lho."

"Jangan bahas horor lagi!" Louie paling anti dengan hal-hal berbau horor.

"Ini berita Louie!" Sophia meninggikan suaranya dan membuka ponselnya untuk memperlihatkan sebuah foto. "Apakah kalian tahu jika Bloodied Tortuner mau dibuat sequel filmnya."

"Demi Tuhan! Kau serius? Ini gila, pembunuh itu berkeliaran di sana dan mau dibuat film keduanya?" Louie merasa jika dunia ini sudah diambang kehancuran.

"Aku bersumpah! Ini berita yang tersebar semalam dan dikonfirmasi kebenarannya. Meskipun belum pasti siapa sutradara film kedua ini, ada rumor berkata jika sutradaranya adalah Sutradara film Terrifier, ada pula berkata, sutradara film The Purge. Namun, siapa pun itu, filmnya sudah dipastikan akan dibuat sequel!" Sophia sangat bersemangat padahal dia membicarakan film-film brutal dan penuh darah.

"Bloodied Tortuner siapa? Pembunuh nyata, tapi ada filmnya?" kata Viole heran.

"Oh Tuhan, kau serius tidak tahu? Padahal film ini tayang di seluruh dunia lho!" Sophia menggebrak meja. "Meski dilarang tayang di Cina dan India."

"Tolong jangan bicarakan hal ini ...." Louie memohon.

"No! Viole harus tahu!" balas Sophia, "jadi Viole, Bloodied Tortuner itu adalah nama pembunuh dan dia benar nyata ada! Pembunuh ini yang katanya berkeliling negara bagian dan kini ada di Erysvale, jika kau tahu kabarnya, Bloodied Tortuner ini yang membunuh keluarga Courtney dan selalu berhasil kabur dari kejaran polisi. Lalu karena dia terkenal, jadi ada yang membuat filmnya, kini mau dibuat sequel-nya juga!"

Viole diam sejenak. Maksud dari perkataan Sophia adalah Pembunuh Berantai yang nyata di dunia ini bernama Bloodied Tortuner dan pembunuh berantai itu diangkat jadi film?! Bukankah itu gila?!

"Asal kau tahu, waralaba Bloodied Tortuner sangat banyak lho," sambung Sophia lagi, "seterkenal seperti Scream maupun Insidious atau Conjuring."

"Menurutku ini gila dengan mengangkat film tentang pembunuh berantai padahal pembunuh itu masih hidup dan berkeliaran di luar sana! Jika Conjuring, Ed-Lorraine Warren sudah tiada jadi filmnya diangkat, tapi Bloodied Tortuner belum mati dan masih membunuh dan menyiksa orang-orang, bagaimana bisa mereka bersemangat mengangkat film tentang pembunuh itu!" kata Louie.

"Louie, pembunuh itu takkan membunuhmu!" ujar Sophia, "lagi pula meski dia membunuh secara acak, dia takkan menargetkanmu karena ada ribuan manusia di kota ini. Dia paling enggan melihatmu."

"Fuck you, Sophia." Louie memang tidak serasi dengan perempuan penggila horor itu.

"Fuck you too." Kini dia mengacungkan jari tengahnya. "Jujur, aku penasaran dengan wajah dibalik topeng pembunuh itu. Menurut kalian laki-laki atau perempuan?"

"Tidak penting," balas Viole, kini dia paham mengala Louie tak suka perempuan ini "Dia adalah pembunuh, tak penting bagaimana rupanya."

"Oh ayolah! Di film, tidak memperlihatkan jenis kelamin Bloodied Tortuner karena pembunuh itu berhasil lolos." Sophia berujar, "tapi aku harap wajah aslinya jika laki-laki seperti Timothée Chalamet dan jika perempuan akan seperti Anya Taylor-Joy."

"Obsesi gila," balas Viole, merasa ingin membeli susu pisang lagi.

"Sudah kubilang sejak awal, perempuan ini, isi otaknya di luar penalaran dan kewarasan," sahut Louie. Maka Sophia menendang kaki Viole dan Louie secara bersamaan. Sehingga membuat kedua lelaki itu memekik sakit.

"Apakah kalian takkan histeris jika perkataanku benar?" ucap Sophia, "bayangkan jika pembunuh itu berwajah cantik atau tampan."

"Ternyata jelek kemudian pria tua dengan rambut beruban dan gigi kuning," sahut Louie.

"Sialan kau Louie!" sahut Sophia yang kini melirik Viole. Lelaki cantik itu hendak berdiri. "Bagaimana dengan pendapatmu?"

Viole berniat membeli susu pisang lagi. "Jika wajahnya seperti Phoebe Dynevor, maka aku akan memikirkan kembali. Namun, biasanya pembunuh seperti itu akan mati di akhir film seperti Scream, Halloween, Happy Death Day, serta masih banyak lagi." Dia melangkah pergi.

"Aku juga ikut! Jangan tinggalkan aku dengan perempuan gila ini." Louie lekas menyusul Viole setelah memeletkan lidahnya pada Sophia.

"Hmm," gumam Sophia, "dia benar, pembunuh berantai selalu berakhir dengan kematian. Namun, aku penasaran, bagaimana jika ada pembunuh yang tidak mati, berhasil selamat, kemudian menjalani kehidupannya dengan bahagia bahkan jatuh cinta? Sial, aku akan menuliskan ide ini di blogku!"

****

Bertanya-tanya pada diri sendiri, Viole bingung mengapa masih mau meladeni kedua kakak kelas yang jelas-jelas suka mengganggu dan menggoda Viole. Okay, salah Viole hanya sendirian di kantin ketika teman-temannya sedang sibuk dengan ekskul mereka. Namun, bukan berarti Tuhan menyuruh Chelsea dan Monica ke kantin untuk mengusik ketenangan Viole menikmati kue keju dan susu rasa pisang. Bahkan kini, kedua perempuan itu menantang Viole lomba makan.

"Kaupayah jika menolak tantangan dariku, bocah cantik," ujar Chelsea seraya menopang wajahnya dengan kedua tangan.

Viole menatap sinis. "Aku hanya tak mau mempermalukanmu, lagi pula apa tak masalah dengan lomba makan ini? Kupikir kau sangat memperhatikan bentuk tubuh."

"Woh, dia meremehkanmu Chelsea," ujar Monica.

"Tentu saja aku sangat memperhatikan bentuk tubuhku, tapi bukan berarti aku tak makan ya!" sahut Chelsea kemudian memberi kode pada Monica untuk memesan makanan mereka. "Jadi kau terima atau tidak tantangan dariku? Jika kau menolak, kau benar sangat payah dan penakut!"

Viole berdecak. "Baiklah, aku terima tantangannya, lagi pula aku sedang bosan!" Entah mengapa dia jadi bersemangat.

"Bagus, bocah pemberani," balas Chelsea bersemangat. "Oh ya bagaimana jika kita buat tantangan ini semakin seru? Yang kalah harus mengabulkan permintaan yang menang?"

Viole terkekeh meremehkan. "Kau akan kalah."

"Sombong sekali," balas Chelsea. Lalu tak lama kemudian Monica datang dengan dua mangkuk mi mengepul ke udara dan kuahnya sangat merah karena sangat pedas.

Chelsea tersenyum, ia merasa nafsu makannya naik ke permukaan. Dia sangat menyukai makanan pedas. Namun, tak Chelsea sadari jika ada seorang lelaki yang terdiam membisu menatap kuah merah dan sangat pedas tersebut. Bahkan sebelum kuahnya menyentuh lidah, bisa Viole rasakan jika lidahnya akan terbakar. Kini degup jantungnya berdebar kencang. Demi Tuhan, bisakah Viole menarik kata-katanya kembali? Dia hendak menangis karena makanan ini! Dia sama sekali tidak terpikirkan jika makanan yang harus dihabiskan adalah makanan pedas yang mengerikan dan seperti bencana ini!

Sejujurnya, Viole sama sekali tidak tahan makanan pedas bahkan yang bagi orang lain tidak pedas, tetapi Viole akan merasa jika lidahnya terbakar dan dia pasti akan menangis!

Kini dia melirik kanan-kiri, dia merasa sangat malu jika mundur dari tantangan ini terutama Chelsea dan Monica akan mengolok-oloknya! Jadi mau tidak mau karena menutupi rasa gengsi dan malu. Dia terpaksa bertahan untuk memakan makanan pedas yang kemungkinan akan membuatnya menangis.

"Baiklah, waktunya dimulai dari sekarang! Siapa yang akan jadi tercepat menghabiskan mi ini!" teriak Monica seraya menekan stopwatch di ponselnya.

Chelsea dengan lahap memakan minya, dia sama sekali tak merasakan pedas dan malah menikmati makanan ini. Namun, sesaat dia merasa jika dia akan gagal karena kebanyakan cowok biasanya sangat mudah menghabiskan makanan pedas, benar bukan? Sayangnya tebakan Chelsea salah ketika Monica terkejut dan menegur Viole yang terlihat menangis.

"Sialan, jadi kau tidak tahan makanan pedas!" ucap Monica seraya terkekeh ketika melihat wajah Viole memerah. "Harusnya kautolak saja tantangan ini dari pada menyiksa dirimu! Chelsea look him, dia ternyata tak tahan makanan pedas. Kau benar-benar mirip seperti bayi, Violetta!"

Chelsea agak terkejut, dia menghentikan acara makannya dan menatap Viole yang terlihat kewalahan dan agak kacau. Dia sudah menghabiskan satu botol air mineral sedangkan mi dan kuahnya seolah-olah tak bergerak.

Sementara itu, ekspresi Viole mulai goyah, keberaniannya hilang seiring kenyataan yang semakin mendalam. Butir-butir keringat terbentuk di dahinya saat dia mati-matian berusaha menyamai kecepatan Chelsea. Serangan pedasnya membuat mulutnya terasa seperti api yang mengamuk, dan matanya memohon agar lidahnya berhenti memakan mi sialan tersebut.

"Jangan dipaksakan," kata Chelsea yang kini ia tinggal beberapa suap lagi untuk menghabiskan makanannya.

"Tidak! Aku bisa menghabiskan makanan ini!" sahut Viole berisi keras. "Kau akan kalah, lihat saja nanti! Jangan remehkan aku!"

"Baiklah jika kaumemaksa." Chelsea tak bisa menyembunyikan ekspresi yang puas melihat Viole. Ia merasa lelaki itu ratusan kali lipat jadi imut saat sedang menangis. Sementara Monica sejak tadi menahan tawanya saat Viole membuka botol air mineral yang kedua.

Kini Chelsea memperhatikan Viole. Keyakinan Viole mulai runtuh. Pemandangan wajahnya yang berlinang air mata hanya memicu percikan nakal dalam diri Chelsea. Anehnya, dia mendapati kerentanan Viole begitu menawan, seperti anak anjing tersesat yang membutuhkan kenyamanan.

"Sudahlah, kau tidak bisa menang, kau hampir menghabiskan tiga botol air lho." Chelsea berucap.

"Diamlah, aku---aku belum selesai!" sahut Viole.

Chelsea memutar bola matanya karena keegoisan Viole sementara Monica terkekeh terus. Kini Chelsea dengan cepat menghabiskan minya yang kemudian Monica menghentikan stopwatch-nya. "Ya! Pemenangnya adalah Chelsea!"

"Lihat, aku menang bukan?" ucap Chelsea.

"Fuck!" sahut Viole mendorong mangkuk mi tersebut dan lekas menghabiskan botol minuman terakhirnya. Namun, masih terasa pedas dan ia semakin berlinang air mata. Kini lelaki itu menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan; perasaan malu bercampur kesal karena kekalahan kini menyelimuti dirinya.

Chelsea malah merasa Viole semakin imut. Sepertinya lelaki itu mulai ngambek. "Hey jangan merasa malu. Tidak semua orang bisa menangani makanan pedas seperti seorang jagoan. Tidak apa-apa untuk menangis sedikit, bahkan laki-laki paling imut pun punya momen rentannya, tahu?"

Monica malah tertawa kencang. "Wajahmu seperti tomat rebus, kau benar-benar tidak tahan pedas ya! Oh Tuhan kau sangat lucu! Bayi cantik menangis ...."

Viole menggebrak meja membuat Monica terdiam. Lelaki itu menatap Chelsea dan Monica secara bergantian dengan air mata masih berlinang. "Kalian jahat. Kalian memberi tantangan makan makanan pedas, aku tidak sanggup!"

"Maaf, aku tidak tahu jika kau tak bisa makan makanan pedas," balas Chelsea.

"Dia benar, harusnya kau beritahukan kami baby boy!" ucap Monica, "makanan atau minuman apa saja yang tidak bisa kaumakan, mungkin aku juga harus mengingatkanmu untuk tidak makan permen karet tidak sehat dan bisa merusak gigi."

"I'm not a child anymore!" balas Viole yang membuat Monica ingin tertawa lagi sementara Chelsea merasa gemas dengan tingkah Viole.

"Yes, you're not child," kata Chelsea seraya mendekatkan dirinya pada Viole kemudian mengambil tisu dari dalam tasnya lalu ia menghapus air mata lelaki itu.

"Baby," cemooh Monica.

Viole menepis tangan Chelsea dengan tatapan mata memerah serta air tergenang di kedua sudut matanya. "Jangan sentuh aku!"

"Baiklah! Bagaimana kalau kita sudahi pertengkaran ini. Jadi Viole karena kau kalah maka kau harus menuruti permintaanku, okay?" Perkataan Chelsea membuat Viole takut.

"Apa, tolong jangan yang aneh-aneh, aku tidak bisa," gumam Viole.

"Suruh dia mengerjakan tugasmu Chel, sampai akhir semester," ujar Monica.

"Itu namanya perbudakan," sahut Viole.

"Aku takkan memintamu melakukan hal itu, tenang saja." Chelsea tersenyum kecil.

"Jadi apa?" balas Viole dengan mata berkaca-kaca.

Chelsea berucap dengan tenang. "Aku punya dua permintaan, pertama tolong hadir di salah satu latihan cheerleader-ku. Kemudian yang kedua adalah kapan-kapan temani aku berbelanja di mal!"

Hari itu, Viole sangat menyesal menerima tantangan Chelsea.

◇─◇──◇─────◇──◇─◇

Waduh serem juga ya sama Bloodied Tortuner! Apakah pembunuh berantai itu yang akan jadi Villain utama dan bertemu dengan Viole?

Lalu Sophia ini maniak horor sekali. Apakah dia akan jadi tokoh yang berhasil survive dengan pengetahuannya sebagai pecinta film horor^^

Mari lihat juga perkembangan kedekatan antara Chelsea dan Viole! Hati-hati lho Viole karena Chelsea cukup berhaya sebagai perempuan, hehe

Prins Llumière

Sabtu, 21 Oktober 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top